Mari Berandai-andai jika Batman Jadi Santri

Mari Berandai-andai Jika Batman Jadi Santri Terminal Mojok

Entah sudah sejak kapan keresahan ini muncul. Intinya, saya ingin ada sedikit perubahan dalam tatanan semestanya superhero bikinan Amrik itu. Salah satu tokoh superhero yang tengah mendapat banyak sorotan dan juga perundungan adalah Batman, sang manusia kampret. Film barunya akan muncul tahun ini, dibintangi seorang mantan vampir, nggak jauh-jauh lah dari dunia malam dan kelelawar. Setelah Ben Affleck, yang mohon maaf kurang mashoook, kemudian digantikan orang ini. Saya agak was-was, semoga saja bagus.

Yang menjadi keresahan saya adalah perihal Batman yang seharusnya lebih tenang dan tidak terlalu urakan. Di film terbaru ini, Batman tampak kurang cool dan santuy. Mungkin akan sedikit beda ceritanya kalau Bruce Wayne tidak dididik Alferd dan justru dititipin ke pesantren. Mungkin, Batman yang kita kenal sekarang akan jauh berbeda.

Seandainya, saat Bruce kecil jadi yatim, blio langsung dibawa ke pesantren biar belajar ngaji. Tentu tak mudah, Bruce itu orangnya keras kepala. Mungkin seharusnya inspektur Gordon yang ikut membujuk. Singkat cerita, Bruce masuk ke pesantren modern sambil sekolah. Tentu selama 3 hari nangis untuk kemudian tambah kuat dan bermental baja. Sebuah pesantren legend yang didirikan oleh seorang kiai besar di sudut kota Gotham. Pesantren Nur-Gotham namanya. Di sana, dia jadi pujaan banyak santriwati dan punya pengikut karena ganteng dan kaya. Sampai pada titik dia dipilih jadi ketua kamar, tentu karena dia punya nama belakang Wayne.

Apalagi pesantren itu jadi tambah maju pembangunannya, tentu karena sokongan Wayne Enterprise. Jadinya, Bruce bebas takzir dan jadi santri kesayangan. Urusan gudigen dan jampesan, alias gatal-gatal, Bruce juga mengalami. Namun, tak lama datang dokter khusus untuk Bruce. Begitu juga merasakan lapar di tengah malam, Bruce tinggal telepon dan Alferd bawain makanan, tak akan ada yang berani protes. Apalagi sampai ada yang nyolong sandal atau sempaknya, bisa modar gasik dihajar Bruce.

Di pesantren itu, Bruce belajar ngaji dan ngerokok. Kebetulan, pesantren itu tak melarang rokok, asal tak di dalam pondok. Tapi ya namanya remaja, memang begitu adanya. Di sana dia juga belajar ngomong model “cak-cuk”. Maklum, pesantren itu pecahan dari Jawa Timur. Di pesantren itu, Bruce muda menjadi salah satu santri unggulan dan paling cerdas, sehingga dipercaya untuk jadi lurah.

Namun tetap saja, semua itu hanya kedok. Tiap malam dia keluar pondok untuk ngambil jambu, salak, dan palawija lain. Bukan mencuri, tapi mengambil dari para petani korup yang sering ngambil pupuk dari pemerintah. Padahal bukan hak mereka, tapi tetap diambil karena dekat dengan pegawai kelurahan. Semua itu bukan untuk dirinya, ia bagikan ke teman-temannya untuk party bersama. Tentu sambil mengeluarkan beberapa bungkus rokok kretek 76, sebungkus kopi ukuran besar, dan Indomie satu kardus. Tak lupa nonton standup comedy lewat iPad milik Bruce, dilanjut untuk nyetel lagu Happy Asmara. Hampir tiap malam dia seperti itu guna menjaring pengikut.

Karena banyak yang loyal padanya, Bruce mulai melancarkan serangan terselubung. Semua anak buah ia kerahkan. Semua bekerja di bawah arahan Bruce. Jiwa superhero dan detektifnya tak bisa luntur, itu sudah gen dan mendarah daging. Bruce mulai memperbaiki pesantren dari dalam. Semua pelaku pelecehan seksual (mairil), dia babat habis.

Tahu-tahu, mereka sudah keluar dari pesantren dan dibawa ke psikolog, baik korban maupun pelaku. Tapi tetap saja, si pelaku sudah babak belur dan kemudian dimasukkan penjara. Pemilik pondok yang mencoba menutupi juga diserang oleh Bruce Wayne. Bruce rupanya punya bukti pencucian uang yang diberikan ke pondok, tentu uang dari perusahaan miliknya. Maka, pemilik pondok tak bisa lagi berkilah dan terpaksa membiarkan semua berjalan sesuai hukum yang berlaku.

Sampai pada masa Bruce sudah khatam dan mempelajari semua kitab. Bahkan, dia sudah mampu menjadi seorang pengusir jin dan juga piawai dalam menerangkan hadis. Maka, Bruce menjadi seorang ustaz kenamaan. Ganteng, alim, dan berwibawa. Namun itu hanya di siang hari. Apa yang dilakukan di pondok, dia bawa ke kehidupan luar pondok.

Sempat ingin menjadi Manusia Lele, karena di pondok ada ekskul ternak lele. Namun karena dia pikir lele kurang keren, dia memilih kelelawar. Tak lupa, sebelum bertarung dia uluk salam dan sedikit berdakwah seperti Naruto. Dakwah nojutsu mode on dia terapkan dahulu sebelum menggunakan kekerasan. Seorang adik kelas, ia angkat menjadi sidekick, ialah Robin.

Akhirnya, ustaz di siang hari dan malam menjadi manusia super, Bruce jalani dengan ikhlas dan legowo. Melompat dari satu gedung ke gedung yang lain dengan irama dan ketukan selaras yang disertai lantunan shalawat Badar. Malam itu, santri kalong menjaga warga Gotham dari tergerusnya akidah dan meningkatnya kriminalitas. Tapi ya gitu, ini cuma imajinasi, nggak perlu dibawa ke hati~

BACA JUGA The Batman: Kembalinya sang Kelelawar pada Kegelapan dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version