Ada Dilema Kisah Seorang Gay di Lagu Aku Harus Jujur dari Kerispatih

Untuk urusan lagu-lagu sedih, rasanya Kerispatih sudah tidak perlu dipertanyakan lagi kredibilitasnya. Sejak awal terbentuk hingga mengalami beberapa bongkar pasang personel, Kerispatih rasanya konsisten mengangkat tema-tema patah hati, kisah pilu percintaan, dan nelangsa dalam lagu-lagunya. Perpaduan vokal khas dari Sammy Simorangkir (eks vokalis) dan aransemen musik dari Badai (eks keyboardist) jadi satu perpaduan yang sempurna. Tidak heran jika lagu-lagu Kerispatih selalu terdengar dan menjadi soundtrack dalam ketika seseorang sedang patah hati.

Beberapa hari terakhir ini nama Kerispatih kembali mencuat. Bukan soal karya baru atau kabar bongkar pasang personel. Kabar yang membuat nama Kerispatih kembali mencuat adalah kisah yang akhirnya terungkap di balik lagu “Aku Harus Jujur”. Adalah Doadibadai Hollo (Badai), eks keyboardist sekaligus pencipta lagu yang mengungkapkan kisah sebenarnya di balik lagu ini, yang ternyata tidak sesederhana intepretasi masyarakat selama ini.

Sebelum itu, mari kita mengingat sedikit tentang lagu “Aku Harus Jujur” ini. Lagu ini dirilis pada 2009, tepatnya di album Semua Tentang Cinta. Ini adalah album keempat Kerispatih, yang juga merupakan album terakhir bagi Sammy Simorangkir sebagai vokalis dari Kerispatih. Lagu “Aku Harus Jujur” juga menjadi lagu paling laris di album ini, alias hits-nya, lah.

Nah, kembali soal cerita yang terungkap di balik lagu “Aku Harus Jujur,” Badai, sang pencipta lagu mengungkapkannya ke publik. Melalui kanal YouTube Abdel Achrian dalam segmen Wawancanda, Badai mengungkapkan maksud dan cerita sebenarnya dari lagu “Aku harus Jujur.” Selama ini, kita mungkin menganggap bahwa lagu ini sekadar lagu cinta biasa, khas Kerispatih. Namun, ternyata makna dan cerita lagu ini lebih dari itu.

Badai mengungkapkan bahwa sebenarnya lagu ini bercerita tentang kebimbangan hati seorang gay yang berada di persimpangan antara melanjutkan hubungannya dengan wanita yang sebenarnya tidak ia cintai, atau berkata jujur dengan mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Kisahnya, ketika Badai saat itu sedang akan menikah, ada seseorang pria (yang terlibat di acara pernikahan Badai) yang curhat pada Badai. Pria tersebut mengatakan bahwa ia telah bertahun-tahun membohongi pasangannya tentang siapa dirinya sebenarnya. Pria tersebut sebenarnya tidak mencintai pasangan wanitanya, dan ingin sekali berkata jujur bahwa dirinya adalah seorang gay pada istrinya. “Aku mesti jujur sama pasanganku. Aku nggak mau membohongi dia,” kata Badai menirukan curhatan pria tersebut.

Cerita ini menjadi peluru Badai dalam membuat lagu “Aku Harus Jujur”. Dalam salah satu lirik di bagian reff, Badai menulis, “Tak ada satu pun yang bisa, menerima kaum seperti aku.” Frasa “kaum” selama ini dipahami sebagai “kau”, yang ternyata setelah diteliti, didengar berkali-kali, benar nyatanya bahwa frasa “kaum” yang tertulis dan ternyanyikan, bukan “kau.” Akhirnya banyak yang terkecoh di bagian ini dan mengira lagu ini lempeng-lempeng saja.

Namun, kalau liriknya diperhatikan secara saksama dari awal hingga akhir, memang terasa ada pesan yang cukup dalam di lagu ini. Di awal lagu sudah dibuka dengan lirik, “Maafkan kali ini aku harus jujur. Kau harus tahu siapa aku sebenarnya.” Dilanjut dengan lirik, “Terpikir dalam benakku tentang cinta terlarang. Selama ini kupendam.” Ini adalah gambaran, betapa masyarakat kita belum menerima adanya hubungan homoseksual seperti yang Badai coba ceritakan dalam lagu ini.

Ada lagi lirik, “Tak bisa lagi mencintaimu, dengan sisi lainku. Aku tak sanggup menjadi biasa, aku tak sanggup,” yang seakan menggambarkan bahwa homoseksual masih dianggap tidak biasa di masyarakat. Hingga klimaksnya adalah lirik, “Tak ada satu pun yang mungkin bisa, terima kaum seperti aku,” yang menjadi pesan utama dalam lagu ini.

Bisa dimaklumi jika pada akhirnya warganet heboh dengan cerita asli di balik lagu “Aku Harus Jujur”. Pasalnya, selama ini lagu “Aku Harus Jujur” memang dipahami secara berbeda.

Sumber gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version