Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa FIB Memang Terlihat Santai, tapi Bukan Berarti Mereka Manusia Tak Berguna dan Pantas Dicap Tak Punya Masa Depan

Amandha Eva Intan Maharani oleh Amandha Eva Intan Maharani
18 Juni 2025
A A
Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta mahasiswa FIB

Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

‘’Ah, anak FIB mah kerjaannya cuma rebahan sambil baca buku puisi. Paling mentok bikin tulisan-tulisan yang nggak jelas buat apa tujuannya.”

Kalimat seperti ini mungkin sudah sangat dikenali tiap pasang telinga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Manusia-manusia (pandir) di luar sana menganggap mahasiswa FIB selayaknya manusia tak kenal masa depan. Menghabiskan hidupnya duduk santai di bawah pohon, sembari mendiskusikan teori-teori. Seolah-olah kami kuliah hanya untuk menanam kesia-siaan dan memetik buah penyesalan.

Makanya, tak jarang singkatan FIB punya banyak pelesetan. Dari Fakultas Izin Bobok, Fakultas Izin Berpesta, dan pelesetan-pelesetan sok asik lainnya.

Di mana pun kampusnya, di mana pun daerahnya, FIB dan mahasiswanya selalu lekat dengan stigma buruk ini. Perlakuannya jelas berbeda ketimbang jurusan lain, misalnya, eksakta. Segala puja-puji ditujukan pada mereka. Seakan-akan dunia berhenti berputar tanpa mereka.

Sementara, mahasiswa FIB dianggap pelengkap. Ampas kopi yang tidak diinginkan. Puntung rokok yang menyebalkan. Padahal, kita tahu, mata selalu menipu, dan pandangan kerap kali mengaburkan apa-apa yang seharusnya.

Pengalaman: antara stigma mahasiswa FIB dan kenyataan

Kalau orang hanya melihat kami—mahasiswa FIB—duduk di taman kampus, ditemani kopi dan setumpuk buku kuno, mungkin mereka akan mengangguk dan bergumam, ‘’Ah, anak FIB, anak rebahan terselubung saja itu.’’ Padahal di balik lembaran kertas lusuh, kami sedang menafsirkan beragam makna budaya dalam naskah lama untuk mengurai makna pada tiap kata yang nyaris tak berjejak.

Oke, itu masih terdengar muluk-muluk. Tapi, pernahkah kalian berpikir, bahwa kami membaca buku kuno itu karena ada tugas? Nggak? Pantes.

Sebagai mahasiswa FIB, saya telah mencicipi berbagai rasa getir atas stigma itu. Saat teman-teman dari fakultas lain bercerita soal laporan praktikum atau hitung-hitungan teknik, saya hanya dianggap sebagai orang yang menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat antah berantah lalu membuat tulisan tak beraturan. Atau sebagai orang yang mengaduk-aduk isi bumi hanya untuk menemukan satu fakta budaya yang tak ternilai.

Padahal di saat yang sama, saya tengah sibuk mengejar narasumber di desa terpencil untuk penelitian etnografi. Saya pernah menginap berminggu-minggu di rumah warga, mendengar tradisi yang tak pernah tertulis dalam catatan siapa pun. Puluhan malam saya habiskan untuk menyalin kata demi kata dari catatan buku monyet, mencari makna di balik simbol-simbol tradisi yang terlupakan.

Di kampus, saya berkutat dengan buku-buku tebal catatan perjalanan orang-orang hebat, memahami wilayah di seluruh penjuru bumi melalui pembelajaran etnografi. Setiap kalimat yang terangkai merdu adalah jejak sejarah yang harus dirangkai agar tetap harum dalam ingatan.

Intinya, kami, mahasiswa FIB juga punya hal yang bikin pusing kek laporan praktikum kalian. Bedanya, laporan kami bentuknya kata-kata, yang besar kemungkinan lebih menyenangkan untuk dibaca ketimbang laporan membosankan milik kalian.

Kontribusi yang kerap tak terlihat

Mahasiswa FIB tak pernah menghasilkan jembatan seperti anak teknik, atau menjadi penyelamat nyawa seperti dokter. Kami juga tak menghasilkan benda yang difoto untuk dipamerkan dalam majalah prestasi. Tapi kami merawat hal-hal yang tidak selalu terlihat oleh tatap mata penuh ambisi, kami menjaga ingatan kolektif, identitas, tradisi, dan budaya yang hidup dalam masyarakat.

Kami merekam sebelum hilang, menyelamatkan sebelum mati, dan menuliskan kembali agar tak pernah punah.

Ironisnya, pekerjaan ini sering dianggap tak penting. Kalau mau jadi budayawan, nggak usah kuliah, katanya. Jadi budayawan, nggak bikin kaya, katanya. Tapi bayangkan, bagaimana jika semua budaya di dunia ini hilang, bahasa daerah lenyap, adat istiadat mati, lalu apa yang tersisa dari kita selain gedung dan aspal yang semakin meninggi? 

Tidak semua hal harus diukur dengan efek ekonomi, kawan. Tolong banget ini.

Kami bukan ahli dalam mendirikan jembatan beton, tapi kami membangun jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, tempat manusia pulang dan kembali menemui dirinya yang sesungguhnya. 

Tenang, setelah membaca tulisan ini saya tidak berharap kalian mendadak berbondong-bondong mengerti atau malah masuk Fakultas Ilmu Budaya. Tapi saya ingin mengajak kalian mendengar cerita yang saya bawa dari pelosok negeri. Dari mata dan telinga yang saya pinjam dari penutur tradisi, mendengarkan makna yang saya gali dari aksara tua.

Sudah saatnya kita berhenti memenjarakan FIB di balik jeruji Fakultas Santai. Sudah cukup sepasang telinga saya mendengar olok-olokan yang lahir dari ketidaktahuan. Karena setiap baris yang kami tulis, setiap budaya yang kami jaga, setiap tradisi yang kami rawat, adalah upaya menyemai akar bangsa ini. 

Penulis: Amandha Eva Intan Maharani
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Siapa Bilang Mahasiswa FIB Masa Depannya Suram? Bener sih, Bener-bener Minta Digeplak Maksudnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Juni 2025 oleh

Tags: fakultas ilmu budayamahasiswa FIB
Amandha Eva Intan Maharani

Amandha Eva Intan Maharani

Mahasiswa Ilmu Budaya yang tengah bingung.

ArtikelTerkait

UGM Punya FIB yang Tidak Disukai, tapi Kuliahnya Santai (Unsplash)

Testimoni Seorang Alumni UGM tentang Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas yang Tidak Disukai

13 Mei 2024
Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta mahasiswa FIB

Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta

1 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Emak-emak Cikarang Memenuhi dan Jadi Raja KRL Tujuan Tanah Abang jawa timur

KRL Jabodetabek Bikin Iri Pekerja yang PP Jombang-Surabaya Naik Commuter Line Dhoho Setiap Hari

10 Juli 2025
Bandara YIA Megah, Kulon Progo Melarat, Aerotropolis Hanya Janji Manis Belaka

Bandara YIA Megah, Kulon Progo Melarat, Aerotropolis Hanya Janji Manis Belaka

11 Juli 2025
Tidak Menyesal Berwisata ke Jogja dan Melewatkan Yu Djum sebab Ada Gudeg Underrated Lain yang Nggak Kalah Enak Mojok.co

Tidak Menyesal Berwisata ke Jogja dan Melewatkan Yu Djum sebab Ada Gudeg Underrated Lain yang Nggak Kalah Enak

5 Juli 2025
Derita Bisnis Es Teh Jumbo yang Terancam Gulung Tikar (Unsplash)

Bisnis Asinan Buah Mulai Menggeser Popularitas Es Teh Jumbo dan Kopi Gerobakan di Kota Barabai, Kalimantan Selatan

11 Juli 2025
Admin Medsos KAI Sigap dan Komunikatif, Humas Pemerintah Harusnya Belajar dari Mereka

Admin Medsos KAI Sigap dan Komunikatif, Humas Pemerintah Harusnya Belajar dari Mereka

10 Juli 2025
Ngaglik Sleman Surga Dunia, Bikin Kecamatan Lain Merasa Miskin

Ngaglik Sleman Surga Dunia, Bikin Kecamatan Lain Merasa Miskin

10 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=ek8g_0FrLQM

DARI MOJOK

  • Dosa Besar Pedagang Soto Adalah Merusak Kesegaran Kuah Demi Mempertebal Margin Keuntungan 
  • Iseng Jadi Pengamen Liar di Jogja: Sehari Dapat Cuan Menggiurkan, Tolong Saya saat Luntang-lantung karena Puluhan Kali Gagal Kerja
  • Warga Desa Sebenarnya Kasihan dengan Mahasiswa KKN: Duit Tipis, Hidup Susah, tapi Dituntut untuk “Mengentaskan Kemiskinan”
  • Tiga Tahun Jadi “Calo” Tiket Konser demi Bayar UKT di UNY, Modal Orang Dalam dan Sasar Penonton Kepepet
  • Repotnya KKN sama Mahasiswa Kupu-kupu Tak Paham Organisasi: Bingung Mau Ngapain, Jadi Nggak Guna hingga “Diusir” Warga
  • Toyota Avanza 2011, Mobil Bekas Terbaik untuk ASN yang Nafsu Menggadai SK Demi Membeli Mobil Setelah Resmi Menjadi Abdi Negara

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.