Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Madiun, Kota Paling Mindblowing yang Pernah Saya Kunjungi

Anisah Meidayanti oleh Anisah Meidayanti
10 Desember 2024
A A
Mimpi Mahasiswa Jogja Asli Madiun yang Merintis Usaha Sambel Pecel: Setidaknya Setara Rendang

Mimpi Mahasiswa Jogja Asli Madiun yang Merintis Usaha Sambel Pecel: Setidaknya Setara Rendang (Malikpb via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Madiun dalam ingatan masa kecil saya adalah kota yang khas dengan nasi pecelnya. Dulu setiap melewati Stasiun Madiun, Bapak saya selalu turun gerbong untuk membeli nasi pecel yang dijual di kios-kios stasiun. Dewasa ini, narasi yang saya terima soal Kota ini tidak hanya lekat dengan nasi pecel yang khas. Namun juga sebagai kota yang banyak diidam-idamkan para milenial, gen Z hingga old money untuk ditinggali di masa tua.

Beberapa waktu lalu tibalah kesempatan saya mengunjungi dan menetap beberapa hari di Kota Madiun. Bersih, sepi dan sudah ada sentuhan kekinian, kira itulah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan Madiun bagi saya yang baru menginjakkan kaki di sana.

Kesan tersebut saya dapatkan ketika tiba di terminal kedatangan Purboyo. Bagi saya, terminal adalah gerbang utama dalam memberikan sedikit hint bagaimana kondisi daerah yang saya kunjungi. Bangunan Terminal Purboyo tampak betul seperti bangunan baru yang baru saja direnovasi. Dan betul saja, tampak banyak fasilitas umum di Madiun yang sedang atau baru saja direnovasi.

Plot twist

Entah apa yang menyebabkan Madiun jadi kota yang baru di bayangan saya. Kalau boleh berasumsi, banyaknya pekerja seni yang berasal dari Madiun membuat kota ini seketika jadi spotlight. Nama besar di bidang seni yang sedang ramai diperbincangkan beberapa tahun terakhir seperti penyanyi Gilga Sahid dan komika Nopek Novian saya yakini membuat kota ini terus mengalami pembangunan. Seolah sedang mempersiapkan diri menjadi kota yang tepat untuk investasi masa tua.

Bahkan kalau boleh membandingkan, setelah saya berkeliling kota Madiun saya memutuskan untuk lebih memilih Kota Madiun daripada Kota Jogja untuk liburan. Lantaran secara infrastruktur jalan, bangunan dan suasananya mirip Jogja. Bedanya Madiun lebih tenang dan bersih, tidak ada kemacetan dan sampah-sampah yang deprok di pinggir jalan.

Namun, setelah merasa tenang dan senang dengan vibes Kota Madiun. Di hari terakhir saya di Madiun, saya menemukan beberapa hal yang membuat saya bertanya-tanya dan terkejut. Izinkan saya menyebutnya sebagai momen plot-twist, karena hal-hal berikut ini mampu membuat gambaran saya tentang Madiun menjadi campur aduk~

Ada replika Kereta Whoosh di Madiun

Selama ini saya tau bahwa Kereta Whoosh merupakan kereta cepat dengan rute Jakarta-Bandung. Bahkan terakhir yang saya ketahui, kereta Whoosh juga akan membangun rute cepat untuk perjalanan dari Jakarta-Surabaya yang kemungkinannya menurut Menhub akan melewati kota Cirebon, Yogyakarta, Solo, dan Semarang.

Tidak pernah tersebut nama Madiun dalam rencana pembangunan rute tersebut, sehingga membuat saya bingung mengapa ada kereta Whoosh terpampang di area dekat alun-alun Madiun. Harus saya akui mental percaya diri dan cara pandang visioner ala Pemkot ni bukan kaleng-kaleng memang.

Baca Juga:

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

Culture Shock yang Saya Rasakan sebagai Orang Madiun Ketika Menikah dengan Orang Jogja: Saya Nggak Suka Brongkos, Doi Nggak Suka Rujak Petis, Sad

Saya tau kalau kota ini memang erat dengan sejarah perkeretaapian di Indonesia, bahkan dikenal sebagai Kota Kereta Api. Namun saya tidak memahami mengapa ada replika kereta Whoosh yang jelas-jelas tidak KAI-able? Bukankah industri kereta api di bawah naungan Kereta Api Indonesia berpusat di Madiun?

Setelah saya cek, replika tersebut niatnya mau dibuat seperti restoran mengingat letak replika tersebut berada di Bogowonto Culinary Center, pusat kuliner baru di dekat alun-alun Kota. Replika tersebut dipasang November 2023 lalu, dan hingga saya kesana di bulan Desember 2024 ini, belum ada kabar-kabari bahwa replika kereta yang menghabiskan anggaran mencapai 1,9 M itu difungsikan sebagai restoran.

Pahlawan Street Center tapi nggak ada bau-bau pahlawannya

Pahlawan Street Center (PSC) merupakan area ikonik yang dianggap oleh Pemkot Madiun sebagai daya tarik untuk para wisatawan. Saya akui banyak hal menarik di daerah yang terletak di Jalan Pahlawan tersebut. Namun, saya menemui kejanggalan dengan tidak adanya vibes pahlawan, perjuangan, sejarah Indonesia di jalan yang namanya sangat patriotik tersebut.

Di area yang sisi kiri kanannya, ada beberapa gedung pusat perbelanjaan, UMKM kuliner, dan franchise itu saya dikagetkan dengan menjulang tingginya patung Liberty. Replika patung ikonik Amerika Serikat itu bahkan lebih tinggi dibanding gedung-gedung sekitarnya. Awalnya saya pikir patung tersebut adalah patung untuk menyambut momen tertentu yang biasa disediakan oleh pihak mall. Tidak dong, patung tersebut berada di PSC, proyek Pemkot Madiun untuk menarik wisatawan.

Saya mencari-cari sisi “pahlawan” dalam area tersebut, lantaran dinamai Pahlawan Street Center. Bahkan membuat saya akhirnya browsing sejarah perihal Jalan Pahlawan, Madiun ini. Saya tidak menyangka bahwa nama jalan Pahlawan diberikan oleh Presiden Bung Karno. Bayangkan tidak ada bau-bau sejarah atau informasi yang berkaitan dengan keyword Pahlawan. Boro-boro informasi sejarah, informasi yang menyangkut masing-masing dari delapan replika yang disediakan di PSC pun tidak ada. Ini memang sengaja mau ngehapus sejarah di Madiun atau gimana neeh, dikira kita nggak tau apa.

Slogan ala Madiun yang Mind Blowing

“Selamat Datang di Kota Madiun Kota Tanpa Paspor dan Visa” begitulah kalimat yang terpampang nyata di baliho jalan menuju Stasiun Madiun. Walaupun kalimat tersebut adalah kalimat sapaan selamat datang, saya yang hendak melepas status turis lokal di hari terakhir itu menganggap kalimat tersebut adalah kalimat selamat tinggal yang terus menghantui.

Saya kebingungan dengan maksud kalimat tersebut dan menyalahkan sang pemilik ide termasuk sang copywriter dengan memberikan tanggapan kepada teman “Itu copywriting-nya gimana sih? Emang Madiun ni negara?” Sayangnya saya malah diketawai oleh sopir ojek online, “Ya itulah hebatnya Madiun, Mbak” ucap pak sopir santai

Saya masih merasa copywriting tersebut nggak ada hebat-hebatnya karena mengandung miskonsepsi. Hingga akhirnya saya pun menemukan artikel Mojok berjudul Madiun Kota dengan Wisata Ala Eropa Bisa Dikunjungi Tanpa Paspor. Dan baru menyadari maksud dari kalimat tersebut. Teruntuk siapapun yang telah membuat copywriting untuk Kota Madiun tersebut. Selamat, Anda benar-benar mind-blowing.

Walaupun menjadi kota ter-mind blowing yang pernah saya kunjungi. Madiun tetap punya kesan berarti bagi saya yang mendambakan kembali suatu hari nanti. Ya moga Madiun walaupun vibes-nya mirip-mirip Jogja tapi tidak bernasib seperti Jogja, lah, ya heheheheheeh.

Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Madiun, Kota Pendekar, Kota Pecel, Kota dengan Segudang Julukan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2024 oleh

Tags: brandingcopywritingmadiunpahlawan street center
Anisah Meidayanti

Anisah Meidayanti

Sering dianggap perempuan setengah lelaki. Mari bersama menikmati nasi bebek goreng saat malam hari.

ArtikelTerkait

Perjalanan Sragen-Madiun Lebih Nyaman Menggunakan KA Bias daripada Bus yang Bikin Jantung Nggak Aman!

Perjalanan Sragen-Madiun Lebih Nyaman Menggunakan KA Bias daripada Bus yang Bikin Jantung Nggak Aman!

23 Oktober 2025
Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat terminal mojok.co

Hilangnya Cita Rasa Pecel Madiun yang Tergerus Penjajah

26 Maret 2021
5 Hal yang Bikin Saya Kaget Waktu KKN di Madiun

5 Hal yang Bikin Saya Kaget Waktu KKN di Madiun

25 November 2025
Culture Shock yang Saya Rasakan sebagai Orang Madiun Ketika Menikah dengan Orang Jogja: Saya Nggak Suka Brongkos, Doi Nggak Suka Rujak Petis, Sad

Culture Shock yang Saya Rasakan sebagai Orang Madiun Ketika Menikah dengan Orang Jogja: Saya Nggak Suka Brongkos, Doi Nggak Suka Rujak Petis, Sad

28 November 2025
pejabat marah-marah

Maklumi Saja Pejabat Marah-marah, kalau Nggak Gitu, Nggak Laku

4 Oktober 2021
Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

20 Maret 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.