NHK selaku produser dan Signpost selaku studio menyatakan berhenti produksi anime Kingdom Season 3 lantaran pandemi corona. Hal ini senada dengan pengajuan keadaan darurat yang terjadi di Jepang per April 2020. Hingga kini, belum ada konfirmasi mengenai kelanjutan anime yang hadirnya amat dinanti.
Terlepas dari problem kapan anime Kingdom Season 3 kembali mengudara, saya amat merekomendasikan Kingdom untuk kalian penggemar anime laga, perang kolosal dan aksi tentunya. Terlebih, Signpost, anak studio dari Pierrot, bisa dikatakan serius menggarap anime ini selama empat episode, sebelum terputus karena pandemi.
Mengapa saya amat merekomendasikan anime yang satu ini? Menengok geliat anime demografi seinen yang sebenarnya kurang diminati oleh penonton mainstream. Ini alasan saya. Namun sebelum jauh membahasnya, yang belum melihat season 1 dan 2, silakan balik badan dan melihatnya terlebih dahulu. Jika nggak masalah saya kasih spoiler, mari kita mulai.
Dalam dunia manganya, Kingdom menyajikan kisah yang tidak terputus. Tiap lembarnya menghasilkan sebuah kerutan dahi dan tafsir-tafsir kehidupan yang tak pernah terhenti. Dari sana, muncul sebuah saringan raksasa yang mempersilakan kita untuk mengambil makna yang ada. Memang terkesan berlebihan, namun ketika membaca manga karya Yasuhisa Hara yang berjudul Kingdom, agaknya apa yang saya rasakan akan kalian pahami.
Manga berdemografi seinen ini memang tak pernah lelah bikin jantung kita memompa darah dengan cepat. Desiran-desiran atas ketegangan, tersaji manakala Shin, anak buangan yang bercita-cita menjadi Jenderal Langit Negara Qin, menumpaskan musuh-musuhnya dengan elegan. Manga Kingdom membawa kita kepada darmawisata masa silam, sebuah zaman di mana 7 negara berperang (Warring States Period), mengiringi senjakala Dinasti Zhou sekaligus gerbang menuju zaman kekaisaran di Cina.
Pasca damai dan sunyi senyap masa Dinasti Zhou, gejolak mulai terasa. Lahirlah ratusan negara yang akhirnya pecah menjadi 7 negara besar, Negara Qin, Negara Chu, Negara Han, Negara Qi, Negara Zhao, Negara Wei, dan Negara Yan. Kisah berpangkal dari Ei Sei (nama di Cina adalah Yhing Zheng) yang memiliki mimpi untuk menyatukan wilayah Cina dalam panji kebesaran Qin. Mimpi tersebut pun melebur bersama Shin yang ingin menjadi jenderal besar di negara tersebut dan menemani cita-cita dari Ei Sei.
Premis yang ditawarkan manga Kingdom memang sederhana. Sementara soal ending, kita bisa menelusuri langsung dari catatan sejarahnya langsung lantaran manga ini diangkat dari kisah sesungguhnya pada masa pra-sejarah Cina.
Yang bikin menarik adalah manga ini mengawinkan antara fantasi dan patokan sejarah secara baik dan tidak berlebihan. Melalui tokoh imajiner, Shin, dengan semangat yang biasa ditawarkan dunia manga, Kingdom sungguh epik karena jalan cerita dan selipan sumber sejarahnya, baik itu Shiji maupun Zizhi Tongjian.
Selain itu, tokoh-tok yang muncul pun merupakan perwujudan tokoh-tokoh asli dalam pelaku sejarah masa 7 negara berperang. Misalkan Ousen yang merupakan representasi dari Wang Jian. Sebagaimana Wang Jian, Ousen adalah jenderal taktis yang menyiapkan seluruh medan perang adalah perangkap. Ia adalah otak sempurna bagi Negara Qin.
Selain artwork yang kata sebagian orang memenuhi asupan penggemar manga Seinen, yakni kekejaman dalam medan perang, Kingdom juga menyajikan hal yang menurut saya humanis. Sebagaimana filsafat timur pada umumnya, Kingdom menyeret kita untuk menapaki sebuah pemikiran yang dilandasi atas kebudayaan. Satu negara dengan negara lainnya, memiliki pola dan tindak-tanduk yang berbeda. Misalkan Negara Yan dalam menghormati hasil tani negara mereka dengan bijaksana.
Keadaan politik kala itu juga tak kalah seru untuk disimak. Tiap lembar adalah politik, kuasa dan segala tetek bengeknya. Misalnya bagaimana para cendekia tersingkirkan oleh para jenderal yang kala itu dirasa mampu sebagai juru selamat negara dari gempuran negara lain. Konflik air dalam Sungai Kuning juga menjadi sorotan utama lantaran sungai tersebut melintasi berbagai negara dan bisa menjadi daya serang sempurna bagi tiap negara ketika ekspansi.
Dari semua itu, yang paling megah ditawarkan Kingdom adalah taktik berperang. Saya dibuat menangis kala Ouki dengan gagahnya berdiri karena tak mau memunggungi lawan. Atau dampak luar biasa dari hadirnya jenderal yang satu ini saat keadaan sekarat. Dengan berdiri di puncak, ia melihat para pasukannya. Kemudian mereka bisa bangkit dan mendapatkan mental yang luar biasa hanya dari kehadiran jenderalnya saja.
Banyak tipikal jenderal dengan pemikiran dan strategi yang berbeda. Para raja menetapkan jenderal mana yang akan ditempatkan di medan perang. Duke Hyou misalkan, ia adalah jenderal dengan tipe insting. Ia akan maju ketika instingnya memang mengatakan untuk maju.
Jika masalah konflik perang, yang masih melekat dalam ingatan tentu militansi Duke Hyou, yang sejatinya jenderal bertahan, malah membuka dan merangsak masuk pertahanan 5 koalisi negara sekaligus berdasarkan instingnya. Ya, arc Gerbang Kankoku masih membuat saya gemetar tiap kali membaca ulang.
Kita juga diajak untuk mawas lantaran bagaimana bisa Riboku, salah satu “Three Great Heavens of Zhao”, yang notabene musuh terbesar, malah membuat takjub akan loyalitas, daya juang dan taktiknya yang mengerikan.
Tiap teriakan, pompa semangat sang jenderal yang terlibat dan darah yang bercucuran, adalah hal yang membuat hati siapa pun melebur. Melebur di antara perasaan senang, sedih, mengerikan, dan tentunya diakhiri dengan pencarian intipati.
Manga dan anime Kingdom sangat cocok untuk kalian yang menggemari genre aksi dan politik historis. Tentunya, peringatan dini bagi kalian yang tidak kuat melihat organ-organ tubuh yang berterbangan, kepala yang lepas dari badan dan tubuh yang terbelah menjadi dua. Namun, unsur seperti itu akan dibayar kontan dengan cerita yang menarik walau sudah menyentuh enam ratus chapter.
Dalam mengadopsi visual berupa gambar menjadi sebuah gerak dinamis, amat dinanti hadirnya anime Kingdom season 3 dalam lanjutan ambisi Shin untuk menjadi Jenderal Langit di Qin.
Sumber gambar: YouTube •NightmareKING•
BACA JUGA Semisal Tim Sepak Bola Indonesia Menggunakan Konsep Nama Seperti di J. League dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.