Kuliah di UT buat pekerja itu beneran banyak benefitnya. Kayaknya, Universitas Terbuka emang tercipta buat pekerja
Meski sudah bekerja, tak jarang orang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Terutama, mereka yang ijazahnya hanya sebatas SMA atau Diploma. Alasannya pun macam-macam. Ada yang ingin naik jabatan, ada yang butuh gelar, ada juga yang murni ingin menambah ilmu.
Di antara banyak pilihan kampus untuk melanjutkan pendidikan, Universitas Terbuka (UT) jadi tempat yang paling sesuai sebagai tempat kuliah para pekerja. Ini saya bukan lagi promosi loh, ya. UT juga nggak bayar saya. Ini murni hasil kesimpulan dari pengalaman pribadi, ditambah cerita teman-teman pekerja lain yang kuliah di sana.
Langsung saja, ini dia 5 kelebihan kuliah di UT bagi para pekerja yang rasanya susah untuk ditemukan di kampus lain.
Waktu belajar fleksibel
Pertama, soal waktu. Sebagai perguruan tinggi negeri, UT paham betul bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga bagi para pekerja. Oleh karenanya, UT tidak memberlakukan jadwal perkuliahan seketat celana legging. UT juga tidak menuntut mahasiswanya untuk absen setiap hari, tidak pula menuntut untuk hadir di ruang perkuliahan pada jam tertentu. Dengan kata lain, sistem perkuliahannya fleksibel.
Mau buka modul, video pembelajaran, atau LMS kapan saja, sak karepmu, aturen sendiri. Hari ini lagi semangat belajar full seharian, lalu besoknya nggak nyentuh materi sama sekali, juga nggak ada yang marah-marah. Nggak ada tuh yang rewel di grup WA mengingatkan ini dan itu. Sungguh suatu kemewahan yang tidak bisa ditemui di kampus lain.
Saya punya kawan pekerja yang awalnya kuliah di kampus swasta. Dia ambil kelas pekerja yang kuliahnya sore sampai malam. Awalnya semangat, tapi akhirnya tumbang juga. Remuk rasanya kerja seharian, lanjut duduk di kelas sampai malam. Pindah ke kampus yang ada kelas Sabtu-Minggu dengan harapan bisa lebih ringan pun nyatanya sama saja.
Kalian tahu endingnya bagaimana? Dia pindah ke UT. Barulah di kampus ini dia merasa ‘klik’.
Biaya kuliah di UT yang terjangkau
Selanjutnya, kelebihan lain yang bisa didapatkan oleh kaum pekerja jika kuliah di UT adalah keringanan biaya kuliah. Bagi pekerja yang gajinya cuma UMR, rasanya seperti menantang maut kalau harus membayar biaya kuliah yang biaya per semesternya bisa dua hingga empat kali lipat dari gaji bulanan. Untungnya di UT, biaya kuliah bukanlah masalah.
Rata-rata, biaya kuliah di UT per-semesternya kurang dari 2 juta. Besarannya tergantung dari skema layanan yang dipilih oleh mahasiswa. Apakah skema layanan Sistem Paket Semester (SIPAS) atau skema Non-SIPAS. Pekerja-pekerja yang nggak mau ribet, biasanya pilih skema SIPAS. Dengan skema ini, mereka tidak perlu mikir mau ambil mata kuliah apa, atau repot-repot check-out modul ajar. Semua, sudah diatur dan diurus. Tugas mereka hanya bahagia.
Nah, biaya pendidikan program sarjana untuk skema SIPAS di FEB, FHISIP dan FKIP UT ini berkisar antara 1,3 – 1.9 juta per semester. Sedangkan untuk skema Non SIPAS, mahasiswa bayar per SKS yang diambil. Biaya per SKS-nya mulai dari 35 ribu saja. Jadi, misal cuma registrasi 18 SKS aja… ya, brati mereka cuma bayar 35 ribu x 18 SKS, alias cuma 630 ribu saja per semester. Kalau ditambah buku dll, paling 1 juta lah per semester. Murah itu~
Kesempatan naik jabatan tanpa batas usia
Di tempat kerja, ada kalanya kesempatan-kesempatan emas itu datang. Kesempatan untuk naik jabatan, tambah penghasilan, dll. Namun, seperti pepatah yang menyebutkan tak ada makan siang gratis (bahkan MBG sekalipun!), selalu ada persyaratan yang menyertai. Yang paling sering adalah syarat kualifikasi pendidikan minimal sarjana.
Di sinilah, lagi-lagi UT jadi jawaban. Tak peduli berapa pun umurmu, UT dengan tangan terbuka siap menerima. Coba bandingkan dengan kampus lain. Pasti ada syarat maksimal usia ketika mendaftar. Seolah, belajar itu bagi yang muda-muda aja.
Padahal ada mas-mas sales umur kepala 3 yang butuh ijazah sarjana untuk naik jabatan, ada om-om karyawan swasta yang ingin kuliah karena dulu pas lulus SMA nggak punya duit buat kuliah. Ada juga ibu-ibu guru yang pengen kuliah supaya bisa dapat NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk syarat sertifikasi.
Tidak ada istilah drop out di UT
Selain tidak mengenal batas usia ketika mendaftar, kuliah di UT juga tidak mengenal batas waktu. Maksud saya, di UT tidak ada istilah drop out. Mahasiswanya tidak akan dikejar-kejar aturan harus selesai kuliah maksimal sekian tahun.
Ini penting banget untuk para pekerja. Bayangkan, sehari-hari sudah hampir dibikin nangis dengan kerjaan, ditambah deadline yang nggak ada habisnya, kalau kampus juga ikut-ikutan ngasih deadline kelulusan, rasanya kek… Bisa pada diem dulu nggak, sih???
Untungnya, UT tidak begitu. Mau lulus 4 tahun, 5 tahun, bahkan 10 tahun sekalipun, semua sah-sah saja. Tidak ada dosen wali yang berisik mengirimkan pesan agar segera menyelesaikan kuliah supaya tidak di DO dari kampus.
Dengan tidak adanya sistem DO di UT, para pekerja tentu sangat terbantu. Kuliah jadi tidak terasa sebagai beban tambahan, tapi sebagai kawan perjalanan.
Kuliah makin enteng karena ada fasilitas kantor
Selanjutnya, sistem pembelajaran jarak jauh ala UT juga relevan dengan kondisi para pekerja. Sekarang ini, hampir semua kantor atau perusahaan sudah menyediakan fasilitas wifi. Artinya, pekerja yang kuliah di UT bisa bisa memanfaatkan jaringan internet kantor untuk membuka LMS, mengunduh materi, atau ikut tutorial online.
Biasanya, strategi yang diterapkan para pekerja adalah buka LMS dan download materi di sela jam istirahat. Tak lupa sambil nyicil garap tugas. Kalau tugas bisa langsung selesai, ya langsung diupload. Kalau belum selesai, ya besoknya lagi. Lumayan, bisa hemat kuota. Yang penting, pekerjaan utama di kantor jangan sampai terlupa.
Singkatnya, dengan kuliah di UT, pekerja tidak harus memisahkan dunia kerja dan dunia belajar. Keduanya, bisa berjalan beriringan. Kampus lain? Belum tentu bisa seperti itu. Maka, dinding keraguan mana lagi yang menahanmu? UT ini loh, udah kampusnya pekerja banget.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Mahasiswa Universitas Terbuka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
