Baru-baru ini ada cuitan di X yang mengeluhkan harga tiket pesawat domestik mahal. Hal tersebut ditanggapi Kemenhub dengan mengatakan jika penumpang pesawat atau customer harus jeli saat membeli tiket, sebab tiket pesawat connecting/sambungan umumnya memang mahal.
Padahal, fakta lapangannya harga tiket pesawat domestik baik penerbangan direct/langsung ataupun connecting memang mahal. Bahkan jauh lebih mahal ketimbang tiket pesawat tujuan internasional. Untuk membuktikannya, mari kita bandingkan harga tiket pesawat direct kelas ekonomi tujuan domestik dari Surabaya ke Jakarta dan tiket pesawat internasional tujuan Surabaya menuju Singapura.
Jarak antara Surabaya ke Singapura adalah 1376 km. Jika ditempuh menggunakan pesawat membutuhkan waktu 2 jam 15 menit dan harga tiketnya Rp700 ribuan. Kalau sedang promo malah bisa Rp480 ribu saja.
Sementara jarak antara Surabaya ke Jakarta adalah 780 km. Jika ditempuh dengan pesawat membutuhkan waktu 1 jam 20 menit dan harga tiketnya Rp1 jutaan. Harga tersebut belum termasuk asuransi kecelakaan ya, ada biaya tersendiri sebesar Rp75 ribu untuk asuransi. Dulu, sebelum pandemi covid, umumnya tiket pesawat sudah include asuransi kecelakaan, tapi sekarang tidak.
Dengan jarak yang lebih dekat dan waktu tempuh yang lebih cepat, kok bisa harga tiket pesawat domestik (Surabaya-Jakarta) lebih mahal ketimbang tujuan internasional (Surabaya-Singapura). Aneh, kan?
Ini kita baru berbicara tiket domestik untuk rute di Pulau Jawa. Kalau kita melihat harga tiket pesawat domestik di luar Pulau Jawa. Terutama di Indonesia bagian timur, harganya lebih mahal dan mencekik lagi. Naik pesawat dari Surabaya ke Ternate harganya bisa lebih mahal dari UMR Jogja. Ngeneslah pokoknya.
Daftar Isi
Alasan harga tiket mahal versi pemerintah Indonesia
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjelaskan ada dua hal yang menyebabkan tiket pesawat domestik mahal. Pertama, karena jumlah armada terbatas. Kedua, karena harga avtur (bahan bakar pesawat) fluktuatif dan cenderung naik.
Sejujurnya, saya kurang sepakat dengan pendapat tersebut. Pesawat tujuan internasional bahan bakarnya juga avtur, kenapa mereka mampu memberikan harga tiket pesawat murah?
Soal jumlah armada sedikit juga kurang masuk akal. Maskapai penerbangan tentu memiliki prinsip dagang yang sama dengan industri lainnya. Jika permintaan banyak dan penumpang ramai mereka pasti tambah armada. Lihat saja jumlah penerbangan rute Surabaya ke Jakarta, dalam sehari bisa lebih dari enam kali. Bandingkan dengan rute Surabaya ke Ternate yang lebih sepi penumpang, sehari hanya dua kali.
Jadi, jumlah armada pesawat sesungguhnya berkorelasi dengan permintaan pasar. Ya kali, penumpangnya sedikit mau beli pesawat lagi?
Baca halaman selanjutnya
Batas bawah dan atas yang malah jadi masalah
Batas bawah dan batas atas justru membuat harga tiket pesawat domestik mahal
Mahalnya tiket pesawat domestik juga dipengaruhi adanya revisi peraturan pemerintah tentang tarif batas bawah (TBB) dan tarif batas atas (TBA) yang diberlakukan sejak 2019 lalu. Peraturan tersebut sesungguhnya memiliki tujuan mulia. Tarif batas atas dimaksudkan agar melindungi konsumen dari terlalu tingginya harga tiket pesawat. Sementara tarif batas bawah difungsikan untuk melindungi maskapai dari perang tarif murah yang tidak masuk akal dan menyebabkan kebangkrutan.
Namun, peraturan ini justru lebih banyak merugikan konsumen lantaran maskapai cenderung memilih untuk membanderol harga mendekati TBA-nya. Saya akan mengambil contoh rute Surabaya ke Jakarta, untuk rute ini TBB-nya adalah Rp408 ribu, sementara TBA-nya adalah Rp1.167 juta.
Silakan cek di semua maskapai domestik, harga tiket pesawat rute Surabaya-Jakarta rata-rata di atas Rp980 ribu semua. Tidak ada satu pun maskapai yang membandrol harga Rp500 ribu atau mendekati TBB-nya.
Parahnya lagi, kalau saya ke Jakarta turunnya tidak di Bandara Soetta, melainkan di Bandara Halim Perdana Kusuma harga tiket pesawatnya malah Rp1.3 juta. Nominal tersebut kan sudah melampaui TBA, kok pemerintah diam saja? Harusnya menegur dan memberikan sanksi kepada maskapai yang bersangkutan sesuai peraturan Kemenhub.
Berbeda dengan peraturan penerbangan domestik, dalam rute pesawat internasional tidak ada aturan batas atas dan batas bawah. Semuanya diserahkan pada mekanisme pasar, siapa yang mampu memberikan pelayanan baik dengan harga terjangkau itulah yang akan memenangkan pasar.
Pemerintah harus turun tangan
Industri penerbangan di Indonesia sejatinya melibatkan banyak aspek, tidak hanya maskapai saja, tapi ada Angkasa Pura, Pertamina, AirNav, dan pajak untuk negara. Semua hal tersebut mempengaruhi harga atau tarif tiket pesawat.
Jika pajak suku cadang pesawat mahal, Angkasa Pura mematok jasa bandara mahal ke maskapai. Ditambah lagi Pertamina menjual avtur dengan harga yang tinggi dan berbeda-beda di setiap daerah, hasil akhirnya harga tiket pesawat domestik mahal dan makin mahal lagi untuk daerah yang terpencil.
Di Malaysia, harga avtur-nya lebih murah dari Indonesia dan pajak suku cadang pesawat lebih murah sehingga harga tiket pesawat domestiknya juga bisa lebih murah. Bahkan mereka masih memberikan subsidi untuk beberapa rute domestiknya.
Bisa dibilang pemerintah selaku pembuat kebijakan adalah satu-satunya pihak yang bisa membuat harga tiket pesawat murah. Jika memang benar avtur mahal, ya disubsidi dong. Kalau memang harga avtur di setiap daerah berbeda lantaran jalur distribusi mempengaruhi harga jualnya, itu juga tugas pemerintah untuk membuat harganya sama. Bukankah dulu tarif BBM juga berbeda antara di Jawa dan luar pulau Jawa, tapi sekarang semua daerah tarifnya sudah sama.
Subsidi tiket pesawat domestik bisa jadi kunci
Atau, jika pemerintah mau, silakan memberikan subsidi kepada penumpang. Sebenarnya ada sih subsidi tiket pesawat yang diberikan oleh Pemda seperti yang terjadi di beberapa distrik Papua. Tapi hal tersebut masih jarang dan hampir tidak pernah dilakukan daerah lain.
Pada akhirnya, masalah tiket pesawat juga erat kaitannya dengan pandangan pemerintah tentang transportasi udara. Jika pemerintah menganggap pesawat adalah transportasinya orang kaya sehingga enggan memberikan subsidi dan tidak menganggap mahalnya tiket pesawat sebagai masalah yang mendesak untuk diselesaikan, impian warga Indonesia untuk harga tiket pesawat domestik murah masih akan jauh dari kenyataan.
Padahal, bagi negara kepulauan seperti Indonesia, pesawat adalah transportasi yang paling dibutuhkan oleh warganya. Kalau harga tiket pesawatnya murah maka mobilitas warga antar pulau menjadi tinggi dan otomatis bisa mempersempit kesenjangan ekonomi.
Yaaa lagi-lagi, kalau kepikiran sih.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Harga Tiket Pesawat Tujuan Dalam Negeri Nggak Ngotak! Harganya Lebih Mahal daripada ke Luar Negeri