Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, ya?

Tazkia Royyan Hikmatiar oleh Tazkia Royyan Hikmatiar
11 Agustus 2021
A A
Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, Ya_ terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Kuliah di kampus yang punya gedung kayak mal? Bangga, ya?

Barangkali sudah jadi hal biasa buat kami yang berkuliah di kampus swasta, kalau merantau kuliah ke Yogyakarta, pasti disangkanya kuliah di UGM. Hal sama mungkin berlaku pada orang yang kuliah ke Jakarta, pasti disangkanya kuliah di UI—meski kampusnya di Depok. Hal itu patut diwajarkan mengingat rekam jejak kedua kampus itu sejak dulu alumninya sudah nyangkut di mana-mana. Belum lagi dengan kualitas pendidikannya yang disangka lebih unggul dibanding kampus lainnya.

Nah, sialnya, beberapa siasat dilakukan oleh kampus-kampus swasta biar orang juga lebih mengalihkan perhatian ke mereka. Salah satu caranya adalah dengan membuat mewah gedung kampus! Ya, begitulah orang kalau kurang perhatian. Saya ngerti.

Dengan begitu, meski orang nggak akan mengingat kualitas pendidikan kampusnya yang baik, setidaknya gedung kampus mentereng dan kayak mal. Jadi, saat saya suatu hari ditanya kuliah di mana, lantas menjawab di universitas anu, orang bisa langsung mengenali. “Oh, yang gedung kampusnya kayak apartemen itu, ya? Wah, keren.”

Dan, ya, misi itu tampaknya memang berhasil. Meski belum merata di seluruh Indonesia, minimal di Yogyakarta nggak ada orang yang nggak kenal kampus tempat saya belajar karena gedung lantai sepuluhnya. Tapi, sesungguhnya lama-kelamaan, kok, saya malah merasa malu. Kalau orang kenal rumah hasil jerih payah saya sendiri yang gede, sih, mungkin bisa jadi membanggakan. Tapi, kalau kampus sebagai tempat belajar yang lebih dikenal malah gedungnya, kan, membagongkan.

Sedangkan masalah kebebasan akademik, kualitas dosen, dan metode pembelajarannya sama sekali dilupakan dan tak dikenal orang. Mulai dari sini, orientasi pendidikan di kampus mulai tampak pembengkokannya. Eh, apa memang dari awal, ya, bengkoknya?

Saya tahu, fasilitas belajar adalah salah satu penunjang biar pembelajaran lebih maksimal. Tapi, itu cuma salah satu dan juga harus dinomorsekiankan. Sama halnya dengan ucapan semangat buat belajar dari gebetan lah. Penting, tapi bukan yang utama.

Ada banyak hal pokok yang lebih penting dari fasilitas gedung belajar yang mewah. Sebut saja misalnya kualitas dosen. Kan sering juga ditemui dosen yang pensiunan dari dosen di universitas negeri. Belum lagi dosen yang jarang masuk kelas, tapi kerjanya ngasih tugas. Ada lagi masalah kebebasan akademik yang direnggut kuasa rektorat. Saya nulis begini saja bisa jadi delik, nih. Dipanggil ke kampus. Asal jangan dulu dipanggil Yang Maha Kuasa, sih.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Barang dan Jasa yang Seharusnya Dijual MR DIY, Bisa Bikin Pelanggan Makin Loyal dan Pesaing Ketar-Ketir

Saya masih bisa mewajarkan kalau pembangunan gedung kampus itu masih bisa jalan beriringan dengan pengembangan kualitas pendidikannya. Tapi, ini, kan nggak. Malu dong sama truk atau sandal yang selalu beriringan!

Malah masih banyak mahasiswa culas yang skripsinya dijokiin. Ada juga cerita dosen yang suka plagiat karya mahasiswanya. Masih banyak juga kasus pelecehan seksual terjadi di kampus-kampus, dan kampus masih juga nggak mau bikin SOP pencegahan kekerasan seksual. Belum lagi dengan banyaknya ancaman sanksi akademik cuma karena mahasiswa kritik kampus. Lah, gimana coba?

Pembengkokan orientasi pendidikan itulah yang kemudian di banyak kampus swasta membuat biaya kuliah terus-terusan naik, sedangkan kualitas pendidikan mandeg. Biaya buat pembangunannya saja bahkan kadang lebih besar dari biaya SPP pokok, biaya sks, dan lainnya. 

Hal ini yang membuat kampus jadi semakin elitis dan nggak menyentuh masyarakat kelas bawah. Itulah kenapa data dari BPS 2020 menunjukkan hanya 16,3% partisipasi kasar kuliah dari kelompok miskin. Apa dikira kampus tabung LPG yang lebih dari 3 kg, ya, jadi diperuntukannya bukan buat masyarakat miskin?

Padahal, katanya orang terpelajar itu mengutuk kolonialisme, tapi sistem pendidikannya, kok, masih sama kayak kolonialisme. Hanya golongan ningrat yang berhak mengakses pendidikan. Kalau dulu jelas, sih, orang yang menggelar pendidikannya juga penjajah. Lah, sekarang, kan, sekolah dan kampusnya didirikan oleh bangsa sendiri. Tambah sakit hati, deh. Benar saja kata Soekarno, kalau perjuangan kita akan lebih berat karena menghadapi bangsa(t) kita sendiri.

Menggunakan fasilitas mewah yang ada di kampus, saya malah jadi semakin malu sendiri. Padahal, saya masih punya banyak teman yang lebih pintar dan lebih berhak berkuliah, tapi nggak bisa karena tersendat biaya. Saya malu. Malu sekali.

Sama halnya seperti orang yang suka tersenyum untuk menyembunyikan sakit di hatinya, begitu juga yang terjadi pada banyak kampus yang lebih giat membangun gedung untuk menutupi cacat dalam kualitas pendidikannya. Kayak jerawat yang ditutup Hansaplast, Bos!

Metode sama seperti yang dilakukan rezim Orde Baru dan Jokowi yang habis-habisan membangun infrastruktur di tengah kacaunya pemenuhan HAM atas warga negara, intoleransi yang meningkat di mana-mana, korupsi yang merajalela, dan segala permasalahan kenegaraan substansial lainnya. Semua hanya tipuan belaka untuk menyembunyikan bangkai yang sudah semerbak sekali baunya.

BACA JUGA Di Kampus Saya, Waktu KRS Adalah Waktu Penuh Drama yang Menggemaskan dan tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: gedungKampusMalpendidikan terminal
Tazkia Royyan Hikmatiar

Tazkia Royyan Hikmatiar

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, alhamdulilah lahirnya di bidan bukan sama orang pintar daerah Bandung. Setelah tahu bahwa kata ternyata bisa membuat dia bahagia, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Sempat mengikuti banyak komunitas kepenulisan, namun sekarang lebih fokus bekerja untuk keabadian di Pers Mahasiswa Poros UAD. Saya bisa dihubungi lewat WA di 088216427712

ArtikelTerkait

jangan sampai salah menyebut kepanjangan singkatan UNS universitas sebelas maret mojok.co

Survival Kit Pertama untuk Maba UNS Agar Tak Terjerumus Kesulitan Hidup

20 Agustus 2020
Duduk di Bangku Paling Depan dan Dekat dengan Guru di Sekolah Nggak Menjamin Kepintaran Murid terminal mojok

Duduk di Bangku Paling Depan dan Dekat dengan Guru di Sekolah Nggak Menjamin Kepintaran Murid

30 Juni 2021
seragam sekolah kesenjangan sosial mojok

Seragam Sekolah Tak Akan Bisa Menumpas Kesenjangan Sosial: Artikel Balasan

10 Juni 2021
Nggak Usah Kaget Mahasiswa Terlantar karena Kampus Bubar, Namanya Juga Bisnis terminal mojok.co

Nggak Usah Kaget Mahasiswa Terlantar karena Kampus Bubar, Namanya Juga Bisnis

25 Oktober 2021
4 Hal yang Membuktikan Mahasiswa Universitas Terbuka Tak Bisa Diremehkan

4 Hal yang Membuktikan Mahasiswa Universitas Terbuka Tak Bisa Diremehkan

10 Desember 2023
Tidak Ada Skripsi hingga Jarang Ketemu Dosen, Hal-hal yang Lumrah di Universitas Terbuka, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain Mojok.co

Tidak Ada Skripsi hingga Jarang Ketemu Dosen, Hal-hal yang Lumrah di Universitas Terbuka, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain

14 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.