Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dilema Orang Majenang dan Cimanggu di Kabupaten Cilacap: Terlalu Sunda untuk Disebut Jawa

Muhamad Fajar oleh Muhamad Fajar
5 Juli 2024
A A
Majenang, Kecamatan Paling Mentereng Se-Cilacap Bagian Barat walau Letaknya di Pinggiran Mojok.co

Majenang, Kecamatan Paling Mentereng Se-Cilacap Bagian Barat walau Letaknya di Pinggiran (dispertan.cilacapkab.go.id)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang-orang Majenang dan Cimanggu Cilacap ini unik. Mereka terlalu Sunda untuk dianggap Jawa, tapi ya masih fasih Jawa. Nah loh gimana?

Semasa berkuliah di Purwokerto, saya banyak memiliki teman yang berasal dari Cilacap bagian barat-utara. Cilacap bagian tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes dan Kota Banjar alias Banjar Patroman. Yang membuat saya heran adalah penggunaan bahasa sehari-hari. Mereka ternyata tidak menggunakan bahasa Jawa, melainkan bahasa Sunda. Jadi sebenarnya mereka ini Sunda atau jawa?

Dalam beberapa kesempatan saya pernah main ke tempat seorang kawan di Wanareja, Cimanggu, dan Majenang. Yang sempat agak lama adalah di Cimanggu, sekitar dua hari tiga malam. Daerah ini mayoritas penduduknya berada di lembah dan pegunungan Maruyung, yang jika ditelusur ke arah utara tembus ke Bantarkawung Kabupaten Brebes.

Saat berada di sana saya cukup dibuat kaget karena masyarakatnya secara menyeluruh menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian mereka. Yang mana selama ini saya hanya mengetahuinya dari percakapan teman-teman saya saat mengobrol. Sekarang saya benar-benar membuktikan bahwa ternyata bahasa keseharian masyarakat Cimanggu adalah Sunda banget. Belakangan, baru saya ketahui berdialek Ciamis atau dialek Tenggara.

Bahasa Sunda dialek Ciamis adalah bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat di wilayah tenggara Parahyangan Timur. Yaitu Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran, serta di wilayah barat daya bekas Karesidenan Banyumas, yaitu Kabupaten Cilacap yang tersebar di Kecamatan Wanareja, Cimanggu, Majenang, Dayeuhluhur, dan sebagian wilayah Karangpucung. Dan setelah saya telusuri lebih dalam, dialek ini meluas juga ke Kabupaten Brebes di Kecamatan Salem, Bantarkawung, Banjarharjo, Kersana, Losari, Ketanggugan dan Larangan.

Sedikit lebih lanjut tentang historinya. Ternyata keberadaan penutur bahasa Sunda di sebaran wilayah yang saya sebutkan di atas bermula dari migrasi penduduk Sunda ke wilayah Jawa Tengah untuk bekerja di proyek-proyek infrastruktur dan perkebunan pada zaman penjajahan Belanda.

Satu dialek tapi penggunaan kosa kata antar daerahnya berbeda

Meski berada dalam wilayah yang berdekatan, penggunaan kosa kata di Cimanggu Cilacap ini terdapat perbedaan. Jika dibandingkan dengan Dayeuhluhur atau Karangpucung.

Sebagai contoh, di Kecamatan Wanareja dan Dayeuhluhur yang notabene agak berjauhan, penyebutan “aku” umumnya menggunakan kata “abi”. Akan tetapi kalau di wilayah Cimanggu dan Karangpucung, mereka lebih sering menggunakan kata “urang”, “aing”, atau “uing”.

Baca Juga:

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Benteng Pendem Cilacap: Tempat Wisata Penjajahan Kolonial yang Aura Mengerikannya Masih Amat Terjaga

Kemudian di wilayah Banjarharjo Kabupaten Brebes, kalau mengatakan “kamu mau ke mana” itu dengan sebutan “sia rek ka ndi”. Sementara di Cimanggu atau Karangpucung biasanya memakai istilah “maneh ka mana”. Lalu untuk mengatakan “tidak tahu”, orang-orang Sunda Brebes biasanya memakai kata “teu nyaho”. Yang mana itu sama dengan yang sering dipakai di Cimanggu dan Majenang. Sementara penutur Sunda Bandung dan sekitarnya lebih sering memakai diksi “teu terang” atau “teu apal”.

Sepengalaman saya bergaul dengan orang-orang Bandung, Sukabumi, atau Subang, bahasa Sunda yang mereka tuturkan dalam keseharian memang terbilang kasar–mungkin kalau di bahasa Jawa disebut ngoko–tapi secara nada dan intonasi tetap halus dan mendayu-dayu. Jujur, saya kesulitan mendeskripsikannya dengan kata-kata. Yang jelas, sebagai penutur bahasa ngapak yang kaffah, saya menilai percakapan sehari-hari mereka masih dapat dikatakan halus dan tidak senyablak bahasa ngapak.

Meski kasar, mereka juga tetap bisa jadi Sunda alus

Menurut teman saya yang merupakan warga asli Dusun Cipeteuy di Cimanggu itu, penuturan bahasa Sunda di Cimanggu, Majenang, atau Karangpucung memang terbilang kasar dan intonasinya lebih ngegas. Namun, bukan berarti orang-orang Sunda di sana tidak dapat berbahasa Sunda alus.

Ketika mereka sedang berbicara dengan yang lebih tua, diksi yang digunakan juga diksi-diksi Sunda alus. Juga dibarengi dengan nada yang lebih lemes dan ngajeni. Praktik ini sebenarnya sama dengan bahasa sehari-hari warga Banyumas atau sebagian besar warga Cilacap. Mereka tidak hanya bisa menuturkan bahasa ngapak yang kasar dan nyablak, tetapi juga bisa menuturkan bahasa Jawa alus bahkan krama inggil,

Asimilasi Jawa-Sunda di Cilacap

Warga Cimanggu, Majenang, Karangpucung, serta daerah-daerah penutur Sunda di Brebes dan Cilacap ini adalah wujud dari asimilasi budaya Sunda-Jawa yang saling memengaruhi dan menciptakan identitas baru yang merupakan fusi dari keduanya. Jadi–menjawab pertanyaan saya di paragraf pertama, mereka adalah penduduk Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat yang melestarikan eksistensi suku Jawa dan Sunda sekaligus.

Lebih dari itu, sejarah kolonial yang melekat pada diri mereka bukanlah satu-satunya sisi historis yang bisa dikupas. Konon, persebaran budaya dan kehidupan sosio-antropologi masyarakat Cimanggu dan Majenang ini masih ada kaitannya dengan histori Kerajaan Galuh yang melegenda itu.

Rasanya saya tidak ingin membiarkan desas-desus ini bergumul di pikiran saya sendiri. Jadi semoga saja, saya dapat melanjutkan pembahasannya di tulisan yang lain. Saya yakin, kalau hal ini ditelusuri secara lebih mendalam akan menjadi buah kajian yang menarik dalam diskursus kajian sejarah, linguistik dan kekayaan budaya Indonesia, khususnya babagan Jasun alias Jawa-Sunda.

Penulis: Muhamad Fajar
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Keunikan Cilacap Barat yang Bikin Bingung Warganya Sendiri karena Masuk Wilayah Ngapak, tapi Dianggap Sunda Juga Bisa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Juli 2024 oleh

Tags: cilacapCimanggumajenang
Muhamad Fajar

Muhamad Fajar

ArtikelTerkait

Benteng Pendem Cilacap: Tempat Wisata Penjajahan Kolonial yang Aura Mengerikannya Masih Amat Terjaga

Benteng Pendem Cilacap: Tempat Wisata Penjajahan Kolonial yang Aura Mengerikannya Masih Amat Terjaga

10 Juni 2025
Derita yang Saya Rasakan Saat Naik Bus Sinar Jaya dari Jakarta ke Kawunganten Cilacap

Derita yang Saya Rasakan Saat Naik Bus Sinar Jaya dari Jakarta ke Kawunganten Cilacap

28 April 2023
Laksana Baru, Swalayan yang Punya Bioskop Andalan Masyarakat Cilacap Barat

Laksana Baru, Swalayan yang Punya Bioskop Andalan Masyarakat Cilacap Barat

27 September 2023
6 Mendoan Paling Enak di Barlingmascakeb

6 Mendoan Paling Enak di Barlingmascakeb

7 Januari 2022
Misteri Kawuk: Hewan Pemangsa Mayat di Cilacap dan Penjaga Lapas Nusakambangan pulau nusakambangan

Misteri Kawuk: Hewan Pemangsa Mayat di Cilacap dan Penjaga Lapas Nusakambangan

27 Oktober 2022
Ilustrasi Cilacap Barat Daerah Unik Tanpa Identitas yang Jelas (Unsplash) tki #kaburajadulu

Tren #KaburAjaDulu Jelas Bukan Hal yang Baru bagi Kami Warga Cilacap yang Sedari Dulu Memang Suka “Kabur” ke Luar Negeri

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.