Malang Memang Beda, Cuacanya Baru Dingin kalo Lagi Musim Maba, Caper, Bos?

Surat Cinta untuk Walikota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja!

Surat Cinta untuk Walikota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja! (Akhmad Dodi Firmansyah via Shutterstock.com)

Malang Kota Bunga tak lepas dari julukan kota dingin nan sejuk. Selama merantau di Malang selama kurang lebih lima tahun dan jarang pulang, secara pribadi saya merasakan naik turunnya suhu kota ini. Tapi, ada hal menarik yang kalian tak sangka-sangka terkait kota ini.

Tahun pertama ketika saya memutuskan untuk merantau di kota ini sebagai mahasiswa baru (maba) tahun 2019, saya sempat mengalami eksim selama dua minggu. Eksim bisa disebabkan banyak faktor, dan saya yakin eksim saya karena faktor cuaca yang naik turun. Kota asal saya di Banyuwangi tentu tidak sedingin kota ini, dan mungkin itulah kenapa saya bisa kena eksim.

Insiden eksim gara-gara dingin

Karena perubahan suhu dan cuaca dari kota asal ke kota rantau yang sangat drastis, membuat dua minggu pertama saya di Malang tidak bisa tidur nyenyak dan beraktivitas karena gatal, ruam merah, kulit kering. Kata teman saya yang asli kota ini, kulit saya masih adaptasi, nanti sembuh sendiri sembari dikasih salep. Akhirnya saya nurut aja dan untungnya setelah dua minggu berlalu, kulit saya pulih.

Saat maba itu saya akui bahwa Kota Malang bener-bener dingin. Mau ke toilet buat buang air kecil aja membutuhkan nyali yang besar. Bukan karena horor, tapi karena airnya yang dingin pol. Memang sih, Kota Batu lebih dingin, tapi saya sebagai perantau dari desa yang panas jelas kaget.

Bahkan saya sering kuliah pagi tidak mandi, hanya gosok gigi dan cuci muka, itu pun sudah saya anggap prestasi. Saya masih ingat jelas pada Agustus 2019, suhu Kota Malang di pagi hari menyentuh 170-180C. Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya mulai terbiasa dengan suhu cuaca di Malang.

Baca halaman selanjutnya

Sudah tak sedingin dulu…

Malang sudah tak sedingin dulu

Setelah beberapa bulan, hingga lewat tahun pertama, lah dalah… kok ya podo wae panase. Lebih anehnya lagi kalau musim maba sudah berakhir, Malang yang dingin ini berubah jadi kota yang panasnya tak terkendali. Terlihat dari sinar matahari yang berhasil membuat cetakan sandal belang di kaki mulus saya. Meskipun airnya masih dingin, suhunya panas banget sampai males buat pergi keluar kos. Jadi saya pikir, ya wajar lah namanya juga siang.

Tapi tak berhenti di sini saja perkara suhu ini. Hasil pengamatan saya selama kurang lebih empat tahun, Malang itu bakal dingin lagi pas Idulfitri dan musim maba. Lho kok bisa?

Kebetulan apa emang fakta?

Fenomena ini tentu bikin saya penasaran, apakah memang kebetulan atau fakta adanya. Menurut prakirawan BMKG Karangploso Malang, Achmad Luthfi, yang dilansir dari tugumalang.id pada Februari 2022, suhu panas yang terjadi di Malang selama beberapa tahun terakhir ini, terjadi karena adanya gerak semu matahari yang menyebabkan dampak panas yang dirasakan oleh penduduk Malang.

Setelah saya telusuri melalui pengamatan suhu di Kota Malang pada laman resmi BPS melalui sumber BMKG Karangploso, memang pada 2021 hingga 2022 suhu maksimum lebih dari 300C, dengan rata-rata mencapai lebih dari 260 C. Layakno panase raumum, gak bahaya a?

Menariknya, dari hasil pengamatan BMKG tersebut, setiap bulan Juli hingga September, minimum suhu di Kota Malang mulai dari 140-180 C. Bulan itu memang bertepatan dengan masuknya maba di kampus-kampus. Padahal, di Indonesia yang iklimnya tropis ini, mongso rendheng (musim hujan) biasa terjadi di bulan Desember sampai Februari.

Lah ini kan out of the box, bisa-bisanya rata-rata suhu di bulan Februari hingga Desember di Kota Malang malah lebih dari 250C (meskipun nggak terlalu panas kayak daerah luar Malang Raya). Ini kan perlu dipertanyakan. Apakah Kota Malang ini sengaja menjelma sebagai kota yang dingin, karena suka caper pas bulan-bulannya musim maba kayak sekarang?

Asli deh, bulan-bulan Juli ini siang hari pun Malang lagi nyaper ke perantau baru. Apa biar tetep dapet julukan Malang kota dingin? Biar nggak kalah eksis sama Kota Batu yang dinginnya konsisten?

Padahal, suhu Kota Malang cenderung labil. Kalau nggak percaya coba sendiri deh. Yang jelas, kota ini tak sedingin yang kau kira, adik-adikku maba. Jangan terkecoh, kota ini suka caper sama pendatang baru. Nanti bakal tahu panasnya jelas lebih konsisten, ketimbang omongan gebetanmu yang nggak seberapa itu.

Penulis: Ferika Sandra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kota Batu Adalah Sebaik-baiknya Kota untuk Menetap walau Banyak Masalahnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version