Ken Arok, atau dalam beberapa literatur sejarah, penulisan nama yang benar adalah Ken Angrok. Dia adalah seorang raja dan pelopor dari Wangsa Rajasa yang memiliki cerita “nakal” pada zamannya.
Terlepas dari desas-desus keaslian Ken Arok dalam sejarah. Yang pasti, banyak sejarawan yang meyakini kebenarannya. Termasuk sebuah buku berjudul Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok, dan Sejarah Nasional Indonesia, tentunya.
Di balik kisah suksesnya sebagai leluhur Wangsa Rajasa yang menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit, ia adalah sosok yang memiliki kepribadian menyebalkan.
Seorang yang menyebalkan” tersebut rupanya mampu melahirkan keturunan yang nantinya akan mengubah kondisi politik kerajaan di Nusantara. Bahkan kerajaan Majapahit mampu menaklukkan seluruh dataran nusantara dengan rajanya bernama Hayam Wuruk dan patihnya Gadjah Mada.
Dari kesuksesan, keagungan, dan kebesaran Ken Arok dalam melahirkan keturunan yang go international, ia memiliki kisah yang tidak kalah tenar. Kisah yang tentu sudah banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena tertulis di buku-buku pelajarn sejarah.
Ken Arok adalah putra dari seorang wanita bernama Ken Endok, istri seorang petani bernama Gajah Para. Sebagaimana seorang istri pada umumnya, Ken Endok membiasakan diri mengantar makanan untuk suaminya di sawah.
Dalam perjalanan, Ken Endok bertemu Dewa Brahma dan dalam sejarah Ken Endok menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Dewa Brahma, sehingga menyebabkan Ken Endok mengandung.
Karena tidak adanya CCTV pada waktu itu, maka Ken Endok tidak memiliki bukti apapun untuk melaporkan tindakan Dewa Brahma yang jahat itu. Perlakuan Dewa Brahma kepada Ken Endok kemudian membentuk zigot yang menjadi cikal bakal lahirnya sosok Ken Arok. Singkat seasa kecil ia diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong. Itu terjadi karena ia dibuang oleh ibunya di sebuah kuburan.
Ia hidup penuh dengan pengalaman kejahatan, pencurian, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Kebiasaan semacam itu lahir karena lingkungan. Lingkungan itu membuatnya termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Kebiasaan tersebut melekat sampai ia dewasa.
Kisah kejahatan ini menyebar luas. Dengan proses yang panjang, ia berhasil masuk dan mengabdi kepada seorang akuwu (semacam kepala daerah) Tumapel dari Kerajaan Kadiri bernama Tunggul Ametung.
Tunggul Ametung yang sejatinya telah mengetahui sifat Ken Arok mencoba untuk memberikan kesempatan. Selain itu, dalam ceritanya ia memiliki semacam penghubung dari “orang dalam” yang membantu dirinya masuk dan mengabdi kepada Akuwu Tunggul Ametung.
Seperti halnya sinetron masa kini yang banyak adegan selingkuh-selingkuhan, kisah ini pun demikian. Ia tertarik kepada seorang wanita yang notabene adalah istri dari Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes. Fisik rupawan yang dimiliki oleh Ken Dedes membuatnya tidak mampu membohongi diri untuk jatuh hati.
Jiwa fakboi Ken Arok terkoyak ketika ia memutuskan untuk merebut hati Ken Dedes. Dengan berbekal pengalaman berbuat jahat dan keris dari Mpu Gandring yang setengah jadi, ia membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris tersebut.
Ken Arok berhasil memperistri Ken Dedes. Godaan sadis dan strateginya untuk merebut hati Ken Dedes pada zaman itu hanya bisa tertuang dalam kekerasan. Padahal di masa kini, tindakan tersebut bisa diwakili oleh lagu Yura Yunita, cinta dan rahasia. Si fakboi cukup membawa gitar dan menyanyikannya di depan Ken Dedes.
Ken Arok adalah pebinor (perebut bini orang) yang lihai. Setelah ia berhasil merebut Ken Dedes, ia pun menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu Tumapel. Sebuah tindakan yang “menyebalkan” dan tidak patut dicontoh.
Perjuangan berat penuh resiko yang dilakukan tampaknya telah membuahkan hasil. Ia mendapatkan gelar Sri Rajasa Sang Amurwwabhumi. Dengan terbunuhnya Tunggul Ametung, menandai lahirnya kerajaan baru bernama Singhasari dengan Wangsa Rajasa atau yang juga disebut Wangsa Girindra.
Masalah belum selesai. Ken Arok bisa jadi lupa bahwa keris Mpu Gandring yang dipakai untuk membunuh Tunggul Ametung adalah keris yang belum selesai. Ia terburu-buru mengambilnya. Barangkali rasa cinta dan keindahan paras Ken Dedes tidak berhenti menggoda dan memikat hati.
Mpu Gandring mengutuk bahwa kerisnya akan membunuh Ken Arok hingga tujuh turunan.
Benar saja, ia terbunuh oleh suruhan dari anak tirinya bernama Anusapati dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Ken Arok meninggal (bukan karena makan enak) dan hanya memimpin selama lima tahun.
Dari kisah tersebut ada tiga hal bisa didapatkan. Pertama, bahwa kenakalan berbanding lurus dengan perjuangan. Kedua, tidak ada yang tidak mungkin untuk mendapatkan hati wanita yang sudah berpasangan, hehe. Ketiga, jangan meminta barang atau proyek yang masih setengah jadi, risikonya besar sekali.
Sumber gambar: Wikimedia Commons.
BACA JUGA Saking Ndesonya Soal Jogja, Saya Pernah Beli Pecel di Angkringan atau tulisan Muhammad Farih Fanani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.