Saya Hanya Bilang Manukan sebagai Daerah Ternyaman di Surabaya, Bukan Sempurna

Saya Hanya Bilang Manukan sebagai Daerah Ternyaman di Surabaya, Bukan Sempurna

Saya Hanya Bilang Manukan sebagai Daerah Ternyaman di Surabaya, Bukan Sempurna (Unsplash.com)

Artikel pertama saya yang tayang beberapa hari lalu di Terminal Mojok cukup menghebohkan netizen Surabaya. Pasalnya, tulisan soal daerah Manukan tersebut direpost oleh akun besar seputar Kota Surabaya, yaitu @aslisuroboyo. Seketika langsung banyak cuitan pro dan kontra dari khalayak. Mulai dari komentar soal daerah lain yang harusnya dinobatkan sebagai daerah ternyaman di Surabaya, hingga keluhan orang-orang bahwa Manukan nggak senyaman itu. Ya silakan saja berpendapat. Hal itu sah-sah saja.

Akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah saya menobatkan Manukan sebagai daerah ternyaman di Surabaya, bukan berarti paling sempurna. Bukankah dalam hidup ini memang nggak ada yang sempurna? Saya tahu setiap daerah punya kekurangan, begitu juga dengan Manukan. Nah, biar cerita soal Manukan berimbang, berikut saya jabarkan keluh kesah soal daerah ini.

Sering macet

Di tengah tingginya aktivitas warga sehari-hari dan kuliner yang melimpah, ada satu masalah yang umum terjadi di Manukan. Ia adalah macet. Biasanya kemacetan di daerah ini terjadi pada waktu pagi dan sore hari, atau ketika semua orang keluar untuk bekerja, mengantar anak ke sekolah, pergi ke pasar, dan kembali pulang lagi ke rumah.

Faktor utama kemacetan adalah jalan raya Manukan yang nggak begitu besar. Sehingga nggak sebanding dengan jumlah orang yang lalu lalang berkendara di sini. Maka tak heran kalau ada 4 hingga 5 mobil lewat bersamaan, pasti jalanan langsung macet. Apalagi kalau ada salah satu mobil yang harus putar balik, beuh, suara klakson nyaring terdengar.

Banjir di beberapa titik

Jalanan di daerah Manukan Surabaya sebenarnya nggak rata, sehingga ada beberapa titik di daerah ini yang kerap kebanjiran. Misalnya Manukan Lor, Tohirin, dan Kasman. Meski telah disiasati dengan pemasangan gorong-gorong oleh Pemkot, banjir tetap melanda tempat ini jika curah hujan tinggi. Makanya hati-hati ya, Gaes, sebaiknya jalan melewati ketiga titik tersebut ketika hujan sedang lebat-lebatnya.

Baca halaman selanjutnya

Susah cari parkiran mobil…

Susah cari parkiran mobil

Akibat padatnya warga dan kedai kuliner di sini, sulit sekali cari parkiran mobil di Manukan. Apalagi buat para warga pendatang yang hendak kulineran di sini. Biasanya mereka akan menitipkan mobil di gang yang agak lebar. Sebab, rata-rata kedai kuliner di Manukan berada tepat di pinggir jalan raya. Makanya warga asli sini kebanyakan naik motor kalau hendak mencari makanan. Saran saya, kalau kalian pengin kulineran di sini, mending bawa motor saja, nggak usah naik mobil, Rek.

Jukir liar

Kayaknya kalau masalah yang satu ini bisa kita jumpai hampir di seluruh daerah di Surabaya, deh. Bukan hal aneh lagi menemukan toko dengan tanda parkir gratis, tapi tiba-tiba tukang parkirnya muncul entah dari mana. Apalgi ada beberapa juru parkir yang memaksa orang untuk membayar. Kalau di Manukan, jukir liat biasanya ada di minimarket atau apotek.

Akan tetapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya kehadiran jukir liar ini juga dibutuhkan sih untuk menjaga kendaraan kita supaya nggak hilang. Yah, kalau kata bapak saya, mending keluar uang dua ribu daripada harus kehilangan motor puluhan juta.

Air PDAM ada waktunya

Meski Surabaya terkenal dengan kemudahan fasilitas, nggak demikian dengan aliran airnya. Contohnya ya di Manukan ini. Air PDAM di sini akan mengalir deras setelah pukul 12 malam sampai pukul 5 pagi. Setelah itu jangan berharap airnya bakal sederas itu. Apalagi kalau siang hari, beuh keluarnya cuma setetes dua tetes. Nunggu bak mandi penuh sudah kayak nunggu jodoh, Gaes. Kecuali rumah kalian punya tandon atau pompa air, ya. Kalau ada ini sih airnya pasti mengalir lancar.

Yah, begitulah keluh kesah warga Manukan Surabaya. Tapi, kalau kalian bertanya pada saya, apakah masalah-masalah di atas mengurangi kenyamanan Manukan? Tentu saya akan tetap menjawab nggak. Percaya deh, memang lebih nyaman tinggal di sini, Rek.

Penulis: Naimatul Chariro
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bagi Orang Madura, Surabaya Adalah Surga Dunia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version