Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Maha Benar Dosen dengan Segala Ketelatannya

Ahmad Abu Rifai oleh Ahmad Abu Rifai
19 Mei 2019
A A
Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik terminal mojok.co

Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sore itu sekitar dua puluh mahasiswa terduduk lesu di sebuah kelas tak berpendingin ruangan di pojok lantai tiga. Ada yang membaca buku, mengipas-ngipaskan buku di dekat wajah, ada pula yang bolak-balik melihat jam tangan. Tak berselang lama, seorang pria berkemeja abu-abu maju ke depan kelas.

“Teman-teman, hari ini Pak Anu tidak bisa mengajar! Kita nanti turun dulu ke ruangan beliau untuk tanda tangan,” jelasnya. Kalimat-kalimat kekecewaan pun muncul susul-menyusul. Beberapa mahasiswa bahkan mengumpat secara akademik, “O dasar dosen enggak profesional!” Akhirnya satu per satu keluar. Mereka memang tidak pulang dengan tangan hampa. Ada gumpalan kekesalan dalam genggaman.

Itu adalah sepenggal cerita di semester satu perkuliahan yang masih saya ingat hingga sekarang. Kala itu, saya dan teman-teman telah menunggu setengah jam sebelum komting memberitahukan dosen tidak masuk. Jujur saja, itulah pertama kalinya dosen tidak masuk. Dan karena tak ada alasan spesifik, saya jadi heran.

Ketidakhadiran pengajar di dalam kelas memang bukan sebuah hal baru. Guru-guru dari SD-SMA pasti pernah tidak masuk sebab sakit, menikah, atau melahirkan. Ketidakhadiran tersebut kita maklumi, karena hal-hal tersebut tidak kerap terjadi. Namun, semenjak kaki kita menginjak lantai kampus, kita dipaksa memaklumi ketidakhadiran dosen. Dalam beberapa kesempatan, mereka mendeklarasikan sebuah kredo berbunyi, “Dosen punya banyak urusan, sibuk! Mahasiwa harus paham.”

Kredo tersebut menjelma jadi pagar, membuat mahasiswa angguk-angguk saja saat ada notifikasi Whatsapp di gawai bahwa dosen (tidak) bisa hadir. Dosen menganggap punya hak untuk tidak masuk, hak dimaklumi. Namun, bisakah kredo tersebut dibenarkan? Jawabannya saya temukan saat semester dua, saat saya menerima mata kuliah fonetik yang diampu seorang Doktor yang kerap menyebut diri sebagai pendekar. Beliau berkata, “Bagaimanapun, saya ini dosen, tugasnya ya mengajar kalian. Kalau saya punya kesibukan lain, tetap bukan jadi alasan saya tak masuk kelas.”

Pernyataan tersebut pun diperkuat oleh seorang dosen yang sama sepuhnya. Konon, mereka berdua memang sahabat seperjuangan. “Dosen itu tugasnya mengajar. Saya tidak peduli ada urusan apapun di luar. Bahkan saat saya diajak rapat rektor saat ada jam kuliah, saya tak akan keluar!” ucap beliau seperti sedang berdeklamasi.

Kedua prinsip itulah yang membuat saya (hampir) tak bisa maklum saat dosen tak masuk kelas. Bolehlah kredo dosen-dosen itu jadi pagar, namun bukankah mahasiswa senang melompati pagar? Kecuali alasan kemanusiaan, alasan-alasan dosen semacam mengisi seminar itu sukar diterima.

Sebagian dosen mungkin akan mengganti kuliah di lain hari. Namun bagaimana jika kita berkredo balik Mahasiswa sibuk punya banyak urusan? Permasalahan akan jauh lebih pelik saat dosen memutuskan mengganti perkuliahan hanya dengan memberikan tugas. Ayolah, kita kuliah untuk menimba ilmu dari yang lebih tahu. Kalau cuma dikasih tugas, Google pun rasanya bisa. Bukankah alasan kenapa kuliah diadakan secara tatap muka supaya pertukaran informasi bisa lebih lancar? Saat dialektika terjadi, semua pun lebih jelas.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Yang perlu kita ingat: bagaimanapun, sebab selama satu semester kita sesuai jadwal hanya kuliah maksimal 16 kali, ketidakhadiran dosen harus tetap dianggap sebagai sebuah masalah. Jika tidak, kematangan ilmu dan uang yang sudah kita gelontorkan patut dipertanyakan.

Barangkali sebagian dari diri kita bertepuk tangan atau meloncat kegirangan saat dosen memberi kabar tidak masuk kuliah, lebih-lebih jika tak ada kuliah pengganti atau tugas. Alih-alih merasa sedih karena ruang keilmuan hilang, kita malah bersorak sorai. Dalam hal ini, kita tentu perlu menyadari sebuah hal: ada yang salah dalam diri kita. Kegembiraan sebab dosen tidak masuk adalah anomali. Kita patut merenung: jangan-jangan, sudah tertanamkah kredo pemakluman itu dalam diri kita? Entahlah.

Syukurlah, di semester empat ini dosen-dosen saya hampir tak pernah absen. Jika mereka tak berbaik hati seperti ini, celakalah otak saya sebab semester ini banyak tanggal merah sehingga maksimal hanya ada sekitar dua belas pertemuan. Mereka selalu hadir tepat waktu dengan senyum mengembang, memberikan penjelasan memuaskan, memberikan tugas sebagaimana telah terjadwal dalam RPS.

Ah, sungguh nikmat! Namun sayang, kenikmatan itu ternyata sekadar mimpi indah yang terjadi dalam tidur saya. Dering ponsel karena ada pesan masuk membangunkan saya, membuyarkan keindahan itu. Saya pun lekas membuka pesan itu:

“Maaf, Mas. Saya hari ini tak bisa mengajar di kelas. Tolong nanti teman-teman disuruh tanda tangan. Presensinya bisa minta ke TU. Trims.”

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Dosen TelatKuliahMahasiswa
Ahmad Abu Rifai

Ahmad Abu Rifai

Takmir BP2M Unnes dan aktif di Kelas Menulis Cerpen Kang Putu

ArtikelTerkait

diksar mapala

Diksar Mapala Kembali Memakan Korban: Haruskah Ada Tindak Kekerasan?

3 Oktober 2019
4 Salah Kaprah Tentang Unpad yang Harus Diluruskan

Kalau Mau Kuliah di Bandung ke Unpad Aja dan Salah Kaprah Lainnya tentang Unpad yang Perlu Diluruskan

14 Juli 2023
Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

16 Oktober 2025
masa kkn kisah horor saat kkn hantu yang paling sering disebut mojok.co

Masa KKN: Ternyata yang Tertinggi di Dunia Bukanlah Gunung Melainkan Egomu

21 Juli 2019
Kiat Sukses Menentukan Jurusan Kuliah Sejak Kelas 10 biar Nggak Ada Lagi Kata 'Salah Jurusan' terminal mojok

Kiat Sukses Menentukan Jurusan Kuliah Sejak Kelas 10 biar Nggak Ada Lagi Kata ‘Salah Jurusan’

21 Agustus 2021
Risiko Kuliah di International Women University Bandung: Dibikin Minder sampai Dikira Transgender

Risiko Kuliah di International Women University Bandung: Dibikin Minder sampai Dikira Transgender

29 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.