Saya kira hidup akan jadi lebih mudah setelah lulus SMA. Tidak perlu lagi bangun pagi untuk sekolah, mengerjakan tugas menumpuk, hingga ribut-ribut soal nilai. Ternyata saya salah. Kehidupan lulusan SMA ternyata lebih pelik, apalagi untuk orang-orang yang memutuskan langsung terjun ke dunia kerja seperti saya.
Setelah lulus SMA saya memang langsung memutuskan cari kerja. Niatnya nggak muluk-muluk, saya pengin punya penghasilan sendiri. Syukur-syukur bisa membantu orang tua.
Akan tetapi, kenyataannya, mencari kerja bagi pemegang ijazah SMA tidaklah mudah. Dunia kerja bagi lulusan SMA adalah sebuah perjalanan panjang. Saya mesti melalui banyak hal pahit sebelum mengantongi pekerjaan.
Lulusan SMA langsung merasa tertolak sejak membaca syarat loker
Langkah awal yang saya lakukan adalah membuka situs lowongan kerja dan join grup-grup Facebook terkait pekerjaan. Bahkan, saya mengunduh aplikasi-aplikasi kerja freelance. Niat saya langsung ciut ketika membaca persyaratan berbagai loker. Mayoritas menginginkan pekerja dengan ijazah minimal D3 atau pengelaman kerja setahun.
Ada sih yang mau menerima pekerja lulusan SMA, tapi jumlahnya tidak banyak. Saya sudah mengirimkan CV ke berbagai loker itu. Mulai dari lowongan sebagai penjaga toko, kasir minimarket, hingga admin online shop semuanya sudah saya coba. Tapi, belum ada yang tembus. Ada sih yang tembus, tapi saya harus ikut pelatihan berbayar dahulu.
Di saat itu saya sadar. Cari kerja itu susah, apalagi bagi lulusan SMA. Tidak cukup niat saja, tetap perlu modal yang mumpuni.
Masih harus menghadapi tekanan sosial
Perjalanan mencari pekerjaan itu terasa semakin panjang ketika ada “suara-suara” menyentil di rumah. Saya tahu niatnya baik, tapi tetap saja bikin mental saya tercerai-berai. Sebab, dari kata-kata dan nadanya, seolah-olah saya malas-malasan cari kerja.
Padahal, saya sudah mencoba hampir semua jalan. Saya pun aslinya ogah nganggur. Ya siapa sih yang mau jadi pengangguran? Diam di rumah terus lama-lama bikin kena mental. Namun, mau bagaimana lagi? Dunia kerja rasanya nggak butuh orang-orang yang pegang ijazah SMA. Apalagi yang nggak punya modal dan pengalaman seperti saya.
Pengalaman sulitnya cari kerja tidak hanya saya rasakan sendiri. Teman-teman saya yang lain juga mengalami hal serupa. Karena tidak mendapat pekerjaan, banyak dari mereka yang akhirnya menikah muda hingga kerja serabutan. Ada juga yang akhirnya menyerah dan jadi penangguran.
Kadang saya bertanya-tanya. Apakah saya dan banyak teman lulusan SMA lain memang sebegitu nggak layak hingga ditolak banyak pekerjaan? Bahkan, ditolak sejak dari persyaratannya. Atau memang kami ini angkatan yang sedang zonk aja, lulus di saat kondisi ekonomi tidak baik-baik saja. Kami lulus di saat loker sedang dikit-dikitnya. Sebab, di berbagai pemberitaan, kondisi lapangan kerja di Indonesia tampak kian mengkhawatirkan.
Jelas kami sebagai lulusan SMA bersedia memperbaiki diri agar layak masuk di dunia kerja. Tapi, kalau memang lowongan kerjanya yang kian menyempit, ini sudah di luar kuasa kami. Dan, kami harap pemerintah dan pihak yang bertanggung jawab lainnya turut memperbaiki kondisi ini.
Penulis: Melda Nandita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Derita Jadi Lulusan S2 yang Hidup di Desa, Dianggap Gagal dan Kuliahnya Sia-sia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
