Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Marbot Masjid, Profesi yang Harusnya Diapresiasi dan Digaji dengan Layak

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
16 Juni 2023
A A
Marbot Masjid, Profesi yang Harusnya Diapresiasi dan Digaji dengan Layak

Marbot Masjid, Profesi yang Harusnya Diapresiasi dan Digaji dengan Layak (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Semua pasti familiar dengan karakter Bang Jack yang diperankan oleh Deddy Mizwar dalam serial Ramadhan (tepatnya waktu sahur) yaitu Para Pencari Tuhan. Dalam serial tersebut, Bang Jack adalah seorang marbot masjid yang hidupnya harus bergantung dengan pekerjaan serabutan. Mulai dari menjadi penjagal hewan, membersihkan pekarangan Pak Jalal (Jarwo Kwat), dan segala pekerjaan fisik lainnya yang kadang datang dari Ustadz Ferry (Akri Patrio).

Tentu pekerjaannya dibantu oleh anak-anak didiknya yaitu Barong (Aden), Juki (Isa), dan Chelsea (Melki). Perhatikan, bukan status marbotnya yang membuatnya bisa menyambung hidup, melainkan pekerjaan lain di luar tugasnya sebagai Marbot yang menafkahi kesehariannya. Potret tersebut tentu relatable dengan kondisi dan situasi real yang dialami oleh banyak marbot saat ini.

Saya punya seorang kenalan yang menjadi marbot sejak 2016. Dia berpindah dari satu masjid ke masjid lainnya. Terakhir bertemu pada bulan Mei lalu, dia masih menjadi marbot untuk sebuah masjid di kawasan perumahaan yang ada di daerah Ngaliyan, Kota Semarang. Apakah dia nyaman menjadi seorang marbot masjid selama itu? Tentu saja dia nyaman.

Bertahan selama itu sudah menjadi bukti tersendiri menikmati hidup sebagai marbot. Tapi ketika ditanya apakah insentif secara materi “layak” atau “cukup” sehingga dirinya bisa dengan bangga mengajak orang lain menjadi seperti dirinya? Dia dengan tertawa ngakak menjawab, “Ah ya jelas nggak layak, amat sangat tidak layak dan sepadan.”

Dia hanya diberikan upah kisaran Rp300 Ribu, Rp500 ribu, hingga Rp800 ribu/sebulan. Nggak pasti, bergantung pada sumbangan yang diterima oleh masjid. Angka tersebut, pada awalnya juga banyak yang menganggap terlalu besar karena dirasa marbot kerjanya gampang. Untuk mencari tambahan penghidupannya dia ikut membantu mengajari anak-anak mengaji di sekolah madrasah yang ada di samping masjid.

Marbot masjid dalam sejarah Islam

Dalam sejarah Islam, terdapat dua sosok Marbot yang dikenal dan jadi teladan pada zaman Rasulullah yaitu yang pertama adalah Ummu Mahjan, seorang perempuan asli dari Madinah yang memang memberikan tenaganya untuk merawat Masjid Nabawi. Kedua adalah Nu’aim yang menjadi seorang petugas yang khusus membersihkan dan mengharumkan Masjid Nabawi. Keduanya dijamin kesejahteraannya oleh Rasulullah.

Di Iran, tepatnya pada masa sebelum Daulah Safawiyah (Syiah) ada seorang menteri dari kalangan Sunni bernama Rasyiduddin Fadhlullah yang mengubah sebuah tanah berstatus wakaf menjadi sentra kegiatan keislaman dengan masjid sebagai pusatnya. Masjid tersebut dirawat oleh para marbot yang keseluruhannya diberi upah senilai puluhan dinar setiap bulannya. Upah mereka dihitung dan dialokasikan dari proses penghimpunan dan pengelolaan dana ZISWAF pada masa itu.

Mengacu pada kisah-kisah di atas, kenalan saya menegaskan bahwa marbot sebenarnya masuk sebagai salah satu dari 8 asnaf penerima zakat melalui jalur golongan fisabilillah. Tapi kenyataan itu kurang disadari banyak orang, sehingga marbot terkesan dianaktirikan apabila dibandingkan dengan amil. Padahal keduanya merupakan petugas yang sama-sama mengurusi institusi agama, bedanya satu institusi agama yang sifatnya vertikal (ibadah ritual) yaitu masjid, sementara satunya institusi agama yang sifatnya horizontal (ibadah sosial) yaitu lembaga zakat. 

Baca Juga:

Sisi Gelap Bekerja di FnB Tangerang: Gaji di Bawah Standar, Owner Bengis, Caci Maki Dinormalisasi, hingga Mental yang Hancur

Menengok Seberapa Besar Gaji Orang Pelayaran kok Bisa Arogan dan Kemaki Gitu

Marbotnya digaji sedikit, pengurus lain dapat gaji selangit

Kenalan saya itu mungkin sedikit lebih beruntung apabila dibandingkan dengan teman saya. Teman saya jadi marbot di sebuah masjid ikonik yang terletak di salah satu kota besar di Indonesia, tapi bayarannya kurang dari UMK dari kota tersebut (UMK daerah tersebut di atas 4 juta). Padahal status teman saya adalah seorang pekerja yang dikontrak secara profesional sehingga harusnya digaji dengan layak. Uang lembur hanya 20 ribu untuk pekerjaan di sebuah kota besar dengan biaya hidup yang mencekik.

Sementara teman saya yang marbot itu hidup pas-pasan, para petinggi masjidnya malah menerima bayaran hingga puluhan juta rupiah yang dianggarkan langsung dari pemerintah provinsi. Bahkan gaji saya yang bekerja di LSM masih lebih manusiawi ketimbang dirinya. Ngenes betul.

Kembali pada esensi

Itu baru sedikit potret bagaimana marbot dipandang sepele dan tidak diberi insentif dengan layak oleh yang punya kewenangan. Pasti masih banyak marbot yang melakukan tugasnya secara “pro bono” dengan insentif hanya berupa makanan sisa selamatan.

Padahal, marbot di era sekarang tidak bisa hanya dipandang sebagai abdi yang pekerjaannya tidak diberi insentif. Marbot jadi sosok “palu gada” yang selain punya tanggung jawab membersihkan dan merawat masjid, tapi juga memiliki tugas sebagai badal untuk segala peran di masjid. Mulai dari bertindak menjadi muazin, khotib, imam, hingga penceramah. Tugas-tugas itu tentunya membutuhkan kompetensi dan para marbot masjid wajib memiliki kompetensi itu.

“Ah masak ngurusin masjid perhitungan”. Apa salahnya memberikan insentif yang layak untuk seorang petugas yang melayani dan merawat rumah Sang Maha Kuasa? Jangan dengan dalih prinsip “memakmurkan masjid” membuat seseorang harus diperas tenaganya secara tidak manusiawi. Prinsip ini justru membuat masjid hanya sebagai wadah mengemis sehingga tidak berfungsi selayaknya seperti masjid pada zaman-zaman dulu.

Masjid adalah pusat peradaban, kajian, ekonomi, dan segala aktivitas yang tidak terbatas pada aspek spiritual yang memberikan kemakmuran bagi orang-orang ada di sekitarnya. Jadi mindsetnya adalah masjid yang memakmurkan. Dimulai dari marbot yang jadi sosok yang paling dekat dengannya. Masjid yang ada marbotnya tapi terlihat tidak sejahtera, maka coba lihat pengurus masjidnya. Kalau mereka tampak buncit-buncit, patut dicurigai!!!

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Marbot yang Serupa Remah-remah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Juni 2023 oleh

Tags: gajihidup layakinsentifmarbot masjid
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Dulu Sepelekan Kuliah, Kini Nangis Gaji di Bawah UMR (Unsplash)

Dulu Bilangnya Kuliah Cuma Formalitas, Sekarang Nangis Karena Gaji Masih di Bawah UMR Meski Sudah 5 Tahun Kerja

3 Juli 2025
Gaji Dirapel, Sistem Pengupahan Paling Nggak Manusiawi yang Masih Sering Dilakukan Kantor Pemerintahan Mojok.co

Gaji Dirapel, Sistem Pengupahan Paling Nggak Manusiawi yang Masih Sering Dilakukan Kantor Pemerintahan

16 Juni 2024
Harus Punya Tabungan Rp20 Juta di Usia 25 Tahun, Fresh Graduate UMR Jogja Cuma Bisa Nangis Mendengarnya Mojok.co

Harus Punya Tabungan Rp20 Juta di Usia 25 Tahun, Fresh Graduate UMR Jogja Cuma Bisa Nangis Mendengarnya

21 Mei 2024
7 Pengalaman Konyol Fresh Graduate yang Pertama Kali Bekerja di Perusahaan terminal mojok

Fresh Graduate Minta Gaji Kelewat Tinggi Harusnya Dikasih Pengertian, Bukan Dijadiin Konten!

25 September 2021
kerja keras cara mendapatkan uang dari internet uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS, gaji umr tabungan penghasilan milenial uang pekerja boros mojok.co

Kenapa Gaji di Atas UMR tapi Masih Merasa Miskin?

7 Mei 2020
Nelayan, Profesi Paling Makmur di Lamongan, Awak Kapal Gajinya Minimal 3 Juta!

Nelayan, Profesi Paling Makmur di Lamongan, Awak Kapal Gajinya Minimal 3 Juta!

21 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.