Kopi Liong Bulan, Kopi Murah yang Rasanya Kelewat Mewah

Kopi Liong Bulan, Kopi Murah yang Rasanya Kelewat Mewah

Kopi Liong Bulan, Kopi Murah yang Rasanya Kelewat Mewah

Pertengahan bulan lalu, saya mencoba membeli Kopi Liong. Awalnya penasaran karena beberapa teman sempat memberi review yang meyakinkan. Mereka selalu memberi saran untuk coba membelinya. Dan ketika akhirnya mencobanya sendiri, saya mengamini hal itu.

Iya, ternyata enak juga untuk sebuah kopi sachet dengan harga satu sachetnya cuma seribuan ini. Yah, kopi asal Bogor yang satu ini memang cocok banget buat kaum mendang-mending. Oiya, kopi ini jika ditambah es batu, rasanya makin ngeri. Serius. Terlalu enak untuk harga segini. Meski ya gitu, karena merupakan tipe kopi sachet yang ada ampasnya, jadi kalau mau dibikin es kopi, maka perlu disaring dulu. Beda sama nescafe yang tinggal kasih es batu saja.

Fyi, kopi Liong Bulan ini bukan pemain baru di dunia perkopian sachet. Kopi yang berlogo naga melingkar dengan bulan sabit ini sudah ada sejak tahun 1945. Bayangkan, kopi yang bisa dibeli dengan uang koin ini punya sejarah panjang sebagai industri rumahan di Bogor.

Ada satu trik sederhana biar rasa dan aroma kopinya makin mantap: begitu diseduh dengan air panas, jangan buru-buru diaduk. Biarkan dulu beberapa menit, kasih waktu buat aroma khasnya muncul maksimal. Setelah itu, baru diaduk. Dan kopi Liong siap diseruput perlahan.

Sampai sekarang, saya masih tidak percaya dengan harganya. Iya, banderolnya murah banget, bahkan lebih murah daripada kopi kapal api sachet. Saya sampai mbatin, kayake mereka ini emang lagi sedekah, deh.

Kopi Liong kelewat murah untuk rasanya yang mewah

Fyi, saya beli satu pack isi 30 sachet seharga Rp38.500 di toko online, jadi kalau dihitung-hitung, satu cangkirnya cuma sekitar seribuan saja. Untuk kopi dengan kualitas seperti ini, harganya betul-betul cocok buat kantong pas-pasan tapi tetap mau ngerasain sensasi kopi enak.

Apalagi di tengah harga kopi yang makin nggak karuan belakangan ini. Iya, sebagai bakol kopi, saya cukup geleng-geleng dengan kenaikan harga kopi. Bayangin saja, harga biji kopi tahun ini naik hampir tiga kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Benar-benar nggak masuk akal. Bahkan, hal ini tidak mendapat tempat untuk diviralkan, sehingga tidak ada intervensi agar pejabat berusaha membuat harga kopi kembali stabil. Karena itu sebagai kaum menengah, kami harus pintar-pintar bersiasat. Mau ngandelin siapa lagi kalau nggak ngandelin diri sendiri, iya, kan?

Yah, Kopi Liong Bulan ini sepertinya bisa jadi kopi idola kaum mendang-mending. Persis seperti mereka mengidolakan kopi Golda, hanya saja ini versi sachet, bukan botol. Dan menyeduhnya di rumah, bukan diminum di kursi Indomaret.

Susah ditemukan di luar Bogor

Satu hal yang perlu disayangkan dari Kopi Liong adalah, kopi ini masih susah ditemukan di luar Bogor. Di Lamongan misalnya, sangat mustahil menemukan kopi ini ada di toko-toko madura dan semacamnya. Jadi, satu-satunya cara untuk mendapatkannya ya lewat online.

Kalau masih di Jawa, sih, aman ya, tapi kalau untuk luar Jawa, sepertinya bakal susah. Sebab, ongkirnya bisa saja melebihi harga kopi satu rencengnya.

Eh, satu lagi, kopi ini ternyata nggak terlalu membutuhkan iklan berlebihan atau jargon-jargon ndakik lainnya. Ia hanya beredar dari mulut ke mulut. Dari warkop ke warkop. Bahkan hanya beredar secara masif di sekitaran Bogor saja. Tapi ia tetap mampu bertahan di tengah industri kopi yang makin ganas ini.

Pokoknya kalau ada produk yang sudah lintas generasi, kualitasnya memang nggak perlu diragukan lagi. Jadi, kalau kamu lagi cari kopi murah dan tetap nikmat, atau yang mencoba berhemat dengan mengurangi kunjungan ke kafe-kafe, coba saja Liong Bulan ini. Kopi yang sangat cocok buat kantong mendang-mending yang pengen tetap menikmati kopi dengan aroma dan rasa yang mantap, tapi harga masih masuk akal.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Kopi Kemasan yang Rasanya Nggak Kalah Nikmat dari Kopi Kekinian

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version