Alasan Saya Kecewa Menunggu Kereta di Luxury Lounge Stasiun yang Katanya Mewah dan Nyaman

Pengalaman Menunggu Kereta di Luxury Lounge Stasiun: Mewah dan Nyaman sih, tapi Nggak Spesial Mojok.co

Pengalaman Menunggu Kereta di Luxury Lounge Stasiun: Mewah dan Nyaman sih, tapi Nggak Spesial (kaiwisata.id)

Sejak Desember 2023, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki fasilitas luxury lounge. Untuk saat ini luxury lounge baru tersedia di 9 stasiun yaitu stasiun Surabaya Gubeng, Surabaya Pasar Turi, Stasiun Malang, Stasiun Solo Balapan, Jogjakarta, Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng, Stasiun Cirebon, dan Stasiun Gambir. Fasilitas luxury lounge bisa diakses gratis oleh penumpang kereta api luxury, priority, panoramic, dan kereta compartment.

Bagi penumpang kereta non luxury tak perlu bersedih hati. Kalau kalian bosen menunggu kedatangan kereta di kursi besi berwarna silver yang kerasnya setara kehidupan orang yang gajinya ngepas UMR itu, kalian tetap bisa menikmati sofa empuk di luxury lounge kok. Syaratnya cuma satu, membayar sebesar Rp65.000.

Akan tetapi, sebelum kalian benar-benar menyewa luxury lounge di stasiun, ada baiknya membaca artikel ini sampai selesai. Sebab, meski bernama luxury lounge, tak ada jaminan kalian merasa nyaman, bisa jadi kalian malah menyesal telah mengeluarkan uang setara gaji pekerja Jogja selama satu hari.

Luxury lounge stasiun harganya mahal, makanannya jajan pasar

Jika mendengar nama luxury, mayoritas dari kita pasti membayangkan sesuatu yang mewah dan keren. Interior luxury lounge memang terlihat mewah  dengan kursi yang empuk dan suhu AC yang cukup dingin.

Sayangnya, untuk makanan di luxury lounge jauh dari kesan luxury dan tidak ada main course sama sekali. Jangan berharap menemukan nasi goreng, rawon, gudeg, atau makanan berat lainnya. Sebab, menu makanan yang tersedia hanyalah snack. Lebih tepatnya jajanan pasar seperti lemper, risoles, pastel, dan kue-kue manis lainnya.

Saya sih suka dengan jajan pasar. Hanya saja, kalau uang Rp65.000 tersebut digunakan untuk membeli jajanan yang sama di pasar tradisional, kita sudah dapat satu kresek penuh isi jajanan. Selain itu, minuman yang disediakan di luxury lounge juga standard saja, ada jus jeruk, air putih, kopi, dan teh dengan merek yang bisa kita temukan di Indomaret.

Bagi kaum mendang-mending, mengeluarkan uang Rp65.000 untuk sesuatu yang bisa ditemukan dengan mudah di minimarket dan pasar tentu saja menjadi sesuatu yang kurang worth it. Apalagi, di stasiun ada banyak penjual makanan, uang Rp65.000 kalau kita pakai untuk makan ayam CFC di Stasiun Gubeng atau Gudeg Yu Djum di Stasiun Tugu sudah bisa membuat perut kenyang, itupun masih dapat uang kembalian.

Toilet bagus, tapi tidak ada shower room

Luxury lounge dilengkapi dengan toilet yang bagus dan wastafelnya otomatis. Untuk fasilitas lainnya ada mushola, meja dan kursi yang bisa digunakan untuk bekerja lengkap dengan akses wifi gratis dan ada banyak colokan yang bisa digunakan untuk charging peralatan elektronik (HP, iPad, ataupun laptop).

Meskipun tergolong lengkap, ada satu hal yang banyak dibutuhkan penumpang kereta jarak jauh, tapi tidak tersedia di luxury lounge yaitu shower room. Kalau kita ingin mandi di stasiun, mau tidak mau harus membayar lagi di shower room stasiun dengan harga yang tak murah yaitu Rp40.000. Kalau hanya menyediakan toilet, tapi tak bisa digunakan bisa mandi, luxury lounge kurang memiliki nilai lebih bagi kaum mendang-mending.

Kursi nyaman tidak tersedia di semua luxury lounge

Sejujurnya, saya belum mencoba semua luxury lounge, hanya pernah mencoba di Stasiun Gubeng, Pasar Turi, dan Gambir. Dari 3 luxury lounge tersebut, Stasiun Gubeng memiliki desain interior dan kursi yang paling nyaman. Nggak hanya saya kok yang mengatakannya, teman-teman saya yang pernah menggunakan luxury lounge di beberapa stasiun juga berpendapat demikian. Luxury lounge Gubeng punya level yang lebih tinggi dibandingkan luxury lounge stasiun lain.

Di luxury lounge Gubeng ada kursi sofa yang modelnya seperti kursi di bisokop premier yang berwarna coklat. Sofanya berukuran besar, empuk, dan nyaman dipakai rebahan. Sementara di luxury lounge lainnya, apalagi yang di Stasiun Tugu Jogja, kursinya hanya model setengah lingkaran. Memang masih empuk sih, tapi kursi model seperti ini kurang nyaman untuk rebahan.

Kalaupun teman-teman sangat ingin menjajal luxury lounge, saya sarankan mencoba yang ada di Stasiun Gubeng atau bisa juga di Stasiun Gambir. Sebab, di Stasiun Gambir ada akses khusus naik tangga ke lantai dua. Teman-teman nggak perlu antri atau berdesak-desakan dengan penumpang lainnya untuk menikmati fasilitas ini.

Batas waktu hanya dua jam  

Mungkin ada di antara kalian yang berpikir untuk datang ke stasiun 5 jam lebih awal agar bisa menikmati luxury lounge lebih lama sehingga tidak rugi-rugi amat sudah membayar mahal. Sayangnya, hal seperti itu tidak bisa dilakukan ya, Rek. Batas maksimal luxury room adalah dua jam saja. Kalau kalian berada di luxury lounge lebih dari dua jam bakalan ditendang keluar dengan sopan. Kalau nggak ada batas waktunya mah, bakalan akan sangat ramai luxury lounge. Orang-orang akan memanfaatkannya untuk tidur demi mengurangi budget penginapan.

Bagi orang yang isi kantongnya masih pas-pasan atau kaum mendang mending sih, sewa luxury lounge memang kurang worth it untuk dilakukan. Cuma bikin kecewa dan ngedumel dalam hati. Namun, bukan berarti saya melarang kalian mencobanya ya. Sebaliknya sih, silahkan mencoba luxury lounge untuk membuktikan tulisan ini tidak keliru. Selamat mencoba!

Penulis: Tiara Uci
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Kereta Api Suite Class Compartment Memang Mewah, tapi Punya Beberapa Kekurangan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version