Lori Tebu di Kayutangan Malang Adalah Wujud Penistaan Sejarah

Memasang Replika Lokomotif Lori Tebu di Kayutangan Malang adalah Penistaan Sejarah (Dokumen pribadi)

Memasang Replika Lokomotif Lori Tebu di Kayutangan Malang adalah Penistaan Sejarah (Dokumen pribadi)

Jumat, 14 April 2023, Pemkot memajang replika lokomotif di depan patung Chairil Anwar di Kayutangan, Malang Begini bentuknya.

Konon, tujuannya buat membangkitkan romantisme sejarah kalau di Kayutangan Malang pernah ada trem yang ditarik lokomotif tersebut. Sontak, banyak netizen yang mempertanyakan program aneh ini. Bagaimana dengan warga Kota Malang? Apakah mereka bangga? Ternyata tidak. Malah banyak yang memprotes karena tambah banyak ikon yang tidak mencerminkan unsur “heritage”.

Saat lihat bentuknya, saya malah mendapatkan kesan ini bukan lokomotif trem, melainkan lokomotif lori tebu. Setelah membaca beberapa pendapat, ternyata bukan hanya saya yang mempunyai anggapan seperti itu. Kalangan pemerhati sejarah Kota Malang juga mengkritik. 

Bahkan ada yang memplesetkan istilah Makobu yang dulunya dikenal sebagai Malang Kota Bunga menjadi Malang Kota Tebu. Sungguh, membuat saya prihatin.

Baca halaman selanjutnya….

Pemerintah kota yang problematik

Kapan hari itu, saya menulis artikel berisi harapan bagi Kota Malang yang baru saja menginjak usia 109. Saya berharap kota ini tidak semakin problematik seperti Depok dengan segala fenomenanya.

Saya yakin tulisan saya tidak dibaca oleh jajaran pemerintah Kota Malang. Namun, satu hal yang pasti, harapan saya juga tidak akan terwujud. Bukannya membaik, kota ini semakin problematik. Contohnya ya di masalah replika lokomotif tadi.

Bukan hanya melecehkan sejarah, replika lokomotif ini mempertegas bahwa Kota Malang itu krisis identitas. Sebelumnya, kita sama-sama tahu bahwa trotoar Kayutangan Malang saja dimirip-miripkan seperti Malioboro. Lalu, ada pemasangan phone box ala Inggris. Sekarang, replika trem yang dipasang tidak sesuai dengan sejarah.

Penistaan sejarah Kayutangan Malang

Adanya replika lokomotif tebu di Kayutangan Heritage ini merupakan penistaan terhadap sejarah Kayutangan Malang itu sendiri. Dulu, pemerintah memutuskan untuk memendam rel trem Kayutangan. Padahal, unsur sejarah Kayutangan ada di sana. Sekarang, replika trem yang dipajang tidak sesuai dengan sejarahnya.

Kecuali kalau memang mau mengangkat sejarah perkebunan tebu. Itu masih masuk akal. Namun, replika lokomotifnya nggak dipajang di Kayutangan juga. Lebih tepat kalau dipajang di pabrik gula Kebonagung atau Krebet. Kayutangan tidak punya sejarah industri gula.

Lalau, bagaimana dengan bentuk asli lokomotif yang pernah melintasi kawasan Kayutangan? Jawabannya ada di tiga tweet @MalangTramway.

(1)

(2)

(3)

Kalau mau merepresentasikan sejarah perkeretaapian Kayutangan Malang, akun yang sama juga sudah mengulasnya. Berikut penjelasannya.

Jika tujuannya ingin mengembalikan heritage Kota Malang, ini sangat ngawur. Terkesan tidak ada dan tidak pernah melakukan riset sejarah. Maklum, kota ini seperti panik untuk menciptakan destinasi wisata yang benar-benar murni dari sejarah. Kelihatan sangat takut kalah sama Kabupaten Malang dan Kota Batu.

Lancang

Menaruh replika lori di depan patung Chairil Anwar yang tertulis puisi “Aku” di bawahnya juga lancang terhadap kesejarahan. Replika tebu yang dipasang ini nilai kesejarahannya dipertanyakan, terlebih ukurannya lebih besar dan ditaruh di depan patung Chairil Anwar yang bersejarah dan dibangun pada 1955.

Monumen ini didirikan untuk menghormati Si Binatang Jalang yang pernah ke Malang dalam rangka Sidang Pleno Kelima KNIP 25 Februari-6 Maret 1947 di Societeit Concordia yang sekarang menjadi Mal Sarinah Malang. Monumen ini dibangun untuk mengenang sejarah kemerdekaan Indonesia, tapi malah dirusak dengan replika lokomotif lori tebu yang diklaim sebagai trem (peninggalan penjajah Belanda).

Harusnya, orang-orang ke patung Chairil Anwar untuk menghargai sejarah. Eh kawasan wisata sejarah itu malah tambah sepi. Banyak orang malah foto-foto di replika yang tidak ada nilai historisnya sama sekali. Padahal, keberadaan patung Chairil Anwar sangat penting sebagai amanat Jasmerah Bung Karno agar masyarakat lebih menghargai sejarah perjuangan Indonesia.

Lenyapkan dari Kayutangan Malang

Karena dari kajian sejarah tidak masuk akal dan mengotori estetika taman patung Chairil Anwar, seharusnya replika lokomotif lori tebu tersebut dicopot saja. Seharusnya, pemerintah kota menggandeng ahli sejarah sebelum membangun zona wisata Kayutangan Malang.

Selain itu, pembangunan replika ini sangat membuang uang. Padahal, anggarannya bisa digunakan untuk membenahi aspal jalanan kota yang rusak atau penanggulangan banjir. Sungguh nggak ada nalar.

Penulis: Mohammad Faiz Attoriq

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Mati Tua di Jalanan Kota Malang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version