Lamongan Semakin Suram di Balik Gemerlap Mojokerto dan Tuban

Lamongan Semakin Suram di Balik Gemerlap Mojokerto dan Tuban

Lamongan Semakin Suram di Balik Gemerlap Mojokerto dan Tuban (Rizaldby via Wikimedia Commons)

Sebagai warga asli Lamongan, saya selalu bangga dengan daerah sendiri. Namun setelah sering berkunjung ke Mojokerto dan Tuban, sulit untuk tidak menyadari bahwa Lamongan terasa semakin tertinggal dibandingkan dua kabupaten tetangganya yang berkembang pesat.

Secara umum, ketiga daerah plat S ini memiliki banyak kesamaan, terutama dalam hal pendidikan tinggi yang belum memiliki universitas negeri unggulan. Iya, sama-sama tidak punya kampus negeri yang bisa dibanggakan. Kalau mau kuliah di universitas ternama, ya tetap harus ke Surabaya atau Malang.

Akan tetapi dalam aspek lain seperti infrastruktur, pariwisata, dan fasilitas publik, Lamongan tampak berjalan di tempat, sementara Mojokerto dan Tuban terus maju. Entahlah, perkembangan kabupaten tetangga kami ini terasa lebih maju dibandingkan daerah sendiri. Ini bukan cuma perasaan saya, lho. Memang ada beberapa hal yang bikin Lamongan tampak semakin semenjana.

Mojokerto dengan infrastruktur dan wisata yang maju

Mojokerto memiliki banyak keunggulan dibandingkan Lamongan. Salah satu hal yang bikin saya iri berat adalah infrastruktur. Jalanan di Mojokerto mulus, serta banyak yang punya view gunung yang menawan. Sementara di Lamongan? Jalan berlubang di mana-mana. Setiap kali hujan, jalanan jadi penuh kubangan. Mau naik motor harus ekstra hati-hati, salah belok sedikit bisa nyemplung ke lubang.

Transportasi umum juga lebih baik di Mojokerto. Ada bus yang lebih teratur, ada ojek online yang siap sedia. Sementara di Lamongan? Ya ada sih angkutan umum, tapi seadanya. Meski Lamongan juga dilalui Transjatim, tapi cuma arah Pantura saja. Kalau ke arah pusat kota, nggak ada transportasi umum sama sekali. Jadi kalau nggak punya kendaraan pribadi, siap-siap saja dibuat repot.

Kalau mau ngomongin tempat hiburan dan gaya hidup, Mojokerto jelas menang telak. Kota ini punya Pacet dan Trawas yang jadi destinasi wisata alam andalan. Mau ngadem? Bisa. Mau wisata kuliner? Ada. Mau staycation cantik di villa dengan view gunung? Tinggal pilih. Sementara itu, wisata di Lamongan, seperti pantai dan WBL, kurang terawat dan tidak mengalami inovasi berarti.

Di pusat kota, Mojokerto juga lebih lengkap. Mereka punya mall, tempat nongkrong oke, dan hiburan lain yang lebih variatif. Di pusat Lamongan, cuma ada Plaza, itu pun kondisinya antara hidup dan mati, isinya juga gitu-gitu aja. Nggak heran kalau orang Lamongan lebih sering main ke Gresik atau Surabaya kalau mau cari hiburan yang proper.

Baca halaman selanjutnya: Tuban makin bersinar…

Tuban: kabupaten yang makin bersinar

Saya tahu, salah satu faktor yang membedakan pembangunan adalah UMR. Mojokerto memang punya UMR lebih tinggi dibandingkan Lamongan. Karena itu jika dibuat perbandingan, mungkin terkesan kurang pas. Tapi coba deh bandingkan dengan Tuban.

Di Tuban, jalanan nggak cuma diperbaiki dengan serius, tapi juga dikelola dengan baik. Pun open space benar-benar tertata rapi. Lihat saja taman hutan kota, Abirama, sampai alun-alun yang direnovasi itu. Terkesan memang nyaman dan membanggakan.

Terakhir, soal potensi wisata, Tuban juga mulai menunjukkan taringnya. Pemerintah daerahnya tak segan untuk mengembangkan spot wisata lokal, mulai dari pantai yang masih asri hingga situs sejarah yang dikemas dengan lebih menarik. Sementara Lamongan, meskipun punya potensi alam dan budaya yang tak kalah, sayangnya masih tertinggal jauh dan seperti tak ada upaya perbaikan.

Lamongan sebenarnya banyak potensi, tapi kurang optimalisasi

Sekali lagi, saya nggak berniat menjelekkan kampung halaman sendiri. Saya cinta Lamongan. Tapi justru karena cinta, saya jadi kepikiran, kok bisa daerah ini kayak nggak berkembang? Padahal potensinya ada. Lokasinya strategis, punya banyak sumber daya, dan sejarahnya juga panjang. Tapi perkembangannya terasa stagnan.

Mungkin ini saatnya Lamongan berbenah. Infrastruktur harus diperbaiki, branding daerah harus diperjelas, dan potensi wisata harus dioptimalkan. Saya nggak mau terus-terusan iri melihat Mojokerto atau Tuban berkembang pesat, sementara Lamongan tetap begini-begini saja.

Jadi, Lamongan, kapan kamu berbenah?

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kabupaten Lamongan Bernasib Suram jika Wisata Bahari Lamongan Tidak Pernah Ada.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version