Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Kultum Pemuda Tersesat: Akhirnya Ada Wadah untuk Pertanyaan Liar Seputar Agama

Aly Reza oleh Aly Reza
1 September 2020
A A
Model Dakwah Ala Kultum Pemuda Tersesat Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah terminal mojok.co

Model Dakwah Ala Kultum Pemuda Tersesat Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah

Share on FacebookShare on Twitter

Masih sangat segar di ingatan saya, pernah dalam satu forum kajian keislaman, salah seorang kawan saya dengan pedenya mengajukan pertanyaan nakal. “Bagaimana hukumnya orang yang rajin salat, tapi juga rutin nonton bokep?”

Mendengar pertanyaan tersebut, sontak wajah Pak Ustaz yang memimpin kajian berubah jadi merah. Raut wajahnya jadi nggak enak sama sekali. Jelas Pak Ustaz ini sangat terganggu dengan pertanyaan kawan saya yang terdengar ngawur itu. Pasalnya, pertanyaan dari peserta kajian lain lebih lurus dan religius.

Seingat saya, dua pertanyaan sebelumnya adalah mengenai bagaimana agar salat kita bisa khusyuk dan seputar sedekah. Hla ini, kok bisa-bisanya mengajukan pertanyaan yang mungkin bagi Pak Ustaz terdengar sangat tidak senonoh.

Bukan hanya mendapat sambutan kurang nyaman dari Pak Ustaz, para peserta kajian lain yang rerata merupakan barisan pemuda hijrah langsung mengadakan bisik-bisik tetangga. Kami juga diserbu dengan sorot mata yang intimidatif dan penuh penghakiman. Bahkan samar-samar saya menangkap ada yang berseloroh, “Oh, jebul mbokepan, tho?”

Aseeemmm tenan! Kalau dimaksudkan untuk gojloki sih, mungkin kami nggak masalah, ya. Tapi dari nadanya, jelas banget kalau mereka mengucapkannya dengan maksud untuk menuduh. Alias nggak ada feel bercanda-bercandanya sama sekali kalau kalian berpikir kami aja yang baperan.

Dan benar saja. Ternyata pertanyaan kawan saya itu jadi bumerang yang menampar balik wajah kami. Dalam forum tersebut, kami bener-bener dihakimi oleh Pak Ustaz dengan statemen-statemen yang, alih-alih memberi kami pencerahan, tapi malah membuat kami di kemudian hari selalu sinis dengan forum-forum kajian keagamaan semacam itu. Kawan saya malah lebih ekstrem lagi, terkesan kayak alergi.

Pernah juga, dulu banget pas saya masih MTs, kawan perempuan saya juga mendapat jawaban yang kurang mengenakkan atas pertanyaan nakalnya seputar isu-isu perempuan.

Jadi dalam mata pelajaran Fikih, tepatnya pada bab pernikahan, guru kami panjang lebar menjelaskan tetek-bengek seputar kehidupan rumah tangga. Termasuk adab istri terhadap suami. Nah, sampailah Pak Guru pada penjelasan mengenai seorang istri yang wajib melayani suami, lebih khusus adalah hubungan persenggamaan, dalam kondisi apa pun. Entah lagi capek, nggak mood, atau lagi sibuk. Pokoknya kalau suami minta jatah, harus dikasih. Nggak boleh ditunda-tunda, lebih-lebih ditolak mentah-mentah.

Baca Juga:

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Kalau berani menolak, Pak Guru kemudian menyitir hadis yang menyebutkan tentang laknat bagi perempuan yang menolak ajakan suaminya. Karena itu sama dengan enggan menyenangkan suami. Sementara, menurut penjelasan Pak Guru, menyenangkan suami itu bernilai pahala surga.

Tiba-tiba kawan perempuan saya mengajukan sebuah pertanyaan—saya sih menganggapnya sebagai pertanyaan polos ketimbang pertanyaan kritis—yang agak menyentil. “Pak, lalu seandainya perempuan yang minta duluan tapi suaminya menolak, gimana? Apa si suami juga bakal mendapatkan laknat?”

“Pertanyaan ngawur!” Pak Guru meresponsnya dengan cepat dan berapi-api. Tapi dengan argumen yang amat sangat dangkal. “Nggak mungkin ada perempuan yang mau minta duluan. Kalau toh ada, berarti perempuan itu kegatelan.” Titik, hanya itu. Nggak ada penjelasan susulan yang membawa kami ke pemahaman yang lebih luas.

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan, ternyata banyak para pemuka agama yang masih belum bisa disebut “dewasa”. Menganggap teks kitab suci adalah benda mati yang udah nggak bisa diutak-atik lagi. Hasilnya, diskusi-diskusi keagamaan nggak berkembang.

Efeknya, meminjam istilah Alm. Buya Nursamad Kamba, agama terkesan gagap dan buntu dalam merespons fenomena dan gejala-gejala baru yang muncul di masyarakat. Agama jadi dianggap gagal menghadirkan sebuah solusi dan jawaban atas keresahan-keresahan umatnya alias kurang solutip!

Padahal, justru dari keresahan-keresahan yang cenderung nakal, menyentil, dan nggak senonoh itulah orang-orang bisa masuk lebih dalam lagi terhadap agama yang mereka imani. Hla kalau dijawab kayak dua kasus di atas, ya akhirnya wegah masuk dan memilih menjauh, tho.

Di tengah kemarau dakwah dengan materi-materi yang kering kerontang ini, kehadiran seri Kultum Pemuda Tersesat layaknya hujan pertama yang disambut dengan gegap gempita.

Kultum Pemuda Tersesat pertama kali tayang di channel YouTube MLI pada Ramadhan lalu. Tapi sesudah Ramadhan, karena banyak pertanyaan nakal dari para pemuda tersesat yang nggak terlokalisir, akhirnya MLI dan Habib Jafar sebagai narasumber sepakat untuk melanjutkan lagi serinya yang mulai tayang bulan ini.

Konsepnya sangat menarik dan tentu memberi penyegaran dari model kultum yang sudah mainstream dan terkesan gitu-gitu aja: kaku, saklek, dan hanya ngomongin soal pahala-dosa, surga-neraka, dan fikih-normatif.

Sementara dalam Kultum Pemuda Tersesat, Tretan Muslim ditemani Coki Pardede akan menyalurkan keresahan-keresahan dari para pemuda tersesat seputar agama kepada The Protector, Habib Husein Jafar al-Hadar. Dengan isu dan problematika yang lebih kompleks dan mindblowing.

Pertanyaan–pertanyaan yang disaring dan diajukan kepada Habib Jafar pun adalah jenis pertanyaan yang bisa dibilang brutal. Sebut saja misalnya, masa iya ada yang bertanya, “Bagaimana hukum orang berbuka puasa pakai babi dan bir?” Atau, “Bagaimana hukum orang puasa yang berniat murtad?” Itu adalah dua dari sekian pertanyaan sesat pada seri Ramadhan lalu.

Contoh yang terbaru misalnya ada yang nanya, “Bagaimana hukum orang yang STMJ (salat terus, mastrubasi jalan)? Sebelum salat, masturbasi atau nonton bokep dulu.” Waduh. Terus, “Bagaimana hukum bertato pakai tulisan syahadat?” Dan segala jenis pertanyaan sesat lainnya yang bisa Anda simak di channel YouTube MLI atau Jeda Nulis-nya Habib Jafar.

Seandainya pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk model ustaz seperti yang saya contohkan sebelumnya, ha yo bisa dikutuk habis-habisan, Anda. Tapi karena ini adalah kontennya Habib Jafar dan MLI, kesan yang timbul dan dirasakan justru sangat gayeng, interaktif, dan solutif.

Habib Jafar sebenernya pernah bilang, kalau model pertanyaan seperti ini, menurut Imam Syafii nggak perlu dijawab. Tapi dengan sangat simpatik beliau malah meladeni dan menjawabnya dengan gaya yang ke-MLI-MLI-an. Maka, nggak heran jika Kultum Pemuda Tersesat, hari ini, menjadi konten dakwah yang paling dicari dan digandrungi khalayak.

Kultum Pemuda Tersesat—lebih khusus sosok Habib Jafar—berhasil membawa agama yang sebelumnya terkesan elitis; seolah hanya milik “orang-orang masjid” saja, menjadi sangat dekat dengan kelompok marjinal. Bukan untuk membenarkan ketersesatan mereka. Bukan juga untuk menyalah-nyalahkan dan menghakimi. Melainkan untuk memberi alternatif perspektif yang jauh lebih substansial dari sekadar urusan benar atau salah.

Saya jadi teringat dengan sebuah kisah klasik. Ada seorang pemuda yang sudah membunuh 99 orang. Ketika menghadap seorang ulama dan bertanya apakah taubatnya bakal diterima Tuhan? Si Ulama malah marah-marah dan mengutuk perbuatan pemuda tersebut. Bahkan si Ulama ini berkata, “Taubatmu nggak bakal diterima!” Akhirnya, si Ulama menjadi orang ke-100 yang dibunuh pemuda tersebut.

Kira-kira seperti itu lah gambaran orang-orang yang pengin mencari solusi dalam agama, tapi oleh pemuka agama malah terang-terangan dijauhkan dari agama itu sendiri. Persis seperti ungkapan dari Sa’di Shirazi (penyair Persia abad ke-13) bahwa, “Ribuan orang yang jauh dari Tuhan adalah ulah dari orang lain yang merasa lebih dekat dengan Tuhan.”

Sumber gambar: Skrinsut YouTube MLI

BACA JUGA Skripsi Nggak Kunjung Selesai? Mari Contoh Kisah Pewayangan Bambang Ekalaya dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 September 2020 oleh

Tags: agamaislamkajiankultum pemuda tersesatMLIpengajian
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam MOJOK.CO

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam?

24 Juli 2020
Bayangkan Jika Lagu 'Melukis Senja' Budi Doremi Itu Ungkapan Tuhan untuk Kita terminal mojok.co

Bayangkan Jika Lagu ‘Melukis Senja’ Budi Doremi Itu Ungkapan Tuhan untuk Kita

3 Maret 2021
Menghitung Berapa Kali Habib Rizieq Shihab Bisa Umrah Selama di Arab Saudi terminal mojok.co

Menghitung Berapa Kali Habib Rizieq Shihab Bisa Umrah Selama di Arab Saudi

8 November 2020
Israel Menjajah Palestina Tidak Dibenarkan Alkitab dan Yesus (Unsplash)

Menjadikan Alkitab sebagai Alasan Memaklumi Penjajahan Israel atas Palestina Bukti Yesus Sudah Tidak Ada di Hati Kamu

25 Oktober 2023
Standar Ganda Ala Nabi Muhammad

Standar Ganda Ala Nabi Muhammad

6 Desember 2019
konflik ahmadiyah minoritas dihina mojok

Masjid Ahmadiyah Dibakar, Prosesi Ibadah Agama Lain Dihina, Selanjutnya Apa Lagi?

7 September 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.