Artikel pertama saya yang tayang beberapa hari lalu di Terminal Mojok cukup menghebohkan netizen Surabaya. Pasalnya, tulisan soal daerah Manukan tersebut direpost oleh akun besar seputar Kota Surabaya, yaitu @aslisuroboyo. Seketika langsung banyak cuitan pro dan kontra dari khalayak. Mulai dari komentar soal daerah lain yang harusnya dinobatkan sebagai daerah ternyaman di Surabaya, hingga keluhan orang-orang bahwa Manukan nggak senyaman itu. Ya silakan saja berpendapat. Hal itu sah-sah saja.
Akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah saya menobatkan Manukan sebagai daerah ternyaman di Surabaya, bukan berarti paling sempurna. Bukankah dalam hidup ini memang nggak ada yang sempurna? Saya tahu setiap daerah punya kekurangan, begitu juga dengan Manukan. Nah, biar cerita soal Manukan berimbang, berikut saya jabarkan keluh kesah soal daerah ini.
Sering macet
Di tengah tingginya aktivitas warga sehari-hari dan kuliner yang melimpah, ada satu masalah yang umum terjadi di Manukan. Ia adalah macet. Biasanya kemacetan di daerah ini terjadi pada waktu pagi dan sore hari, atau ketika semua orang keluar untuk bekerja, mengantar anak ke sekolah, pergi ke pasar, dan kembali pulang lagi ke rumah.
Faktor utama kemacetan adalah jalan raya Manukan yang nggak begitu besar. Sehingga nggak sebanding dengan jumlah orang yang lalu lalang berkendara di sini. Maka tak heran kalau ada 4 hingga 5 mobil lewat bersamaan, pasti jalanan langsung macet. Apalagi kalau ada salah satu mobil yang harus putar balik, beuh, suara klakson nyaring terdengar.
Banjir di beberapa titik
Jalanan di daerah Manukan Surabaya sebenarnya nggak rata, sehingga ada beberapa titik di daerah ini yang kerap kebanjiran. Misalnya Manukan Lor, Tohirin, dan Kasman. Meski telah disiasati dengan pemasangan gorong-gorong oleh Pemkot, banjir tetap melanda tempat ini jika curah hujan tinggi. Makanya hati-hati ya, Gaes, sebaiknya jalan melewati ketiga titik tersebut ketika hujan sedang lebat-lebatnya.
Baca halaman selanjutnya