Makna Lagu ‘Resah’ Payung Teduh yang Bikin Merinding

Makna Lagu Payung Teduh yang Bikin Merinding terminal mojok

Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan lagu dari Payung Teduh yang berjudul “Resah”. Dari nadanya saja kita sudah merasakan kesenduan yang dibuat oleh sang penyanyi tersebut.

Namun, apakah kalian tahu makna tersembunyi yang terkandung dalam lirik lagu Payung Teduh tersebut? Mungkin kalian bakal merinding jika mendengarkannya lagi dengan makna yang berbeda.

Mari kita mulai dengan lirik pada bait pertama, “Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap”. Kalimat tersebut menyuratkan bahwa penulis ingin berdua dengan seseorang di malam hari, saat hujan dan gelap. Pertanyaannya, mengapa harus pada saat malam dan turun hujan? Secara tersirat lirik tersebut mengartikan bahwa seseorang yang dia temui atau si penulis sendiri hanya bisa ditemui saat malam hari, untuk hujannya mungkin hanya untuk menambah suasana romantis. Pada malam hari yang gelap gulita. Bisa kalian tebak siapa yang ditemui oleh penulis ini atau siapa penulis itu sebenarnya?

Kita beranjak ke lirik yang kedua, “Tapi aku tak bisa melihat matamu”. Lirik kedua ini memperkuat lirik pertama yang menyiratkan bahwa orang yang dia temui atau mungkin si penulis sendiri tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Maksudnya bukan tidak punya mata, ya. Namun lebih tepatnya dia hanya bisa merasakan kehadirannya saja. Dia hadir, tapi tidak terlihat. Oke, sampai sini saya sudah cukup paham akan mengarah ke mana.

Kita lanjut pada lirik ketiga, “Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur”. Arti pada lirik ini sudah tersurat pada liriknya sendiri. Menurut saya, lirik ketiga ini tidak menyiratkan apa pun selain si penulis masih ingin berdua dengan orang yang dia temui di bawah pohon dengan daun-daunnya yang berguguran.

Akan tetapi lirik keempat akan sangat berpengaruh terhadap lirik pertama tadi, “Aku ingin berdua denganmu, tapi aku hanya melihat keresahanmu”. Pada lirik tersebut sudah jelas siapa yang ingin berdua dan siapa yang resah. Menurut lirik tersebut, yang ingin berdua adalah sang penulis dan yang resah adalah orang yang ingin ditemui penulis. Mereka sebenarnya sudah ada di satu tempat yang sama, tapi yang ditemui penulis ini tidak tahu bahwa sang penulis udah datang. Dia memang merasakan kehadiran sang penulis. Bukan dengan perasaan gembira, melainkan dengan perasaan resah.

Lirik selanjutnya sudah jelas, “Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang”. Sudah tersurat dan tersirat makna dari lirik tersebut adalah sang penulis sudah berada di atas yang artinya dia tidak berada di dunia yang sama dengan orang yang ingin dia temui. “Melayang-layang” yang berarti tubuhnya bukan lagi tubuh manusia seperti kita, melainkan berupa roh yang melayang pada dunia lain di atas sana. Sampai sini saya paham apa makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Dia sudah tiada dan dia menunggu kekasihnya datang ke dunianya agar mereka bisa bersama kembali.

Oke, kita sampai pada lirik terakhir, “Tergoyang angin menantikan tubuh itu”. Lirik tersebut adalah lanjutan dari lirik sebelumnya yang mengatakan bahwa dia menunggu tubuh yang dia nanti-nantikan terbang bersamanya. Dalam artian dia menunggu kekasihnya tiada juga dan mereka bisa bersama. Kok saya jadi merinding, ya? Coba bayangkan bagaimana rasanya ditunggu kematiannya oleh orang yang sudah meninggal?

Agak ngeri juga, walaupun saya tahu bahwa mereka saling cinta dan ingin tetap bersama. Akan tetapi jika sudah membahas kematian, sudah lain ceritanya. Urusan hidup dan mati agak konyol menurut saya jika dikaitkan dengan cinta. Iya, kita pasti akan sedih jika kehilangan orang yang kita cintai, tapi dalam hati kecil kita pun sebenarnya belum siap untuk menyusul mereka. Bagaimana menurut kalian soal makna lagu “Resah” Payung Teduh ini?

BACA JUGA ‘Bang-bang Wetan’, Lagu Jawa Sarat Makna yang Sering Dikira Lagu Horor dan tulisan Nisia Anindita Rinjani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version