Ada banyak pilihan kuliner di Jogja. Di antara banyak pilihan itu, ada beberapa makanan yang lebih baik langsung dicicipi di tempat atau makan di warungnya. Bukan, ini bukan tentang penjualnya yang menggunakan pelaris atau semacamnya. Beberapa makanan memang punya rasa dan tekstur yang lebih “nendang” ketika disantap selagi panas.
Di bawah ini beberapa kuliner Jogja yang sebaiknya dicicipi langsung di tempat. Kalaupun terpaksa membungkus atau membawanya pulang, kalian perlu berbagai macam cara untuk mempertahankan rasa dan teksturnya.
#1 Bakmi Jawa
Bakmi Jawa lebih nikmat dimakan selagi hangat. Itu mengapa menyantapnya langsung di warung menjadi pilihan paling baik. Apalagi untuk bakmi Jawa kuah atau godhog, menyeruput kuahnya selagi panas menambah kenikmatan kuliner ini hingga berkali-kali lipat.
Sebenarnya, makanannya tersebut bisa sih dibungkus dan dicicipi di rumah. Apalagi kalau lokasi rumahnya tidak jauh dari warung. Hanya saja, bagi saya, ketika dibawa pulang jadi terasa ada aroma bungkusnya. Biasanya ada aroma kertas minyak atau plastik ketika pertama kali masuk ke mulu. Walau memang, setelah suapan kedua dan seterusnya, aroma itu sudah menguap entah ke mana. Hanya saja, aroma itu cukup mengganggu.
#3 Kopi jos
Saya rasa sudah jelas alasan di balik kopi jos lebih nikmat dinikmati langsung di warungnya. Minuman khas Jogja ini tidak bisa dibawa pulang karena arang yang ada di dalamnya. Iya, kalian tidak salah dengar, kopi jos adalah minuman kopi hitam yang disajikan bersama arang yang masih berasap di dalamnya. Arang tersebut menghangatkan minuman saat tersaji.
Banyak pro dan kontra terkait penyajian minuman yang satu ini karena alasan kesehatan. Walau begitu, kopi jos tetap dicari wisatawan karena keunikan penyajiannya. Mengingat yang dicari adalah penyajiannya menggunakan arang yang masih berasap, jelas kuliner ini sangat tidak cocok untuk dibawa pulang.
#4 Sate klatak
Sate klatak adalah kuliner dari daging kambing muda berbentuk sate. Bedanya dengan sate kambing pada umumnya, sate klatak menggunakan tusuk besi yang terbuat dari jeruji sepeda. Selain itu, bumbu sate klatak lebih sederhana hanya garam saja, tidak menggunakan kecap seperti sate pada umumnya. Penyajiannya pun berbeda, sate klatak disajikan bersama kuah tongseng sebagai pendamping.
Selain rasanya, kenikmatan menyantap sate klatak terletak pada sensasi menyikat daging kambing dari tusukan besi. Tusukan besi menyisakan sensasi hangat pada bagian dalam daging. Itu mengapa, memakan sate klatak langsung di warungnya terasa lebih nikmat daripada membawanya pulang.
#4 Angkringan
Nasi kucing dan makanan lain yang dijual di angkringan terasa itu lebih nendang kalau disantap langsung di gerobaknya. Selain bisa mencicipi nasi kucing, makan di gerobak angkringan bisa langsung menjajal sate-satean dan makanan pendamping lain yang dibakar. Nasi kucing dan makanan pendamping yang masih hangat adalah perpaduan yang sempurna. Belum lagi kalian bisa langsung menyesap teh panas angkringan yang rasanya nendang itu.
Selain makanan dan minuman yang terasa nikmat, suasana makan di angkringan adalah poin plus lain. Mencicipi makanan sambil ngobrol ngalor-ngidul bareng teman atau orang asing yang makan di sana adalah kekhasan angkringan. Nggak heran kalau kuliner jogja yang satu ini tidak hanya jadi tempat untuk mengenyangkan perut, tapi juga wadah bersosialisasi.
Nah, di atas beberapa makanan dan minuman yang lebih nendang disantap langsung di warungnya. Menurut kalian, apakah ada kuliner khas Jogja lainnya lebih enak apabila dimakan secara langsung selagi hangat?
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Kuliner Boyolali yang Wajib Dicicipi Setidaknya Sekali Seumur Hidup
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.