“Lebih baik minta maaf daripada minta izin”
Kalimat tersebut diamini oleh banyak suami di dunia ini. Kenapa? Katanya, minta izin beli barang—terutama yang berkaitan dengan hobi—ke istri itu ribet. Besar kemungkinan istri akan menolak dengan alasan ini itu. Beberapa orang bahkan menjadikan hal ini sebagai alasan mereka takut menikah.
Alasan sing ra mashok sih, tapi okelah, semua punya pertimbangannya masing-masing.
Saya sendiri paham kenapa orang tidak mau ribet minta izin, sekalipun tidak mau menganut paham tersebut. Minta izin memang tidak mudah, tapi bagi saya selama komunikasinya jalan dan lancar, justru mending minta izin ketimbang jadi masalah tak perlu.
Pernikahan saya memang masih seumur jagung, tapi saya sudah paham kenapa melibatkan istri dalam segala perkara, terutama beli-membeli, itu penting dan sudah seharusnya dilakukan.
Daftar Isi
Kalian nggak menikahi istri kalian hanya untuk dibohongi
Saya mulai argumen saya dengan pandangan personal (memang semuanya personal sih). Begini, prinsipnya, kalian tidak mengajak orang lain hidup bersama kalian hanya untuk dibohongi. Betul, beli barang nggak bilang-bilang bukanlah kejahatan besar. Tapi karena bukan kejahatan besar, harusnya tak sulit untuk kalian jujur. Apa susahnya bilang bahwa kalian punya duit spare dan ingin belanja kebutuhan pribadi?
Kalau istri misalnya tidak menyetujui, kasih argumen yang pas agar mereka bisa setuju. Misalnya, beli ini tidak mengganggu cashflow nanti, dan sejenisnya. Sederhana kan sebenarnya?
Semenjak masih pacaran, saya terbuka kepada istri saya. Berapa uang saku saya, hobi saya kek apa, habisnya berapa, dan seboros apa saya sama hobi. Menurut saya saat itu, ini adalah hal yang akan dia alami jika kami berumah tangga, jadi nggak ada kaget-kaget atau konflik nggak perlu. Selama menikah ini, saya ya terbuka dengan berapa uang yang saya dapat dari side job dan gaji utama. Keterbukaan, akhirnya menghasilkan kepercayaan.
Bagi saya, uang adalah sumber kebahagiaan terbaik dan sumber penderitaan paling mengerikan. Jadi mending saya terbuka perkara ini ketimbang nanti curiga kok duitnya lari ke sini, kok duitnya berkurang banyak dan sebagainya.
Bayangin kalian dituduh mangku LC gara-gara uang habis nggak jelas, padahal karena diem-diem beli jersey tim kalian yang medioker itu.
Keterbukaan menghasilkan kepercayaan
Tadi saya bilang, keterbukaan menghasilkan kepercayaan. Percaya dengan saya, kalau kalian biasa minta izin, lama-lama malah diberi free pass dengan sendiri. Paling ya nanti ditanyain cash flow aman nggak, udah gitu aja. Saya sih meski diberi free pass ya masih lapor dan minta izin. Berapa pemasukan saya ya saya kasih tahu ke istri.
Bentar, saya paham kalian akan menganggap saya suami takut istri. Kok sampe segitunya. Saya sih nggak nganggap ini pertanda takut atau gimana. Justru saya heran, kenapa memperlakukan istri setara dianggap takut sih?
Saya nggak akan bilang saya lepas dari nilai patriarki. Begitu kentalnya nilai patriarki yang ada di lingkungan juga memengaruhi saya. Cuma saya berusaha untuk tidak ngono-ngono banget lah, terutama di perkara uang. Lagi-lagi, saya nggak mau konflik muncul karena perkara uang. Sumpah, medeni.
Saya nggak lebay perkara ini. Banyak konflik keluarga yang saya temui berawal dari ketidakjujuran perkara uang. Satu bara api, menyulut asumsi yang bercabang, membakar seluruh hutan. Jangan ngeles, kalian pasti pernah melihatnya juga kan?
Jangan jadi si paling menderita
Jadi, saya berpesan, baiknya minta izin ke istri. Kalau barangnya mahal, ya mau nggak mau kalian harus makin pinter bersilat lidah. Cuma tetep harus lihat duit juga. Maksudnya, pemasukan total 7 juta, kalian izin beli sepatu harga 3 jutaan, yo rodo mikir to su. Itu dah hampir separuh pemasukan, sedangkan kalian masih harus mengarungi hari-hari yang tak pasti. Mbok ya direm.
Setelah baca ini, mungkin akhirnya kalian jadi takut menikah. Wajar, nggak apa-apa. Ketakutan akan pernikahan memang hal yang wajar. Kalian para lelaki mungkin jadi melihat pernikahan adalah pembunuh mimpi. Saya tak mau menyalahkan itu sih.
Cuma, coba pikir lagi, memangnya istri kalian tidak membunuh mimpi-mimpi mereka demi bersama kalian?
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Restu Suami Itu Teori, Faktanya, Restu Istri Adalah Kunci