Bagi mahasiswa yang udah semester empat pasti mulai sibuk ngurusin HMJ. Malahan kalau di jurusan dan kampus yang nggak populer dan mahasiswanya cuma selusin, sudah otomatis seluruh kelas bakal jadi HMJ, bener nggak? Nah, saat tahun ajaran baru dimulai dan maba-maba sudah berkerumun di kampus, waktunya anggota HMJ menyusun program kerja buat malam keakraban yang sebenernya nggak akrab-akrab juga karena ada ketimpangan antara senior dan junior di dalamnya. Pokoknya, makrab itu wajib. Selain karena agenda akademis, juga merupakan “agenda wisata” yang sangat menyenangkan karena nginep bareng-bareng di vila.
Nah, biasanya nih anggota yang mau jadi panitia mendadak banyak. Padahal, di program biasanya semacam seminar, anggotanya cuma sedikit. Namun, saat tiba giliran makrab, seisi kelas langsung auto pengin ikut. Lantas, terjadilah ledakan populasi anggota sehingga banyak jabatan yang sebenarnya nggak penting tiba-tiba harus ada dan diisi orang-orang sekelas.
Sebetulnya, apa sih motif di balik membludaknya populasi anggota ini? Kenapa mendadak ramai-ramai ingin ikut serta dalam kepanitiaan makrab? Hmmm, saya sudah melakukan riset mendalam dan “serius” terkait permasalahan ini dan ditemukan beberapa alasan di baliknya. Berikut adalah macem-macem alasan kenapa mau jadi panitia makrab HMJ.
Satu: Jiwa Akademisnya Mendadak Menggelora
Merasa masa-masa semester awal dihabiskan dengan kuliah nongkrong terus, lalu setelah kesambet demit entah di mana, mendadak jiwa akademisnya bangkit. Atau sebatas karena kebetulan naksir anak HMJ terus biar bisa ndeketin yang ditaksir, akhirnya gabung ke HMJ. Dan merasa bahwa HMJ adalah tempat di mana jiwanya benar-banar layak berada.
Biasanya yang gabung gara-gara alasan ini bakal semangat banget dan kerjain banyak hal mulai dari urusan proposal, keuangan, survey, sosialisasi ke adek-adek maba, bahkan maju nyari bus yang bisa disewa pas hari H. Pokoknya semangat banget, bahkan lebih semangat dari anak-anak HMJ lama yang biasanya udah lemes gara-gara acara yang sudah-sudah.
Biasanya yang jenis ini dikelompokkan ke jabatan Pembantu Umum, karena ya itu… emang seneng bantu-bantu sana sini.
Dua: Pengin Dapat Sertifikat Kepanitiaan
Salah satu syarat untuk mengajukan diri ikut pendadaran skripsi adalah mengumpulkan sertifikat dengan nilai yang beda-beda. Sadar akan hal itu, setelah bosen ikut-ikut seminar yang bikin ngantuk dan monoton, akhirnya banyak yang ingin dapet sertifikat kepanitian makrab. Makanya pada daftar acara makrab ini, lagian kalau makrab kan nggak bikin bosen juga. Palingan capek doang. Tapi toh panitia lain udah urus semuanya, jadi ya tinggal ikut nyumbang dan nggak mikir apa-apa.
Pas acara berlangsung, juga paling banter muncul kalau pembukaan atau pas makan aja. Selebihnya kasur adalah lokasi terbaik untuk ditempati. Bodo amat itu panitia lain mau guling-guling atau teriak-teriak pas ngadain outbond sama dedek-dedek maba. Biasanya nih, jenis beginian masuk seksi konsumsi. Eh.
Lagian acara makrab gitu-gitu mulu, yak. Datang ke vila, pembukaan, suruh bikin regu, bikin yel-yel, terus kegiatan luarnya outbond remeh temeh yang nggak terlalu seru. Setelah itu makan, istirahat, terus malemnya api unggun sama nyanyi-nyanyi.
Tiga: Cuma Pengin Main
Nah, barangkali suntuk atau bosan dengan aktivitas sehari-hari yang kuliah pulang terus, giliran ada acara makrab yang notabennya adalah main, langsung deh daftar. Berasa ada angin segar. Nggak masalah itu nyumbang duit berapa puluh atau ratus ribu, yang penting ikutan naik bus, ikut nginep, ikut outbond, dan makan. Nggak peduli gimana acaranya, yang penting mainnn! Nah biasanya, jenis kayak gini bakal dimasukkin ke seksi keamanan.
Empat: Ikut Temen-temen
Sebenernya sih nggak mau ikut, tapi temen-temen yang lain pada ikut. Masa nggak ikutan? Kan jadi merasa dikucilkan dan nggak bisa ikut nimbrung kalau besoknya pada ngomongin serunya makrab. Jadi, terpaksalah ikut kepanitiaan makrab meski hanya dengan niat setengah-setengah. Ikutin acaranya juga males-malesan dan seadanya aja. Kalau disuruh bantu ya bantu, kalau nggak ya udah balik ke kasur lagi.
Biasanya yang model ginian cocok jadi wakil-wakil ketua bagian. Cocok banget. Kalau ada butuh disuruh-suruh, kalau nggak dibutuhin ya nggak usah ada nggak masalah.
Lima: Nyari Gebetan Adek Maba
Ada ungkapan bahwa makrab itu 10% aktivitas akademis dan 90% mbribik maba. Buener banget. Persetan sama idealisme kampus. Pokoknya kalau lihat ada maba yang bening wajib dikejar sampai mampus. Salah satu caranya ya ikut kepanitiaan makrab biar bisa nampil dan dilihat sama si dedek gemes itu. Pokoknya sebisa mungkin ngeksis dan muncul di mana-mana. Bahkan nggak masalah harus ikut ribet nyusun acara-acara guna memuluskan usahanya mbribik ini. Jadi seksi acara nggak masalah. Jadi MC nggak masalah, malah bisa sekalian godain tuh adik angkatan.
Apalagi yang bisa dilakukan? Jadi pemandu tim. Tipe kampret ini pasti dengan senang hati—malah kalau bisa, harus—jadi pendamping regu yang salah satu anggotanya adalah si dedek gemes inceran. Kan seru tuh pas outbond bisa nyuri-nyuri kesempatan ngobrol, bantuin kalau kesusahan, pokoknya rela ngelakuin apa aja demi si dedek.
Terus, eksekusi akhir adalah di malam api unggun.
Yakinlah bahwa survey membuktikan acara api unggun adalah momen paling tepat buat nembak gebetan. Kalau dari awal maba datang ke kampus udah langsung dipepet habis sama jenis kampret ini, terus ikutan kepanitiaan makrab biar dapet momen yang pas, maka si kampret akan menyusun acara sedemikian rupa buat kegiatan saat api unggun. Bisa ngadain permainan-permainan lucu (baca: njijiki) biar si dedek gemes itu maju ke dekat api unggun. Terus si kampret datang dengan bunga, berlian, emas, saham, mobil, rumah, atau planet-planet di tata surya. Terus berlutut dan mbacot dengan kata-kata romantis.
Kalau diterima sih, seneng banget. Lah kalo ditolak, berasa pengin bakar diri langsung ke api unggunnya pasti.
BACA JUGA Jabatan Panitia Makrab HMJ yang Aslinya Nggak Penting-penting Banget dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.