Mahasiswa Tak Perlu Menolak Pembukaan Mie Gacoan di Bangkalan, Mie Gacoan Tak Mungkin Mematikan Produk Lokal

Mie Gacoan Nggak Usah Buka Cabang di Bangkalan Madura, Sudah Ada Mie NteHOT yang Siap Bikin Kalian Gulung Tikar! mie endess

Mie Gacoan Nggak Usah Buka Cabang di Bangkalan Madura, Sudah Ada Mie NteHOT yang Siap Bikin Kalian Gulung Tikar! (Unsplash.com)

Saya mulai jenuh menulis hal-hal tak biasa yang terjadi di Bangkalan Madura. Setiap minggu, ada saja fenomena baru di kabupaten ini yang tak masuk di akal saya. Sampai-sampai saya berpikir, apa sebenarnya ini adalah akal saya saja yang terlalu dangkal. Mungkin saja iya. Terbaru, fenomena yang tak masuk di akal saya adalah penolakan salah satu organisasi pemuda dan mahasiswa pada rencana pembukaan Mie Gacoan di Bangkalan Madura.

Katanya, pembukaan Mie Gacoan akan mematikan usaha lokal yang ada di kabupaten ini. Makanya, solusinya adalah membatalkan izin perencanaan tersebut. Bahkan, jika pembukaan outlet Mie Gacoan tersebut tetap dilanjut, mereka mengancam akan datang dengan massa aksi yang lebih banyak. Hadeh!

Ya, kalau boleh berpendapat, saya memiliki pandangan sebaliknya. Pembukaan Mie Gacoan merupakan kabar baik bagi Bangkalan Madura.

Bukti ekonomi Bangkalan Madura semakin baik

Pembukaan outlet Mie Gacoan di Bangkalan Madura sebenarnya menjadi bukti bahwa perekonomian di kabupaten ini mulai membaik. Kalau ekonomi di suatu wilayah buruk, mana mungkin mereka mau buka outlet di wilayah tersebut. Bukannya untung, usaha mereka malah buntung. Sebab, daya beli masyarakatnya pasti sangat rendah.

Tentu, Mie Gacoan akan mencari tempat lain yang ekonomi masyarakatnya lebih baik. Sebagai Mie Pedas No 1 di Indonesia, tidak sulit bagi Mie Gacoan untuk mencari wilayah yang potensi ekonominya bagus. Nah, ini artinya perekonomian di Bangkalan semakin baik, sebab salah satu pemain bisnis FnB besar mau buka outlet di kabupaten ini.

Mie Gacoan masih dalam persaingan yang sehat

Saya berharap, kita semua masih percaya bahwa rejeki manusia tidak mungkin ketukar, asal kita mau usaha. Nah makanya, pembukaan Mie Gacoan di Bangkalan Madura seharusnya tidak disebut mematikan usaha lokal. Malah menurut saya, yang terjadi adalah hal yang sebaliknya.

Hal ini akan mendorong usaha lokal untuk terus berinovasi. Kalau produk lokal tidak berinovasi, konsumen tentu akan pindah ke produk lain, bahkan meskipun Mie Gacoan tidak buka di Bangkalan.

Dan lagi, apa yang dilakukan oleh Mie Gacoan menurut saya masih dalam persaingan ekonomi yang sehat. Barulah kalau Mie Gacoan meminta menutup semua usaha produk Mie Pedas di Bangkalan Madura boleh kita tolak. Itu sudah tidak sehat.

Pikirkan juga konsumen lokal

Jujur, sebagai warga sipil, saya menganggap aksi penolakan tersebut kurang penting. Mereka hanya memikirkan para produsen mie lokal yang takut bangkrut. Apakah artinya mie pedas produk lokal mau menguasai usaha mie di Bangkalan Madura? Kalau iya, artinya sama saja dong.

Di balik aksi penolakan tersebut, sebenarnya mereka melupakan satu hal, yakni para konsumen pencinta mie pedas. Kita tahu bahwa banyak orang Bangkalan Madura yang rela ke Surabaya hanya untuk membeli mie pedas ini. Bahkan, titip-menitip untuk membeli Mie Gacoan sudah menjadi sebuah tradisi di kalangan anak muda di Bangkalan Madura.

Nah coba pikirkan, berapa uang yang harus kita habiskan jika selalu membeli Mie Gacoan ke Surabaya. Tentu lebih mahal karena harus membeli bensin. Belum lagi, waktu yang terbuang selama perjalanan.

Nah, jika mereka buka di Bangkalan Madura, kita tak perlu jauh-jauh ke Surabaya. Perputaran uangpun akan lebih hidup di kabupaten ini. Tolong, ini juga dipikirkan ya, para aktivis.

Kok ada mahasiswa ikut-ikutan nolak Mie Gacoan? 

Terlepas dari permasalahan ini, yang paling mengundang pertanyaan adalah kok ada mahasiswa yang menolak pembukaan outlet ini. Saya bukan menganggap kalian mengalami kesesatan berpikir, tapi jujur pikiran tersebut belum masuk di kepala saya.

Seharusnya, mahasiswa bisa memahami pembukaan outlet Mie Gacoan bukan hanya dari sisi produsen, tetapi juga konsumennya. Dan lagi, solusinya juga bukan tiba-tiba membatalkan perizinan tersebut. Tetapi, mie pedas produk lokal lah yang harus berinovasi jika tidak ingin ditinggalkan konsumen.

Lagian juga, pembukaan outlet Mie Gacoan akan mengurangi angka pengangguran di kabupaten ini. Siapa tahu, nantinya mahasiswa yang menolak bisa melamar jadi karyawannya. Asal jangan tukang parkirnya ya, masa apa-apa harus parkir.

Ya, cukup sekian pendapat saya atas polemik ini. Saya harap, mahasiswa kedepannya bisa lebih jeli lagi pada fenomena yang penting dan tidak, mana yang perlu ditolak, dan mana yang perlu didukung. Mator Sakalangkong!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Akui Saja, Kita Ini Iri dengan Madura

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version