• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mari Berandai-andai jika Seandainya KPI Tidak Pernah Ada

Hilman Azis oleh Hilman Azis
4 Januari 2021
A A
Mari Berandai-andai jika Seandainya KPI Tidak Pernah Ada terminal mojok.co

Mari Berandai-andai jika Seandainya KPI Tidak Pernah Ada terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sering dijadikan salah satu biang kerok mundur dan bobroknya kualitas pertelevisian nasional. Lembaga yang didirikan pada 2002 ini berfungsi sebagai pengawas sekaligus regulator penyiaran di Indonesia khususnya untuk siaran televisi.

Kelucuan KPI memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, mulai dari memberangus program berkualitas karena dianggap tidak mendidik, hingga penyensoran yang menggelitik. Ya, saya tahu sensor menyensor bukan wewenang dari KPI, tapi wewenang dari Lembaga Sensor Film (LSF) maupun dari stasiun TV itu sendiri.

Namun, kenapa mereka melakukan sensor yang tak penting itu? Pasalnya, pihak TV takut disemprot oleh KPI. Mereka tahu jika tidak menyensor, KPI akan melayangkan teguran berupa sanksi. Dengan kata lain, penyensoran terjadi secara tidak langsung karena KPI yang terlalu sensitif.

Ketika pertama kali didirikan pada tahun 2002, KPI sebenarnya tidak langsung menerapkan aturan yang seketat sekarang. Pada waktu itu penyensoran di TV tidak terlalu ketat, bahkan ketika TVOne masih bernama Lativi, KPI membiarkan program yang berisikan wanita seksi tayang dengan bebasnya, walaupun ditayangkannya pada tengah malam.

KPI baru beringas sekitar tahun 2010 atau sejak pemberitaan kasus video mantap-mantap Ariel Noah. Sejak itu KPI mulai menggila dengan mengeluarkan kebijakan menyetop semua program anime atau kartun yang memuat kekerasan karena tidak mendidik. Satu per satu tayangan anime hilang dari layar kaca Indonesia dan sensor yang nyeleneh semakin menggila.

Nah, sekarang mari berandai-andai jika KPI tidak pernah ada dan hanya ada LSF. Artinya kebijakan sensor di TV akan sama dengan sensor film yang ada bioskop. Yang berarti tingkat sensor akan disesuaikan dengan klasifikasi sistem rating program TV mulai dari rating Anak-anak, Semua Umur, Bimbingan Orang Tua, hingga 17+. 

#1 Film action adegannya akan utuh

Ketika saya menonton Film James Bond di TV nasional, saya merasa menjadi James Blo’on. Kenapa? Lantaran saya seperti menjadi orang yang blo’on, tiba-tiba musuh James Bond mati begitu saja dan saya bingung kenapa bisa begitu.

Ternyata karena adegannya dipotong. Begitu juga dengan senjatanya James Bond yang diblur layaknya alat vital dalam film dewasa Jepang. Itu pistol, bukan alamat kelamin! 

Sekali lagi, saya tahu yang menyensor bukan KPI tapi jika tidak ada sensor, pihak TV akan dilayangkan surat cinta yang berisikan teguran dan sanksi karena telah menayangkan adegan kekerasan dan tidak mendidik masyarakat, nusa, dan bangsa.

#2 Baywatch tayang lagi di TV

Dulu di era 90-an, serial barat Baywatch pernah tayang di RCTI, dan gilanya ditayangkan di jam prime time yaitu pada sore hari menjelang petang. Kalau tidak salah waktu itu tayangnya setiap sore hari. 

Bagi yang belum tahu, Baywatch adalah serial TV Amerika Serikat yang menceritakan keseharian sekelompok penjaga pantai dengan berbagai permasalahan di setiap episodenya. Ya, dalam serial ini banyak wanita berpakaian renang berseliweran. Jika ditayangkan sekarang, dipastikan TV yang menayangkannya hanya akan mencari mati. Akan tetapi, jika KPI tidak pernah ada, mungkin akan aman-aman saja jika ditayangkan kembali, dengan catatan harus ditempatkan di jam tayang dewasa. 

#3 Wibu akan berbahagia

Saya tidak menampik jika sekarang ada beberapa anime yang masih tayang di TV nasional. Namun, tetap saja tidak semuanya bisa tayang karena masalah “mengandung kekerasan dan tidak mendidik”.

Namun, lagi-lagi jika KPI tidak pernah ada, jumlah anime yang tayang di TV Indonesia akan semakin bertambah dan bervariasi. Hal ini secara langsung akan membuat para wibu tanah air akan berbahagia.

Attack on Titan mungkin juga akan ditayangkan. Kalau ada KPI, anime mustahil untuk tayang. Percayalah, bagi KPI, FTV Indosiar jauh lebih mendidik daripada kisah manusia melawan Titan yang mungkin juga menurut mereka lebih tidak masuk akal dari kisah jenazah tertimpa gas elpiji.

#4 Program Netflix akan masuk TV Indonesia

Masih ingat beberapa waktu yang lalu TVRI atas prakarsa Kementerian Pendidikan menayangkan program serial dokumenter dari Netflix? Saat itu ada pihak yang super kolot yang keberatan karena program tersebut bukan dari dalam negeri. Padahal program tersebut sangat edukatif dan berkualitas.

Nah, kalau KPI tidak pernah ada, mungkin akan ada beberapa lagi program Netflix yang masuk TV Indonesia. Mungkin ini nyaris mustahil karena Netflix sendiri adalah layanan streaming yang bersifat eksklusif. Namun, bisa saja ada TV nasional yang mau membayar mahal Netflix dengan membeli hak siar salah satu serialnya. 

Tulisan di atas adalah opini yang murni bersifat subjektif. Sebab, tentu saja akan banyak yang terjadi jika KPI tidak pernah ada. Akan tetapi, biar bagaimanapun lembaga pengawasan siaran memang dibutuhkan.

Ya, sangat dibutuhkan. Namun, lembaga pengawas yang dibutuhkan tersebut sama sekali bukanlah seperti KPI yang sekarang. Melainkan KPI yang mampu mengubah dan memajukan kualitas pertelevisian Indonesia. Kapan KPI mampu berbuat seperti itu? Entahlah.

BACA JUGA Surat Protes SpongeBob SquarePants Kepada KPI dan artikel Hilman Azis lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Januari 2021 oleh

Tags: kpisensor

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Hilman Azis

Hilman Azis

Seorang blogger yang menyukai segala hal tentang budaya populer termasuk film dan game.

ArtikelTerkait

Hello Jadoo_ Kartun Seru, tapi Jangan Sampai KPI Tahu terminal mojok

Hello Jadoo: Kartun Seru, tapi Jangan Sampai KPI Tahu

30 Oktober 2021
Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI terminal mojok.co

Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI

24 September 2021
propaganda malaysia nasi kandar FAM Malaysia PSSI sepak bola Mojok

Menertawakan Propaganda Malaysia yang Disampaikan Ketua KPI

14 September 2021
Sumber gambar Pixabay

Suara KPI Adalah Suara Tuhan, Nggak Usah Protes kalau Mereka Seenaknya Sendiri

10 September 2021
Sumber gambar Pixabay

Pelaku Pelecehan Seksual dan para Petinju Andal

9 September 2021
saipul jamil KPI televisi sampah mojok

Saipul Jamil, KPI, dan Momen yang Tepat untuk Meninggalkan Televisi

5 September 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Panduan Menggunakan Kata ‘Akang’ buat Orang Non-Sunda terminal mojok.co

4 Alasan Bahasa Sunda Loma Bukan Bahasa Rendahan

Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung terminal mojok.co

Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung

Pengalaman Naik di Atap Angkot yang Bikin Kekerenan Saya Meningkat terminal mojok.co

Pengalaman Naik di Atap Angkot yang Bikin Kekerenan Saya Meningkat



Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Tinggal di Kecamatan Dramaga Bogor
Nusantara

Keluh Kesah Tinggal di Kecamatan Dramaga Bogor

oleh Aulia Syahfitri
30 Maret 2023

Tinggal di Dramaga ternyata penuh drama.

Baca selengkapnya
Derita Tinggal di Kecamatan Tegalrejo Jogja

Derita Tinggal di Kecamatan Tegalrejo Jogja

31 Maret 2023
Madura Tidak Butuh Jalan Tol

Madura Tidak Butuh Jalan Tol

30 Maret 2023
Penyanyi Jebolan Indonesian Idol Lagunya Gitu-gitu Aja

Penyanyi Jebolan Indonesian Idol Lagunya Gitu-gitu Aja

1 April 2023
Derita Pemilik Honda CS1, Mulai dari Biaya Servisnya Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

Derita Pemilik Honda CS1, dari Biaya Servis yang Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

25 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!