Di kampus saya, persiapan KKN sudah dimulai dari bulan Februari. Sosialisasi KKN dari kampus udah, anak-anak juga udah nyiapin segala tetek bengeknya. Mereka udah dibagi beberapa kloter dan kelompok juga kalau nggak salah. Maklum, saya KKN tahun 2018 soalnya, jadi banyak lupanya.
Pokoknya yang saya pantau kalau di kampus saya semuanya sudah mulai siap, para adik-adik tingkat yang sudah mulai sering kumpul dengan kelompok, merancang proker, membuat nama kelompok, membuat desain baju, dan bahkan sudah ada yang survei tempat. Namun, nahas, semenjak pandemi menyerang, semua mulai berubah.
Semuanya, para adik-adik tingkat saya itu jadi merasa apa yang mereka telah lakukan sia-sia karena KKN yang harus dilaksanakan hari ini batal, dan diganti dengan kegiatan yang lain namun bisa dilakukan dari rumah masing-masing. Padahal, sudah ada yang sampai sangat niat bikin konten YouTube, Instagram, dan bahkan sudah mulai bikin buku (hah?).
Selain merasa sia-sia, banyak yang mengucapkan berbagai macam keresahan mereka di media sosial. Seperti “PARAH BGT MASA GA NGERASAIN KKN KAYA ORG2 ?“, “Yawloh kan aku mau mengabdi ke masyarakat :(“, atau “nggak seru ah, nggak bisa cinlok KKN *eh”.
Halaaah, KKN tu biasa saja keles. Ada enaknya, banyak juga sisi nggak enaknya. Sini biar saya bisikin apa saja yang bikin KKN itu nggak enak.
Nggak enaknya KKN #1 Jarak jauh bikin capek dan berat ongkos
KKN itu tidak pernah deket. Pasti jauh dan melelahkan serta jalan untuk menuju ke sana kita belum tahu bagaimana medannya. Entah jalannya halus, kasar atau harus melewati gunung dan lembah dulu. Saya beruntung masih dapat di daerah yang jauhnya masih bisa ditolerir, lah tahun ini, kalau saya nggak salah, makin jauh. Bahkan ada yang sampai di Rangkasbitung. Gimana? Jauh di mata berat di ongkos!
Nggak enaknya KKN #2 Kalau (nggak) beruntung, bakal dapat dosen pembimbing cerewet
Kalian semua pasti belum tahu rasanya dapat dosen pembimbing yang cerewet, bukan? Kelompok saya sih syukur dapat dosen pembimbing yang biasa saja. Kelompok lain ada saja yang cerita ke saya kalau dosennya cerewet soal apa pun, mulai dari proker sampai ke masalah antar-jemput dan hal-hal yang nggak penting.
Sudah minta dijemput pakai mobil, mau di ruangan yang ada AC, sampai minta disuguhi makanan mewah. Ya ampun, sudah begitu pelit nilai katanya! Itu sepertinya mendingan, bagaimana kalau mata duitan? Yawloh, itu namanya triple kill.
Nggak enaknya KKN #3 Cinlok itu fana
Percayalah, romansa picisan di KKN sangat fana dan tidak menyenangkan. Maksudnya, menyenangkan tapi cuma sesaat. Cuma bertahan selama di KKN. Ada emang yang berhasil, tapi jarangnya minta ampun.
Saya ngomong begini karena saya juga pernah merasakan keuwuan itu setelah melihat teman-teman yang terlena fenomena ini, dan tentunya banyak negatifnya. Selain fana, kadang ia juga ikut nyantol ke orang-orang yang sudah punya kekasih. Waduh, perih banget nggak tuh. Parahnya, kadang yang tidak ikut cinlok bisa kena isunya. Memang ya, kadang ada saja senior yang julid tidak tahu diri menuduh cinlok, padahal mah kita diam mengabdi di tanah orang.
Sekali lagi saya katakan, cinlok KKN itu fana, mylov.
Nggak enaknya KKN #4 Bikin laporan KKN itu nggak enak
Syarat terakhir untuk mendapatkan nilai tentu melaporkan segala kegiatan selama kurang lebih 30 hari kita berdiam diri di kampung orang, tidak lain tidak bukan, semuanya itu harus kita kerjakan sendiri. Saya ulang, harus KITA KERJAKAN SENDIRI tanpa bantuan orang lain, dan semuanya itu sebanyak 30 hari laporan. Mangstap~
Syukur-syukur kalau dosen pembimbing santai, tapi orang-orang pengabdian kampus kadang-kadang saja yang resek dan kadang bikin gondok hati. Cuman bisa istighfar kalau mau dapat nilai bagus, huhuhu.
Tapi memang KKN kalau dinikmati ya ada cerita enaknya. Masalahnya nih, sisi nggak enak yang saya ceritakan di atas sering terjadi dan sering juga dilupakan. Itu semua fakta dan sudah menjadi rahasia umum. Jadi, nggak perlu sedih tahun ini nggak bisa melakukan ritual ini. Kalau niatnya mengabdi, mestinya dari rumah sendiri atau dari lingkungan tetangga sendiri pun bisa. Sedangkan untuk generasi yang merasakannya, selamat atas memori berharga bersama warga kampung yang baik.
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Cerita KKN, Benar Nggak sih Mahasiswa Itu Agen Perubahan? dan tulisan Nasrullah Alif lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.