Koridor Gatot Subroto yang hanya “hidup” saat weekend
Bagi saya, yang jelas bikin Maliobor dengan Koridor Gatsu berbeda ya “hidupnya”. Malioboro ramai sepanjang waktu, sedangkan Gatsu hanya pada weekend. Itu pun baru rame jika ada event diselenggarakan di Gatsu. Ojo dibanding-bandingne, ojo disaing-saingke.
Di hari biasa, yang mampir Koridor Gatsu paling ya orang yang abis belanja dari Singosaren. Begitu pun untuk masyarakat lokal yang menikmati Koridor Gatsu-Ngarsopuro di hari biasa dengan mampir di coffee shop sekitar Pasar Triwindu
Kurangnya tempat menarik di sekitar Koridor Gatsu
Bagi para pengunjung Malioboro, tentunya sudah tidak asing dengan suasana gang-gang kecil sekitar Malioboro yang penuh dengan tempat menarik. Banyak sekali toko-toko aksesoris dan buku yang tersedia. Singkatnya, jalan ikonik Jogja ini benar-benar lengkap.
Berbeda dengan Koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo. Walaupun sudah terdapat beberapa tempat menarik dan bersejarah, seperti Pura Mangkunegaran, Pasar Singosaren dan Pasar Triwindu, tetapi kehadiranya belum bisa mengalahkan spot-spot menarik yang berada di Malioboro.
Di gang-gang sekitar Koridor Gatot Subroto Solo pun tidak semenarik gang-gang sempit Malioboro. Tidak banyak hidden gem di sekitar Koridor Gatsu yang menarik untuk kita kunjungi.
Tapi, ingat. Solo baru mulai berbenah, dan mereka tidak tanggung-tanggung dalam melakukannya. Sedangkan Jogja, masih sering dikritik karena benar-benar memilih untuk tidak mengubah diri. Zona nyaman jenis inilah yang “mematikan”.
Jika Solo tetap berbenah, rasa-rasanya, Koridor Gatot Subroto, yang awalnya hanya berani klaim menyalip, bisa beneran menyalip Malioboro. Dan sepertinya, itu hal yang amat mungkin terjadi.
Penulis: Fajar Novianto Alfitroh
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Wajah Baru Jalan Malioboro dan Mereka yang Merasa Kehilangan Hal Berharga