Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa UIN Jogja Sebenarnya Nggak (Terlalu) Peduli Agama, makanya Kerap Dicap Liberal dan Kebarat-baratan

Ilfas Satria Nur Alamsyah oleh Ilfas Satria Nur Alamsyah
17 Juni 2025
A A
Mahasiswa UIN Jogja Sebenarnya Nggak (Terlalu) Peduli Agama, makanya Kerap Dicap Liberal dan Kebarat-baratan

Mahasiswa UIN Jogja Sebenarnya Nggak (Terlalu) Peduli Agama, makanya Kerap Dicap Liberal dan Kebarat-baratan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Membicarakan kampus Islam, rasanya kurang afdal kalau nggak ada UIN di dalamnya. Kampus Islam yang hampir ada di tiap provinsi di Indonesia ini menjadi semacam patokan kampus Islam di Indonesia. UIN Jogja salah satunya.

Akan tetapi apakah stasus sebagai kampus Islam menjamin keislaman mahasiswanya? Sebagai mahasiswa dari salah satu fakultas di UIN Jogja, tentu saya tidak bisa mewakili semua mahasiswa. Tapi berdasarkan pengalaman selama berkuliah, saya bisa menarik kesimpulan bahwa mahasiswa UIN Jogja nggak terlalu menghiraukan agama. Agama seolah bukan jadi prioritas di sini.

UIN Jogja itu kampus liberal

Mahasiswa UIN Jogja harusnya nggak asing dengan stigma liberal yang disandangkan pada kampus tercinta. Stigma tersebut tentu tak begitu saja naik layaknya anak presiden. Ada faktor-faktor yang membuat stigma tersebut muncul.

Kejadian disertasi yang menghalalkan zina dan pengharaman cadar sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan kenapa UIN Jogja dicap liberal. Iya, memang kejadian tersebut adalah kejadian lampau yang sudah dilupakan. Tetapi dari sanalah muncul stigma kampus liberal tersebut.

Namun apa pun itu, sebagai bagian dari kampus tersebut, saya bisa merasakan bahwa stigma itu benar adanya. Bagaimana tidak, mahasiswa kampus Islam yang harusnya berpikir dan berperilaku islami, kurang—kalau nggak disebut sama sekali—menampakkan keislamannya. Salat saja yang menjadi dasar dari Islam itu sendiri tidak begitu diperhatikan oleh banyak mahasiswa di kampus ini. Mungkin cap liberal rasanya masih kurang kalau begini kasusnya.

Lebih kebarat-baratan daripada ketimur-timuran

Ketika melihat UIN, yang sepantasnya ditanamkan dan diterapkan adalah pemikiran-pemikiran ulama muslim yang berkontribusi dalam dunia pendidikan dan keilmuan. Namun hal ini berbeda dengan kultur di UIN Jogja. Mahasiswa kampus ini seakan lebih bangga ketika mengutip pemikiran tokoh Barat daripada tokoh muslim. Mengutip Marx rasanya lebih gagah daripada mengutip Ibnu Khaldun, Kant rasanya lebih tinggi dari Al-Ghazali, dsb.

Hal ini tentu ada untungnya juga karena dengan begini dunia keilmuan di kampus tidak jumud dan tertutup pada suatu pandangan yang dianggap absolut. Seakan pandangan yang pasti benar hanyalah dari ulama muslim dan yang selain itu harus dibuang semuanya.

Namun bukannya menyeimbangkan antara keduanya, sebagaimana yang menjadi semangat dari paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi yang digagas oleh Amin Abdullah, yang terjadi malah pengunggulan terhadap Barat. Islam seakan harus selalu dilihat dari sudut pandang outsiders yang sebenarnya, dalam pemahaman yang lebih jauh, itu berarti keluar dari Islam terlebih dahulu untuk mengkaji Islam. Ini tentu menjadi problem.

Baca Juga:

Alasan Saya Nggak Kecewa Masuk UIN Jogja meski Bukan Kampus Impian 

KKN Konversi UIN Jogja “Menyiksa” Mahasiswa: Katanya Lebih Hemat Waktu dan Biaya padahal Bikin Boncos, Mahasiswa Menanggung Beban Ganda pula

Mahasiswa sarungan hanya jadi identitas semu

Ketika nongkrong di kafe atau angkringan, tidak jarang kita melihat mahasiswa UIN Jogja berbusana sarungan. Tentu itu adalah suatu hal yang wajar dan normal mengingat banyak mahasiswa UIN yang merupakan alumni pondok pesantren. Saya juga kadang sarungan kalau sekadar keluar kos untuk beli keperluan di warung.

Namun yang menjadi masalah ketika sarungan digeneralisasi menjadi identitas dari mahasiswa UIN secara keseluruhan. Sarungan sebagai suatu ciri khas dari kalangan santri memiliki kesan membawa nilai agama di dalamnya. Sehingga ketika sarungan menjadi identitas dari mahasiswa yang tidak begitu memedulikan agama, itu mencederai nilai dari sarungan itu sendiri sekaligus menjadikan identitas tersebut hanya sebagai identitas semu.

Memang benar jika dikatakan bahwa sarungan hanya urusan budaya bukan agama, sehingga tidak salah ketika seseorang memilih untuk sarungan meskipun dia bukan orang yang religius. Tetapi tetap harus menjadi perhatian bahwa sarungan dalam kehidupan masyarakat Indonesia identik dengan unsur yang berbau agamis. Selain kalangan santri, sarung juga sering digunakan ketika seseorang hendak melakukan ibadah salat. Sehingga hal ini memberi kesan religius tersendiri bagi pemakainya.

Perlu diingatkan kembali bahwa semua hal yang saya jelaskan di atas memang tidak bisa mewakili mahasiswa UIN Jogja secara keseluruhan. Juga tidak pantas digunakan untuk men-judge seseorang secara pribadi. Ini cukup menjadi bahan refleksi bersama dan bersikaplah bijak dalam menilainya.

Penulis: Ilfas Satria Nur Alamsyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA KKN Konversi UIN Jogja “Menyiksa” Mahasiswa: Katanya Lebih Hemat Waktu dan Biaya padahal Bikin Boncos, Mahasiswa Menanggung Beban Ganda pula.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2025 oleh

Tags: kampus uin jogjaUIN Jogja
Ilfas Satria Nur Alamsyah

Ilfas Satria Nur Alamsyah

ArtikelTerkait

Alasan Saya Nggak Kecewa Masuk UIN Jogja meski Bukan Kampus Impian Mojok.co

Alasan Saya Nggak Kecewa Masuk UIN Jogja meski Bukan Kampus Impian 

27 September 2025
Berbeda dengan Anak UIN Jakarta, bagi Lulusan UIN Jogja Label Liberal adalah Berkah

Berbeda dengan Anak UIN Jakarta, bagi Lulusan UIN Jogja, Label Liberal Adalah Berkah

18 April 2025
UIN Malang dan UIN Jogja, Saudara yang Perbedaannya Kelewat Kentara

UIN Malang dan UIN Jogja, Saudara yang Perbedaannya Kelewat Kentara

29 Agustus 2024
KKN Konversi UIN Jogja "Menyiksa" Mahasiswa: Katanya Lebih Hemat Waktu dan Biaya padahal Bikin Boncos, Mahasiswa Menanggung Beban Ganda pula

KKN Konversi UIN Jogja “Menyiksa” Mahasiswa: Katanya Lebih Hemat Waktu dan Biaya padahal Bikin Boncos, Mahasiswa Menanggung Beban Ganda pula

10 Juni 2025
Keunikan UIN Jogja, Mahasiswanya seperti Nggak Kuliah di Kampus Islam Mojok.co

Keunikan UIN Jogja, Mahasiswanya seperti Nggak Kuliah di Kampus Islam

2 Juni 2025
Rekomendasi Tempat Makan Murah tur Enak dan Wajib Dicobain Maba UIN Jogja terminal mojok

Rekomendasi Tempat Makan Murah tur Enak buat Maba UIN Jogja

15 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.