Beberapa waktu yang lalu, saya membuat iklan lowongan pekerjaan untuk lulusan SMK. Dan seperti yang sudah-sudah, pelamar terbanyaknya malah fresh graduate anak kuliah. Ini bukan fenomena yang luar biasa kok, terlebih di situasi yang sedang tidak pasti seperti ini. Lagi pula mereka yang sudah bergelar diploma dan sarjana tentu telah menempuh pendidikan di sekolah menengah atas sebelumnya, kan? Jadi, ya bagi mereka itu sah-sah aja.
Saya pun melonggarkan seleksi berkas dan tetap memanggil banyak pelamar. Toh, kriteria lulusan itu adalah aturan yang fleksibel. Yang bikin saya heran adalah justru pelamar lulusan SMK-lah yang terlihat lebih insecure ketimbang pelamar lulusan kuliah. Hal ini mungkin terjadi karena adanya percakapan di antara mereka selama berada di ruang tunggu yang saling bertanya “sekolah di mana?” atau bisa juga karena ada beberapa orang yang memang secara terang-terangan membawa dan menggunakan atribut kampusnya untuk sekadar pamer, syukur-syukur bisa membuat kandidat yang lain keder.
Padahal ketika sebuah perusahaan memutuskan kriteria-kriteria untuk posisi tertentu, maka sesungguhnya ada pertimbangan yang matang di baliknya. Ditambah lagi, dalam beberapa hal, mereka yang lulusan SMK justru lebih unggul ketimbang mereka yang baru saja lulus kuliah.
Keunggulan lulusan SMK #1 Daya juang lebih tinggi
Seperti yang kita semua tahu, setiap satu lowongan pekerjaan akan diperebutkan oleh minimal dua kelas tingkat pendidikan. Yang pertama tentu kelas pendidikan yang masuk dalam minimal persyaratan. Yang kedua adalah kelas pendidikan yang ada di atasnya. Contohnya begini, jika ada lowongan pekerjaan dengan syarat minimal kandidat harus memiliki ijazah sarjana, hakul yakin pelamarnya akan didominasi lulusan S-1 dan S-2. Memang sih tetap akan ada beberapa pelamar D-3 atau SMA/K yang iseng-iseng berhadiah. Namun, besar kemungkinan mereka akan tereliminasi dalam seleksi berkas.
Nah, karena dewasa ini sudah sangat jarang—sebenarnya ingin bilang tidak ada lagi—lowongan pekerjaan bagi lulusan SMP, maka lulusan SMK atau SMA hanya memiliki dua pilihan. Bersaing di lowongan pekerjaan yang ada atau menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan bagi yang mengambil pilihan pertama, sudah barang tentu mereka akan mati-matian untuk mempertahankan pekerjaan yang telah didapatkannya.
Berbeda dengan pekerja yang memiliki ijazah perguruan tinggi. Mereka merasa aman dengan ijazah yang ada di tangan. Kadang menjadi kutu loncat, masih mencari-cari rumput tetangga yang lebih hijau sembari sementara waktu bekerja di perusahaan mana pun yang mau menerimanya, adalah hal yang biasa dilakukan. Tidak salah sih memang menjadi kutu loncat, saya pun dulu seperti itu. Hanya saja, tidak semua perusahaan memiliki anggaran dan waktu yang cukup untuk menata ulang lagi rencana dan strategi jangka panjang pengembangan sumber daya manusianya.
Keunggulan lulusan SMK #2 Gelas yang lebih kosong
Di beberapa posisi awal karier atau yang sering kita dengar dengan istilah entry level, salah satu hal yang dituntut oleh perusahaan adalah kemampuan untuk belajar dan beradaptasi secara cepat. Bahkan terkadang penilaian terhadap kedua hal tersebut ditempatkan sebagai prioritas. Dalam hal ini, lulusan SMK dinilai lebih memiliki keuntungan karena gelas mereka lebih kosong.
Seperti yang pernah saya bahas dalam artikel Dosen yang Nggak Pernah Praktik Kerja Sesuai Mata Kuliah yang Dia Ajarin, Kudu Digimanain?, perguruan tinggi cenderung mengajarkan banyak hal yang kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Terlalu banyak teori yang dijejalkan ke dalam kepala mahasiswa. Efeknya memang tidak instan, tetapi baru akan terasa di awal karier nanti.
Teori-teori yang berjejalan ditambah dengan faktor kejenuhan membuat proses pembelajaran di tempat kerja menjadi tidak optimal. Belum lagi kalau ada sesuatu di perusahaan yang dirasa tidak ideal dengan apa yang telah dipelajarinya di bangku kuliah. Hambok yakin mesti lebih banyak keluhan dan protes di dalam hati.
Berbeda dengan lulusan SMK. Sejak awal, jenjang pendidikan ini memang dipersiapkan untuk dunia kerja. Mulai dari segi kurikulum pendidikan sampai dengan praktikum dan praktek kerja lapangan. Semua bersifat praktis. Mereka pun lebih siap untuk menerima ilmu-ilmu baru di pekerjaannya karena telah ngelotok mempelajari dasarnya dan jarang ada pertentangan dengan apa yang selama ini diajarkan di sekolah. Proses belajar dan adaptasi pun jadi lebih cepat. Belum lagi, kalau sama-sama fresh graduate, anak-anak SMK jauh lebih muda. Jauh lebih panjang prospek ke depannya.
Di luar itu, tentu kita tidak boleh mengesampingkan faktor lain yang juga memengaruhi kesuksesan dalam berkarir seperti karakter masing-masing individu, bidang pekerjaan, model bisnis perusahaan, dan iklim bisnis di industri terkait. Intinya sih, jangan minder hanya karena bukan lulusan perguruan tinggi. Kalah dalam gelar pendidikan belum tentu kalah dalam segalanya. Asal bukan kalah karena faktor orang dalam, kalau itu sudah beda lagi ceritanya.
BACA JUGA Bukan Lagi Blangko dan Desain Canva, Goyang TikTok pun Bisa Jadi CV Kreatif buat Lamar Kerja dan tulisan Mohammad Ibnu Haq lainnya.