Maraknya Kasus Siswa Keracunan Makanan Bukti Bobroknya Kualitas Kantin Sekolah di Indonesia

Maraknya Kasus Siswa Keracunan Makanan Bukti Bobroknya Kualitas Kantin Sekolah di Indonesia

Maraknya Kasus Siswa Keracunan Makanan Bukti Bobroknya Kualitas Kantin Sekolah di Indonesia (unsplash.com)

Pada 30 Juli kemarin dilaporkan bahwa 5 siswa SD Negeri 39 Palembang mengalami keracunan makanan. Menurut keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, mereka mengalami sesak napas setelah mengonsumsi makanan di kantin sekolah hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Fenomena keracunan makanan kantin sekolah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, pada bulan Mei terdapat 28 siswa di Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang juga mengalami gejala keracunan setelah makan makanan yang dijual di kantin. Lalu, pada bulan April juga dilaporkan ada puluhan siswa SDN Ketanggi Rembang yang keracunan makanan kantin.

Maraknya fenomena siswa keracunan makanan ini menunjukkan betapa buruknya kualitas kantin sekolah, terutama soal kebersihan. Terus terang selama sekolah, saya selalu melihat bahwa kantin sekolah itu sering kali jorok. Nggak heran sih kalau kasus keracunan seperti ini cukup ramai.

Lokasi kantin sekolah yang nyempil dan tak terawat

Selama 6 tahun bersekolah di sekolah negeri, tepatnya SMP dan SMA, saya selalu heran dengan lokasi kantin yang nggak pernah benar. Kebetulan saya 2 kali masuk sekolah negeri yang nggak favorit-favorit amat, jadi saya nggak mematok ekspektasi tinggi soal fasilitas sekolah. Kalau jelek ya wajar, toh sekolahnya jarang disorot.

Akan tetapi jujur saja, saya nggak menduga kalau kantinnya bakal jelek banget. Bahkan, kantin SMA saya jauh lebih mengerikan daripada waktu SMP. Keduanya sama-sama nyempil, terletak di belakang sekolah. Kalau kantin SMA, parahnya malah sebelahan sama kumpulan sampah.

Lantai kantin sekolah juga kotor banget, bekas makanan tercecer yang sudah terinjak kadang nggak dibersihkan. Nggak cuma itu, kursi dan mejanya pun sangat minim dan sudah nggak layak pakai. Saya juga benci banget melihat daerah pojokan yang kotor dan selalu jadi tempat perabotan nggak kepakai dan gelas-gelas yang belum tercuci.

Bayangkan, apa nggak jadi sarang kecoa dan tikus kalau kayak gitu? Terus terang saya sering kali nggak kolu makan di kantin gara-gara kotornya nggak ketolongan.

Tak ada wastafel

Meski terdengar sepele, percayalah wastafel ini termasuk hal yang penting banget. Bahkan, pengadaan wastafel ini sebenarnya wajib karena telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1429/MENKES/SK/VII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan.

Namun entah kenapa ya sekolah itu pelit banget kasih fasilitas wastafel dan sabun. Okelah kalau wastafel nggak ada, bisa numpang cuci tangan di kamar mandi. Tapi, kok bisa lho mereka pelit banget kasih sabun. Sabun, lho, Gaes!

Padahal kalau ada wastafel lengkap dengan sabun, tentunya para siswa jadi ada dorongan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan. Coba bayangkan kalau para siswa habis olahraga. Sudah pegang tanah, bola, kena keringat pula. Pas mau makan di kantin sekolah, eh, nggak ada wastafel dan sabun. Alhasil, mereka ya bodo amat cuma bisa pasrah sama Tuhan soal kesehatan. Apa nggak ngeri?

Pedagang yang nggak higienis

Kebersihan ini juga nggak hanya soal bebas sampah dan perabot yang layak. Kebersihan dalam menyajikan makanan juga patut diperhatikan. Pasalnya, makanan yang disajikan secara asal-asalan jelas menjadi penyebab utama kasus para siswa keracunan. Tapi yang jadi masalah, pedagang kantin sekolah ini kebanyakan juga nggak memperhatikan kebersihan warung dan makanannya.

Selama sekolah, saya sudah beberapa kali menemukan kasus yang bikin geleng-geleng kepala. Misalnya, waktu SMP saya sudah 2 kali mendapati kasus kecoa masuk soto ayam. Lalu, waktu SMA saya mendapati kasus teman yang nggak sengaja makan cicak karena mengira itu jelly di minumannya. Duh, geli banget, kan?

Selain itu, banyak juga pedagang yang nggak menggunakan capit masak ketika mengambil makanan. Udah nggak pakai alat, nggak cuci tangan, makanannya nggak ditutupi pula. Nggak jarang juga lho mereka nggak mencuci alat makan dengan air mengalir. Aduh, makin nggak bisa dibayangin, deh.

Selain kasus toilet jorok, kantin sekolah yang jorok sepertinya juga perlu disorot. Maraknya fenomena siswa keracunan ini jelas nggak melulu urusan gizi, tapi juga soal kebersihan. Bayangkan saja, masih banyak sekolah yang nggak memenuhi standar kantin yang baik. Misalnya, seperti yang saya bilang tadi sesederhana nggak ada wastafel dan sabun. Padahal ini kan krusial sebab menjadi langkah awal untuk menjaga kebersihan individu.

Katanya, kantin juga bisa menjadi tempat pembelajaran siswa. Tapi kalau kantin sekolahnya sekadar jual makanan tanpa memperhatikan standar yang baik, di mana pembelajarannya coba? Semoga ke depannya kantin-kantin sekolah bisa lebih bersih, ya.

Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ironi Kantin Kejujuran yang Justru Jadi Ladang Ketidakjujuran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version