Seperti yang kita ketahui, belakangan ini para pesohor dunia hiburan di tanah air atau sebut saja seleb, berbondong-bondong membuka usaha di bidang kuliner. Bahkan usaha kuliner ini seolah menjadi tren. Sebut saja yang cukup populer diantaranya Ayam Geprek Bensu (Ruben Onsu), Sang Pisang (Kaesang Pangarep), Ayam Asix (Ashanty dan Anang), dan masih banyak lagi. Memang tidak semua usaha para seleb di bidang kuliner mulus layaknya gedebog pisang.
Pada akhirnya tidak semua seleb berhasil menjalankan usaha di bidang kuliner dengan mulus atau katakanlah berakhir gulung tikar. Meski tidak sedikit juga yang usahanya masih bertahan. Namun, di balik kehebohan tersebut, mari sama-sama kita setujui, bahwa antusias para pesohor membuka usaha di bidang kuliner menambah peluang lapangan kerja. Rispek!
Tak jarang kuliner ala seleb ini terlihat cukup menjanjikan. Makanan yang sebenarnya sudah “umum” diketahui oleh khalayak, misalnya seperti ayam goreng, pisang goreng, kue bolu, bakpia, dan sebagainya dikemas dengan semenarik mungkin. Dengan branding yang sudah cukup bagus dari sang pesohor yang sudah terkenal, saya kira bisa jadi memangkas biaya pemasaran. Si dia ini tak perlu repot-repot mengendorse seleb lain. Toh dirinya kan sudah seleb? Haha, Itu yang dikatakan hati kecil saya.
Dan yang cukup membuat saya bingung, entah mengapa, penamaan makanan yang mereka jual disisipi embel-embel nama si selebnya sendiri. Sebut saja Ayam Geprek Bensu (milik Ruben Onsu), Sang Pisang (milik Kaesang), Bakpia Wong Jogja (Baim Wong) dan sepertinya masih banyak lagi. Kenapa begitu ya? Ah, mungkin saja agar produknya mudah diingat atau mungkinkah hanya ingin narsis semata? Sepertinya alasan kedua yang saya sebutkan terdengar mengada-ngada. Tentu alasan penamaan ini akhirnya hanya Tuhan dan si seleb yang tau.
Dalam benak saya “Toh si seleb sudah populer, ya masa makanan yang dijualnya nggak sepopuler itu?” Akhirnya itulah salah satu alasan yang juga membuat batin saya terkoyak. Netizen pun ramai di sosial media membicarakan kuliner para seleb yang membuat pertahanan diri ini untuk tidak konsumtif makin runtuh. Ditambah, saya yang kebetulan suka nonton channel Youtube yang berisi review kuliner, kebetulan para YouTuber sedang gencar mereview makanan seleb. Makin membuncahlah hasrat mencicipi makanan seleb. Duh!
Singkat cerita begitulah rasa penasaran saya makin terombang-ambing oleh kuliner ala seleb. “Enak gak sih makanan yang mereka jual?”, “Apakah dengan memakannya bisa memanjakan lidah saya?” Tentu ini tidak bisa dibuktikan jika hanya menerka-nerka.
Bisa dibilang saya cukup beruntung tinggal di dekat Jalan Margonda, sebuah jalan di Kota Depok yang terkenal (selain dengan kemacetan, polusi, dan berjejernya mall) ini bisa mencoba mencicipi kuliner ala seleb dengan akses yang mudah. Daerah ini bisa dibilang menjadi gudangnya kuliner di Kota Depok. Beberapa seleb banyak yang membuka cabangnya di jalan Margonda. Seleb seperti Ayu Ting Ting, Ruben Onsu, Anag dan Ashanty, Denny Cagur, hingga Rafi Nagita juga membuka usaha kulinernya di sini.
Saya pun akhirnya mengkahiri rasa penasaran saya. Bersama teman dekat, saya mendatangi salah satu kuliner seleb dengan menu utama geprek di bilangan Margonda. Tentu teman-teman bisa dengan mudah menebak saya makan di mana. Kebetulan saat saya datang ke sana sedang terdapat promo. Dengan harga terjangkau, dengan belasan ribu atau puluhan ribu saja sudah bisa menikmati kuliner ala seleb ini. Dengan tempat yang cukup nyaman dan ramainya pengunjung yang datang, saya akui tempat makan ini cukup terlihat meyakinkan. Setelah mencicipi makanannya, jujur saya tidak bisa bilang makanannya tidak nikmat. Karena sejujurnya memang nikmat. Tapi kok yaa saya tidak menemukan apa yang special dari makanan tersebut.
Beberapa bulan setelahnya saya mencoba makan di restoran seleb yang lain, masih di bilangan Margonda. Kali ini saya makan di resto ayam goreng milik musisi yang pernah menjadi juri Indonesian Idol atau sebut saja mas Anang. Harga makanan di sana cukup terjangkau memang, dan porsinya sesuai dengan harganya, tempatnya juga cukup nyaman. Rasanya pun cukup nikmat. Tapi lagi-lagi saya tidak menemukan di mana letak spesialnya makanan tersebut. membuat perut kenyang? Sudah tentu.
Akhirnya saya tersadar, soal makanan memang akhirnya bermuara pada selera masing-masing. Dan yang saya juga sadari adalah “Ada sebuah harga untuk rasa penasaran”.