Beberapa waktu lalu saya mengikuti tes kesehatan. Tes kesehatan yang saya ikuti ini gratis karena merupakan program dari puskesmas di sekitar kantor saya. Tesnya sederhana, hanya mengetes kadar kolesterol, asam urat, dan gula darah.
Anehnya, meski gratis, ketika saya mengajak salah satu rekan kantor untuk ikutan, dia malah menolak. Alasannya dia nggak mau kalau penyakitnya ketahuan. Iya, kamu nggak salah baca, kok. Teman saya malah takut penyakitnya ketahuan.
Bagi saya, alasan tersebut nggak masuk akal, malahan sesat. Herannya lagi, selain teman saya, banyak juga orang menggunakan alasan serupa untuk nggak mengikuti tes kesehatan\.
Daftar Isi
Orang Indonesia enggan melakukan tes kesehatan
Setahu saya, kebanyakan orang Indonesia jarang melakukan tes kesehatan rutin tiap tahunnya. Ya memang lazimnya orang Indonesia datang ke fasilitas kesehatan hanya ketika mereka sedang sakit, selebihnya ya nggak. Setidaknya itu yang kerap terjadi di lingkungan sekitar saya.
Bukan cuma karena takut ketahuan penyakitnya apa, ada juga yang terang-terangan nggak mau merogoh kocek cuma untuk tes kesehatan. Memang di luar fasilitas kesehatan pemerintah, tes kesehatan tarifnya cukup mahal. Apalagi kalau gaji kita masih gaji UMR.
Salah satu contohnya di Prodia. Tarif tes di sini sekitar 1 jutaan lebih. Walaupun kelihatannya agak mahal, tapi tarif tersebut terasa worth it. Dengan uang segitu kita bisa tes lengkap di Prodia, lho. Pelayanannya juga sangat baik.
Pentingnya tes kesehatan rutin
Sebelumnya saya mau disclaimer. Saya ini bukan lulusan jurusan Kesehatan. Akan tetapi, kalau perihal pengetahuan dasar kesehatan yang wajib diketahui masyarakat, saya sedikit-sedikit paham. Salah satunya soal tes kesehatan rutin ini.
Meski orang Indonesia memiliki banyak alasan enggan melakukan tes kesehatan rutin, ada lebih banyak alasan yang memberatkan kamu harus tes kesehatan rutin. Salah satunya adalah dengan rutin mengecek kesehatan, kita dapat menilai dan mengevaluasi kondisi kesehatan kita dari masa ke masa.
Apabila dari masa ke masa kita mengalami penurunan kondisi kesehatan, tentu harus ada yang diperbaiki dari gaya hidup kita. Sedangkan kalau dari masa ke masa kita tetap fit, kita wajib mempertahankan gaya hidup yang baik. Bahkan, kalau bisa menambah kebiasaan hidup kita.
Kalau penyakit ketahuan langsung kepikiran
“Tapi, kalau tahu penyakit dari tes kesehatan sejak dini kan malah bikin kepikiran. Malah bikin stres, Bang.”
Lha? Siapa yang nyuruh dipikirin? Kebiasaan orang Indonesia tuh kalau punya penyakit malah dipikirin, bukannya malah mencari cara menyembuhkannya. Atau minimal mencegah penyakitnya memburuk, deh.
Kayak cowok-cowok Indonesia baru demam doang langsung mau nulis surat wasiat. Padahal kalau hanya demam biasa, tinggal minum obat dan istirahat yang cukup. Nggak lama juga bisa pulih.
Nggak ada uang buat rutin mengecek
“Bang, saya bukannya nggak mau tes kesehatan rutin. Saya cuma nggak punya duit buat tes.”
Kalau nggak punya uang buat tes kesehatan rutin, bisa nabung, Gaes. Mengecek kesehatan kita kan nggak mesti dilakukan setiap bulan. Bisa lho medical check up secara menyeluruh setahun sekali. Nah, selama menunggu waktu setahun itu kita bisa menabung dulu. Misalnya cukup menabung minimal Rp100 ribu per bulan sudah bisa untuk mengecek kesehatan di fasilitas kesehatan yang berkualitas.
Gimana kalau masih nggak mampu juga? Kalau begitu ya menunggu program dari pemerintah yang gratis. Seperti yang kebetulan saya dan rekan-rekan kantor dapatkan. Hanya saja tes kesehatannya agak berbeda dengan yang berbayar.
Tapi, saya sangat percaya jamaah mojokiyah lebih dari mampu untuk menabung demi tes kesehatan berbayar. Toh menyisihkan uang Rp100 ribu per bulan mesti lebih rendah daripada biaya nongkrong kamu tiap bulan, kan? Masa kamu hanya peduli kesehatan mental doang dan kurang peduli dengan kesehatan raga yang sama pentingnya, sih?
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Gaya Hidup Sehat Adalah Sesuatu yang Aneh di Masyarakat Kita.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.