Terkuaknya kasus artis Nunung yang memakai narkoba membuat banyak orang terkejut. Ditambah lagi artis muda yang tengah naik daun, Jefri Nichol juga ditangkap karena narkoba. Kasus itu mengingatkan saya kasus yang menimpa teman masa kecil saya. Ia terjerat kasus penyalahgunaan narkoba sebagai pengedar dan pemakai, hingga akhirnya divonis penjara selama 10 tahun. Saya tidak bisa membayangkan masa muda produktif di usia 20-an tahun hanya dihabiskan di balik jeruji besi. Karena itu, sebagai generasi milenial—yang dianugerahi begitu banyak kemudahan, sebaiknya kita jangan coba-coba bersentuhan dengan narkoba.
Hukuman penjara selama 10 tahun bukan waktu yang singkat lho. Apalagi ketika kita berada di usia produktif dan masa emas bagi seseorang. Ketika mendengar teman saya divonis penjara 10 tahun, saya mengingat masa saat kami bermain sepak bola mini di lapangan kampung. Ia seorang yang pandai menggocek bola dan sangat supel. Keluarganya termasuk golongan kurang mampu. Apakah saya heran kenapa dia bisa terjerat kasus penyalahgunaan narkoba? Tidak juga, karena siapapun bisa terjerumus menyalahgunakan narkoba.
Saya mencoba menelusuri pencarian berita tentang penggunaan narkoba usia remaja di Indonesia melalui google. Salah satu berita yang dimuat suara.com dengan judul BNN: Penggunaan Narkotika di Kalangan Remaja Meningkat, menuliskan bahwa di Indonesia, BNN mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. Selain itu, berita tersebut menyampaikan angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.
Artinya, saya dan kita sebagai generasi milenial berpotensi juga menyalahgunakan narkoba. Cuma ya untuk apa kan? Jangan sampai kita malah dihinggapi penyesalan karena kecerobohan saat ini. Coba lihat bagaimana Nunung menangis tersedu-sedu menyesali tindakannya, atau bagaimana aktor Jefri Nichol yang tengah naik daun dan banyak memerankan film harus berhadapan dengan situasi yang bisa jadi akan menenggelamkan kariernya.
Teman saya itu juga seorang periang dan mudah bergaul dengan siapa saja. Ia juga memiliki kepercayaan diri yang baik. Namun sayangnya masa emasnya terpaksa dihabiskan di balik jeruji besi. Saya tidak bisa membayangkan apa yang dipikirkannya. Dan entahlah, apakah di dalam penjara ia bisa menjadi lebih baik lagi atau sebaliknya.
Cuma ya bagi kita generasi milenial ini, sayang banget harus terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ya, saya tahu setiap orang memiliki beban hidup dan daya tahan yang berbeda-beda, tapi apapun itu, melawan hukum tentu saja tidak bisa dibenarkan, bukan?
Begini, kita sebagai anak kandung generasi milenial yang sangat mudah mendapatkan informasi dari internet seharusnya bisa memahami dampak buruk dari sesuatu yang kita pilih. Pertimbangan masak sebaiknya bisa lebih mudah dicari dari mudahnya mendapatkan informasi apapun. Walau pun kita juga memiliki tantangan untuk menjaring beragamnya informasi.
Selain itu, kita dianugerahi berbagai kemudahan akses informasi, beragamnya tempat nongkrong yang makin asyik dengan menjamurnya kedai kopi di seluruh pelosok negeri, bioskop yang mulai membuka studio di beberapa daerah yang sebelumnya tak memiliki bioskop modern, dan berbagai menu makanan yang bikin angka-angka dari juri lomba masak tidak akan cukup menggambarkan kenikmatannya. Belum lagi dengan gairah bekerja usia 20-an tahun yang senantiasa ingin menghasilkan karya terbaik. Tentu semua itu dan berbagai kenikmatan masa muda sangat sayang untuk dilewatkan.
Saya tidak bisa membayangkan teman saya itu berdiam diri di balik penjara selama 10 tahun tanpa bisa menyentuh kemudahan yang ditawarkan saat ini. Efek candu narkotika memang melenakan dan kadang membuat akal sehat tidak berjalan dengan baik.
Nunung, Jefri, atau teman masa kecil saya itu mungkin memendam penyesalan di dalam dadanya setelah semua ini terjadi. Waktu tidak bisa diulang, tapi mereka tetap punya masa depan yang tetap bersih seperti kertas putih. Hanya saja beban masa lalu tidak pernah ramah terhadap petualangan di masa depan. Penyesalan senantiasa datang belakangan. Oleh karena itu, sebelum kita berhadapan dengan ‘musibah’ dan penyesalan, tidak menyentuh sesuatu yang akan jadi bumerang bagi diri kita, tentu lebih baik, bukan? Mau pakai narkoba? Jangan coba-coba deh ~