Sejak kemunculannya hingga sekarang, KRL Jogja Solo sudah menjadi primadona buat mereka yang ngelaju. Lebih hemat, mudah, dan nggak perlu capek-capek nyetir. Kesuksesan ini otomatis membuat banyak pengguna membandingkannya dengan KRL Jabodetabek.
Kita semua tahu 2 KRL ini jelas berbeda. Perbedaan ini kerap menjadi culture shock atau kekagetan tersendiri, buat pendatang di Jogja atau Solo. Saya merujuk kepada perbedaan suasana KRL Jogja Solo yang kadang bikin ngelus dada, sekaligus kagum.
#1 Rapi menghadap depan kalau nggak dapat kursi di KRL Jabodetabek
Di KRL Jabodetabek, kalau nggak dapat kursi, pengguna akan saling berhadapan menghadap jendela. Kondisi ini berbeda dengan KRL Jogja Solo. Banyak pengguna akan menghadap ke arah lajunya kereta. Jadinya rapi dan nggak perlu canggung soalnya nggak berhadapan.
#2 Kurangnya kesadaran pengguna akan kursi prioritas di KRL Jogja Solo
Meski rapi dan nggak canggung, ada satu kekurangan yang masih terasa di KRL Jogja Solo. Bukan soal keretanya, tapi rendahnya kesadaran beberapa pengguna akan kursi prioritas.
Saya masih sering menyaksikan banyak penumpang muda justru cuek dan tidak sadar akan kebutuhan penumpang prioritas. Kesadaran ini kayaknya mentok cuma sampai stiker saja.
Sedihnya lagi kadang petugas di dalam KRL kurang tegas dalam menghadapi pengguna seperti ini. Beda kalau di KRL Jabodetabek di mana masih bisa dapat kursi aja syukur. Tapi, mereka nggak pernah terpikirkan untuk duduk di kursi prioritas.
#3 Interval kereta yang cukup lama
Satu hal yang bikin nggak sabar jika naik KRL Jogja Solo adalah interval antara KRL yang satu dengan lainnya. Jadi, pengguna harus menunggu sampai 1 jam untuk KRL selanjutnya. Jadi, kalau sampai telat naik KRL, ya kamu bisa telat banget karena harus nunggu 1 jam.
Ini beda banget sama KRL Jabodetabek di mana interval antar-KRL lebih cepat. Yah, mungkin ini berkaitan dengan jumlah pengguna yang harus diangkut setiap hari. Oleh sebab itu, kalau misalnya, PT KAI menambah jumlah kereta KRL Jogja Solo pasti banyak pengguna yang bahagia.
#4 Ngetemin kursi buat temannya
Hal unik yang nggak bakal ditemuin di KRL Jabodetabek adalah ngetemin kursi buat temennya. Ibaratnya, menandai kursi untuk temannya dengan menaruh tas di situ.
Tentu hal ini kurang bijak dan egois. Siapa yang naik duluan, ya layak mendapatkan kursi. Semakin parah ketika si pengguna nggak mau tahu setelah ditegur. Padahal temannya masih nunggu di stasiun berikutnya.
#5 Etika bertransportasi yang masih kurang
Kesimpulannya, etika menggunakan transportasi umum di sini masih kurang. Belum lagi mereka kadang banyak yang bicara keras di dalam gerbong.
Ada juga yang karena nggak dapat tempat duduk, akhirnya selonjoran di dalam kereta. Lebih parahnya lagi, kadang ada anak anak lari-larian di dalam kereta yang sedang melaju
Itulah 5 kekagetan pengguna KRL Jabodetabek dengan kultur pengguna KRL Jogja Solo. Semua serba beda, mungkin hal ini karena kepentingan mayoritas penumpangnya.
Di Jabodetabek, kebanyakan berisi para pekerja. Sementara di Jogja Solo, selain pekerja, wisatawan yang ingin ke Jogja atau Solo mendominasi. Kalau kalian pernah naik KRL Jogja Solo, apa culture shock yang pernah kalian alami?
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 4 Cara Pintar Naik KRL Jogja-Solo supaya Dapat Tempat Duduk Nyaman
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
