Menurut saya, kawasan paling bermasalah di Bandung adalah Kiaracondong. Khususnya jika kita sedang membicarakan transportasi, lalu-lintas, dan kebiasaan pengendara di sana. Kecamatan yang berada di tengah Kota Bandung ini memang meresahkan, dan menyebalkan.
Pertama, Kiaracondong Bandung punya lampu merah dengan durasi paling lama, yaitu 12 menit atau 720 detik. Dulu, lamanya durasi ini sempat viral. Lalu, kemacetan panjang selalu terlihat setiap sore di jalan terusan Jakarta. Lalu, yang terbaru, adalah perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Kiaracondong di Jalan Ibrahim Adjie.
Lantas, kenapa perlintasan ini menjadi begitu bermasalah dan menyebalkan? Karena ia berada di dekat stasiun, pasar tradisional, dan berada di bawah flyover Kiaracondong. Sudah berada di titik macet, banyak kendaraan parkir di bahu jalan. Jadi, kamu bisa membayangkan betapa macetnya titik tersebut.
Daftar Isi
#1 Bermasalah karena perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung tidak ada harga dirinya sama sekali
Perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung ini tidak punya “harga diri”. Pembaca bisa menyaksikannya secara langsung. Ketika kereta mau lewat dan palang pintu mulai turun, banyak oknum pengendara di Bandung ini tetap nekat menerobos.
Mereka sering melintas di sini jadi hafal betul interval waktu untuk menerobos dan terhindar dari kemacetan. Sudah begitu, perlintasan di titik ini memang nggak ngotak banget saya rasa.
Jadi, di sana ada pak ogah yang biasanya mengarahkan mobil yang mau belok atau putar balik. Nah, dia ini punya tugas lain, yaitu membuka palang pintu kereta api yang sudah tertutup. Ini saya serius.
Saat palang pintu perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung sudah turun, dia malah membukanya lagi dengan seenaknya. Dia membantu pengendara motor yang mau “menerobos” dan tidak sabaran. Sungguh pemandangan yang luar biasa aneh.
#2 Bermasalah karena banyak yang melawan arah seenaknya
Selain keberadaan pak ogah yang aneh banget, di perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung juga banyak yang melawan arah dan putar balik seenaknya. Hal ini disebabkan karena perlintasan diapit oleh 2 landmark. Pertama, di sisi kiri, ada jalan menuju stasiun lama (sekaligus ke arah pasar). Kedua, di kanan, ada Jembatan Opat, merupakan jalan menuju permukiman warga.
Nah, para pengendara yang mau ke jalan stasiun lama, menuju jalan Jembatan Opat atau sebaliknya, harus menyeberang dengan melawan arah kendaraan. Kebiasaan ini sungguh membahayakan pengendara lain. Jika tidak waspada, kecelakaan bisa terjadi dengan mudah.
#3 Bermasalah karena Menyebabkan kemacetan panjang
Dan, yang paling utama adalah kemacetan panjang yang terjadi di perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung. Jadi, sebelum ada flyover, Jalan Ibrahim Adjie memang sudah macet. Nah, pembangunan flyover itu bertujuan untuk mengurai kemacetan. Namun, tidak ada hasilnya karena tetap macet.
Flyover tidak memberi dampak yang diharapkan karena kondisi di titik tersebut memang sudah “tidak sehat”. Dekat dengan pasar, misalnya, menghadirkan pemandangan kendaraan parkir di bahu jalan. Lantaran dekat stasiun lama, banyak angkot yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Sudah begitu, mereka selalu ngetem karena menunggu penumpang.
Oleh sebab itu, kalau memang tidak perlu amat, sebaiknya hindari titik perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung. Kamu bisa tua di jalan. Kalau memang harus lewat titik ini, siapkan kesabaran sebanyak mungkin.
#4 Solusi untuk perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung
Pada 2017, pernah ada solusi dari pemerintah untuk menutup perlintasan rel kereta api ini. Namun, warga sekitar menolak karena bisa membuat akses menuju pasar akan sulit dan para pembeli jadi sepi.
Selain itu, Pemerintah Kota Bandung, polisi, Dinas Perhubungan, dan para relawan juga sering memberi imbauan dengan mengadakan aksi sosialisasi keselamatan berlalulintas kepada para pengendara. Utamanya jangan menerobos palang kereta dan melawan arah.
Sosialisasi ini memberi dampak positif, tapi ya selama ada aksi saja. Kalau tidak ada acara sosialisasi, ya melanggar lagi. Memang, kesadaran berkendara masih begitu rendah. Padahal nyawa taruhannya. Hal inilah yang membuat perlintasan rel kereta api Kiaracondong Bandung jadi sangat bermasalah.
Penulis: Acep Saepulloh
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Stopan Kiaracondong, Tempat Warga Bandung Melatih Kesabaran
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.