Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Kuah Kental Hangat, Rahasia Kenikmatan Sate Padang

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
6 Oktober 2023
A A
Kuah Kental Hangat, Rahasia Kenikmatan Sate Padang

Kuah Kental Hangat, Rahasia Kenikmatan Sate Padang (Sabjan Badio via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Waktu masih tinggal di Jawa, saya mengenal sate Padang ya hanya satu macam, sate daging sapi yang dimakan dengan ketupat lalu disiram kuah kental berwarna kuning. Kalau ada perbedaan dari segi daging ataupun warna kuah antara seporsi sate Padang di gerobak dorong yang satu dengan lainnya, saya merasa itu adalah kreasi dari tukang masaknya saja.

Setelah tinggal di Bukittinggi hampir sepuluh tahun terakhir ini, saya baru mengetahui bahwa perbedaan sate khas Sumatra Barat ini bukan sekadar kreasi sang uda yang berjualan, tapi terkait ke daerah penghasilnya. Sate Padang dari Padang Panjang akan berbeda dengan sate dari Pariaman dari segi warna dan komposisi bahan kuahnya.

Demikian pula jika kalian menemukan sate yang dagingnya seperti berbulu, itu namanya sate danguang-danguang dari Payakumbuh. Daging sate yang berbulu itu sebenarnya daging yang dilumuri parutan kelapa. Warna kuahnya pun biasanya lebih merah atau oranye.

Bagaimanapun jenis daging sate maupun warna kuahnya, bagi saya hanya ada satu hal yang membuat seporsi sate Padang jadi enak banget, yaitu kuahnya yang harus panas atau paling tidak, hangat. Baik penjual sate di gerobak dorong maupun di rumah makan Padang, umumnya memang sudah meletakkan panci kuah di atas panggangan bara api. Harusnya sih kehangatannya sudah terjamin. Tapi beberapa kali saya juga menemukan kuah yang dingin dalam sajian sate yang saya pesan.

Bukan cuma daging dan ketupatnya yang dimakan

Dulu mungkin saya tidak terlalu peduli dengan kuah sate ini. Ya memang lebih baik makanan ini disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Tapi kalau tidak pun saya masih bisa menikmatinya. Bagi saya, kuah itu sekadar pelengkap cocolan. Apalagi pada dasarnya saya tidak terlalu suka pedas, sementara kuah sate Padang ini biasanya cukup pedas “merangsang”.

Dulu, bagi saya kuah bisa dibilang komponen “kelas dua” dalam seporsi sate Padang. Ketika makan sate Padang, dulunya yang saya utamakan ya daging satenya yang berbumbu itu.

Akan tetapi setelah menikah dengan orang Sumatra Barat, saya baru tahu kalau sate Padang itu sejatinya tidak hanya daging dan ketupatnya yang dimakan. Untuk memaksimalkan kenikmatan, kuah kentalnya juga kudu disantap.

Awalnya saya bengong melihat banyak orang yang memakan habis kuah sate Padangnya. Apalagi setiap kedai sate yang saya kunjungi biasanya memang menyediakan sendok, baik sendok makan maupun sendok kecil.

Baca Juga:

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Pantai Air Manis Padang, Lokasi Legenda Malin Kundang yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

Saya yang dulu merasa kalau ketupat sate itu bisa ditusuk saja tanpa perlu sendok, sampai Bukittinggi sempat berpikir keras begitu dikasih sendok. Buat apa sendok itu kalau bukan untuk menyendoki kuah dan memakannya bersama daging sate atau ketupat? Yah, seperti yang suami saya lakukan itu.

Baiklah. Jika kuah itu sejatinya tidak sekadar cocolan, maka bagi saya kuah kental yang hangat menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan kenikmatan paripurna dalam seporsi sate Padang.

Identitas sate Padang ya kuahnya yang kental

Jika sate ayam atau sate kambing di Jawa lazim dinikmati begitu saja tanpa perlu menghangatkan kuah atau bumbu kacangnya, tidak demikian dengan sate padang. Salah satu identitas sate Padang ya kuahnya yang kental.

Dalam keadaan tidak hangat, biasanya tekstur kuah akan menjadi encer. Ketika hendak makan sate dan kita sudah membayangkan kuah kental nan hangat namun realitanya malah bertemu kuah encer dingin, bagi saya itu sebuah kesalahan fatal yang tak bisa dimaafkan.

Selain aneka bumbu dan rempah yang membuatnya sangat tasty, komponen utama yang membuat kental kuah sate Padang adalah tepung beras. Dalam saluran YouTube Elma Kincai bahkan disarankan juga penambahan tepung ketan putih supaya kuah mengental dalam waktu lebih lama. Pada dasarnya, tepung ketan memang memiliki tekstur yang lebih lengket dan lebih kental dibandingkan tepung beras.

Sebagai pembeli, tentu saja kita tidak mengetahui bagaimana komposisi kuah sate Padang tersebut dibuat. Dan kuah yang terlihat kental dengan warna “merangsang” pun bagi saya menjadi kurang sedap jika tidak disantap dalam keadaan panas atau hangat. Jika kalian memesan sate, paling tidak cobalah minta sang Uda untuk memanaskan kuahnya sedikit lebih lama.

Tapi jika tidak memungkinkan, tidak ada salahnya untuk take away saja. Jangan lupa minta penjual memisahkan kuahnya. Biarkan daging, ketupat, dan bawang goreng dijadikan satu dalam daun pisang. Hangatnya daging sate yang baru dibakar itu seperti menguatkan aroma daun pisang dan bawang gorengnya ketika bungkusannya dibuka di rumah. Selain itu, yang terpenting kuahnya bisa dipanaskan terlebih dahulu.

Ingat, kuah itu koentji! Dengan karakteristik kuah yang pas, saya yakin kalian bisa mencapai kenikmatan hakiki dalam seporsi sate Padang.

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Makan Sate Padang Itu Pakai Ketupat, Bukan Lontong Apalagi Nasi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2023 oleh

Tags: Bukittinggipadangsate padangsumatra barat
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

Wisata Sumatera Barat Jarang Dilirik padahal Nggak Kalah Cantik

Wisata Sumatera Barat Jarang Dilirik padahal Nggak Kalah Cantik dari Bali dan Jogja

17 Desember 2023
padang sumatera barat mojok.co

Surat untuk Teman-teman yang Masih Berpikir kalau Padang Itu Adalah Keseluruhan Provinsi Sumatera Barat

15 Juni 2020
Jogja Bikin Saya Menyesal dan Ingin Kembali untuk Mencoba Lagi (Pexels)

Jogja Membuat Saya “Menyesal” dan Kelak Ingin Kembali untuk Mencoba Lagi

23 Februari 2025
Pengalaman Mencicipi Teh Talua Malimpah, Minuman Khas Bukittinggi yang Dituding Biang Keladi Diabetes

Pengalaman Mencicipi Teh Talua Malimpah, Minuman Khas Bukittinggi yang Dituding Biang Keladi Diabetes

15 Juli 2024
4 Dosa Besar yang Kerap Dilakukan Penikmat Sate Padang

4 Dosa Besar yang Kerap Dilakukan Penikmat Sate Padang

13 Februari 2022
Jalan Painan-Padang yang Menantang, Oleng Sedikit Nyawa Melayang  Mojok.co

Jalan Painan-Padang yang Menantang, Oleng Sedikit Nyawa Melayang 

30 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.