Mall Cibubur Junction Menolak Mati dengan Terus Beradaptasi hingga Berhasil Raih Apresiasi

Mall Cibubur Junction Menolak Mati dengan Terus Beradaptasi hingga Berhasil Raih Apresiasi

Mall Cibubur Junction Menolak Mati dengan Terus Beradaptasi hingga Berhasil Raih Apresiasi (unsplash.com)

Bagi kami, selaku orang yang tumbuh besar di daerah Cibubur coret (baca: Kecamatan Tapos dan sekitarnya), mall Cibubur Junction akan selalu diingat sebagai secuil kenangan di tengah pertumbuhan perekonomian dan pembangunan yang masif.

Hidup segan mati tak mau, mungkin peribahasa itu adalah gambaran yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi mal Cibubur Junction saat ini. Padahal dulunya tempat ini adalah kebanggaan kami yang tinggal di daerah Cibubur. Mall ini sempat menjadi oase, pusat peradaban seluruh warga Cibubur, Depok, dan segelintir masyarakat Kecamatan Tapos.

Bagi orang Cibubur, perubahan telah menjadi sebuah keniscayaan. Mulai dari hilangnya monyet-monyet Buperta (Bumi Perkemahan dan Grha Wisata) yang konon kabarnya hilang ditelan pesatnya pembangunan, hingga proses pembuatan LRT Jalur Cibubur yang memberikan secercah harapan untuk masyarakat setempat.

Kendati terus digempur oleh pembangunan, satu hal yang tidak akan pernah luput dari hati warga Cibubur adalah memori tentang masa kejayaan Cibubur Junction. Sebuah pusat perbelanjaan, rekreasi, dan hiburan yang dulunya pernah menjadi pilihan utama bagi seluruh komponen masyarakat.

Lantas mengapa pusat perbelanjaan yang dibangun pada 27 Juli 2005 itu mulai sepi pengunjung? Begini kisahnya…

Cibubur Junction berdiri sejak tahun 2005 dan menjadi pelopor pusat perbelanjaan di ujung Jakarta Timur

Memiliki luas wilayah mencapai lebih dari 55 ribu meter persegi, mall Cibubur Junction terdiri dari lima lantai dengan satu rubanah (basement). Pada mulanya, lokasi wilayah yang strategis justru membuat Cibubur Junction menjadi pilihan yang ideal bagi seluruh masyarakat Cibubur. Namun, semuanya berubah ketika pembangunan mall-mall lain di daerah Cibubur merebak.

Mengutip laman resminya, Cibubur Junction merupakan sebuah pusat perbelanjaan dengan konsep dan desain yang ramah keluarga. Mall dengan sebutan “Cibujang” ini adalah trendsetter, pelopor pusat perbelanjaan dan rekreasi terbaik di wilayah Cibubur dan sekitarnya.

Terletak di tepi Jalan Tol Jagorawi, mall ini telah berdiri selama hampir 20 tahun. Sayangnya, kini mall ini sudah mulai temaram. Tiang-tiang LRT menjadi saksi dari gemerlapnya Cibujang pada masa itu. Kilauan lampu yang menghiasi setiap malam di akhir pekan, serta riuhnya kebahagiaan yang dulunya tercipta, sekarang telah menjadi semakin redup.

Cibubur Junction, oh, riwayatmu kini…

Shuttle bus yang pernah menjadi andalan sebelum adanya LRT dan Transjakarta

Dikembangkan oleh salah satu operator mall terbesar di Indonesia, yaitu Lippo Malls Indonesia (LMI), strategi Cibubur Junction untuk mendatangkan lebih banyak pengunjung juga cukup menarik. Contohnya, jauh sebelum ada LRT dan halte Transjakarta yang berdiri tepat di seberang mall ini, Cibubur Junction lah yang pertama kali memperkenalkan penyediaan shuttle bus di dalam pusat perbelanjaan di wilayah Cibubur.

Dikenal dengan nama “shuttle bus Cibubur Junction”, transportasi ini masih menjadi pilihan utama ketika diadakan pembatasan transportasi umum, seperti pada era pandemi beberapa tahun lalu. Bagi saya, shuttle bus ini adalah salah satu sarana transportasi umum terbaik, jauh sebelum adanya LRT dan Transjakarta yang sekarang justru merajai transportasi publik di area Cibubur dan sekitarnya.

Wilayah yang dilintasi oleh shuttle bus Cibubur Junction menjangkau hingga ke beberapa tempat. Setidaknya ada lima trayek yang masih saya ingat hingga saat ini, antara lain mall CJ-Gajah Mada Plaza, mall CJ-Blok M, mall CJ-FX Sudirman, mall CJ-Casablanca, dan mall CJ-Cempaka Putih. Semua kenyamanan tersebut didapatkan dengan harga mulai dari Rp14 ribu hingga Rp50 ribu saja. Harga yang layak untuk pelayanan dan fasilitas yang cukup memadai.

Permintaan yang tinggi membuat shuttle bus Cibubur Junction melebarkan sayapnya. Di tahun 2013, shuttle bus ini bahkan pernah membuka kesempatan untuk masyarakat yang ingin mudik lebaran. “Tidak perlu repot ke terminal, nge-mall aja bisa langsung mudik” adalah tagline yang digunakan oleh pihak shuttle bus Cibubur Junction. Keren, ya?

Cahaya yang mulai meredup, ditandai dengan masifnya pembangunan di Cibubur

Pada tahun 2013, saya hendak memasuki jenjang pendidikan baru di SMP. Kala itu, keluarga kami melakukan semacam selebrasi sederhana dengan makan bareng di Cibubur Junction, mall favorit keluarga kami.

Ketika itu, suasana mall tidak seperti biasanya. Keramaian dan hiruk pikuk yang biasanya padat pengunjung, kini menjadi lebih senggang. Kami yang biasanya menghabiskan banyak waktu hanya untuk mencari parkir, sekarang tidak lagi kesulitan. Ya, mall ini mulai sepi.

“Tumben ya, biasanya rame,” kata Ayah saya heran sambil melihat banyak spot parkir yang kosong.

“Oh, ada mall baru, Pa,” sahut Ibu, menganalisis keadaan anomali yang terjadi di mall Cibubur Junction, yaitu sepi.

Belakangan, saya baru menyadari bahwa mall baru yang dimaksud oleh Ibu adalah mall Ciputra Cibubur yang jaraknya hanya 4,6 km dari Cibubur Junction. Saingan baru, nih?

“Enak, sih, jadi kosong begini. Ah, tapi paling cuma beberapa hari, nanti juga pada balik lagi ke sini,” balas Ayah, sambil memposisikan mobil di lokasi parkir yang kosong.

Sejak berdirinya mall Ciputra Cibubur, Cibubur Junction menjadi lebih sepi dari biasanya. Akan tetapi, kondisi tersebut belum menjadi puncaknya. Bagi saya, Cibujang mulai tersaingi pada tahun 2019. Di tahun tersebut, sebuah pusat perbelanjaan kekinian yang jaraknya hanya 1,5 km dari Cibubur Junction, yaitu Trans Studio Mall (TSM) Cibubur, resmi dibuka dan beroperasi.

Menolak mati dengan beradaptasi hingga berhasil mendapat piagam apresiasi

Kondisi sepi yang terus menggerogoti mall Cibubur Junction tidak membuat mereka patah semangat. Mall ini berusaha untuk terus beradaptasi. Buktinya, proses pembangunan LRT Jalur Cibubur yang kini dielu-elukan oleh masyarakat setempat, justru dimanfaatkan oleh mall Cibubur Junction dengan memberikan akses langsung dari dalam mall menuju Stasiun LRT Harjamukti. Sungguh, menurut saya ide tersebut sangatlah brilian!

Di tengah badai pembangunan yang masif, mall ini justru mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2021 karena dinilai konsisten dalam mendukung pemerintah, khususnya pada pemajuan kebudayaan melalui penyediaan ruang ekspresi bagi para musisi jalanan.

Dengan menyediakan tempat sebagai sarana, Kemendikbudristek menilai Cibubur Junction telah membantu pemerintah dalam menjalankan program Pentas Ekspresi Seniman Jalanan. Tujuannya adalah untuk memberikan pembinaan dan pembekalan bermusik kepada para musisi jalanan. Ruang-ruang ekspresi tersebut diwujudnyatakan melalui program yang salah satunya bertempat di mall ini.

Apresiasi saya untuk Cibubur Junction

Banyak perubahan yang menimbulkan kehilangan dan rasa sedih ketika mengingat-ingat masa yang indah. Namun tidak dengan mall Cibubur Junction, yang terus saja beradaptasi tanpa kenal lelah.

Menurut saya, perubahan yang dialami oleh mal ini selalu disertai dengan adaptasi. Hal inilah yang pada akhirnya membuat mall Cibujang masih terus menjadi kesayangan warga Cibubur dan sekitarnya, meskipun mungkin tidak pernah lagi singgah, masuk ke dalam mallnya.

Hebatnya, hingga saat ini Cibubur Junction masih terus berkolaborasi dengan banyak stakeholder supaya tetap relevan di tengah masifnya pembangunan. Sebagai contoh, Cibubur Junction juga telah menjalin kerja sama dengan PT KAI dalam penyediaan fasilitas parkir bagi para pengguna LRT dari Stasiun Harjamukti. Pihak manajemen bahkan membangun terowongan supaya pengguna LRT dapat menggunakan akses tersebut menuju mall.

Kalau sudah begini, seharusnya Stasiun LRT Harjamukti diganti namanya menjadi Stasiun LRT Cibubur Junction. Ya, setidaknya proses pergantian nama stasiun tersebut bisa menjadi potensi bagi Cibubur Junction untuk kembali memancarkan sinarnya yang gemerlapan seperti dulu lagi. Lagi pula, proses ganti nama belakangan ini sudah jadi tren, kan?

Sekarang, saya hanya berharap supaya Cibubur Junction bisa tetap eksis, walau pesaingnya digadang-gadang sebagai mall terbesar di timur Jakarta. Mampukah Cibujang bertahan?

Penulis: Marshel Leonard Nanlohy
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jangan Nonton Bioskop kalau Nggak Paham Aturan Tidak Tertulisnya, Nanti Disebut Penonton Norak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version