Ketimbang Usul SMK Jurusan Medsos, Mas Gibran Mending Bikin SMK Jurusan Martabak

Ketimbang Usul SMK Jurusan Medsos, Mas Gibran Mending Bikin SMK Jurusan Martabak terminal mojok.co

Ketimbang Usul SMK Jurusan Medsos, Mas Gibran Mending Bikin SMK Jurusan Martabak terminal mojok.co

Mas Gibran usul bahwa perlu adanya SMK jurusan medsos, katanya nanti lulusannya bisa jadi analis sosial media, content creator, dan influencer. Ya memang tidak keliru, tetapi alangkah amazing kalau Mas Gibran menggagas satu pendidikan yang lebih mind-blowing: SMK jurusan martabak. Alasannya jelas, blio sudah menjadi pemain kelas kakap yang kaya pengalaman di bidang permartabakan.

Pak Jokowi yang sempat meremehkan bisnis martabak Mas Gibran sampai mengakui kalau keuntungan pabrik milik Pak Presiden sudah kalah dari Markobar. Kata Pak Jokowi bahkan sudah ada 54 warung Markobar, meskipun dari website resminya hanya tertulis 33 cabang di 15 kota besar dalam empat pulau besar Indonesia. Ya mungkin staf pengelolanya nggak sekolah di SMK jurusan medsos, jadi belum update konten websitenya.

Jangan salah, Mas Gibran punya peluang besar membuat martabak go internasional, meskipun sudah ada merk martabak lain di Philadelphia, Amerika Serikat, barangkali kan belum ada di Cina dan Rusia. Mas Gibran bisa menjalin kongsi dengan adiknya yang telah lebih dulu tenar sebagai pro player Mobile Legends. Pasti akan jadi kabar menggemparkan kalau kelak ada kompetisi Esport berskala internasional memperebutkan Piala Martabak Mas Gibran.

Kenapa SMK jurusan martabak jadi sangat penting? Ada banyak hal yang bisa menjelaskannya, salah satunya karena SMK jurusan medsos sebenarnya sudah ada, bahkan banyak sekali. Ya meskipun namanya bukan secara literal tertulis “SMK Jurusan Medsos”. Ada jurusan TI dan multimedia yang telah tersedia di banyak SMK sejak lama. Kalaupun belum ada pelajaran tentang medsos, Mas Gibran tinggal usul sama Mas Menteri Nadiem agar menyisipkan mata pelajaran yang berhubungan dengan media sosial.

Misalnya mata pelajaran pengelolaan konten gambar dan video, pengaturan iklan dari FB, IG, Twitter, dan TikTok. Keterampilan dasar seperti desain grafis, video editing, dan broadcasting juga mestinya dipelajari di SMK bikinan Mas Gibran nanti. Lho, tapi nanti semua institut dan sekolah tinggi berjenjang D1 dan D3 dengan jurusan itu bagaimana?

Ya gampang, dialihfungsikan jadi jurusan martabak saja. Ingat, keterampilan dan keilmuan bidang martabak jauh lebih penting sekarang. Masih banyak misteri yang masih bisa dieksplorasi dari pendidikan kemartabakan. Misalnya tentang halal haram, tidak menggunakan kuas bulu babi sehingga kelak seluruh resto martabak punya logo halal dipajang besar dan lebar. Berbangga hati jadi setara dengan Starbucks dan Yoshinoya.

Pastilah kelak martabak jadi cemilan wajib di kedai-kedai kopi kekinian. Selain itu, rasa markobar yang hanya ada delapan ditambah sepuluh topping pilihan, masih sangat mungkin untuk dikembangkan. Sepuluh topping markobar yang terdiri dari KitKat, Oreo, Ceres, Kraft, Toblerone, SilverQueen, Cadbury, Delfi, Nutella, dan TimTam belum menunjukkan kearifan dan kekayaan rasa nusantara. Mas Gibran bisa membuat formulasi rasa lokal seperti gula aren, beragam taburan bubuk kopi Indonesia, dan produk cokelat lokal misalnya Cokelat nDalem dan Cokelat Monggo di Jogja.

Jangan lupakan pula untuk selalu menggunakan keju buatan daerah seperti Keju Indrakila di Boyolali, Keju Mazaraat di Jogja, Keju Natura di Sukabumi, dan Keju Lembang di Bandung. Kalau mau rasa yang lebih out of the box lagi ya Mas Gibran bisa bikin citarasa unik seperti kayu manis, kayu putih, kayu jati, dan kayu-kayuan lainnya. Jangan lupakan pula aroma tembakau yang tentu saja bisa dibuat oleh para ahli pangan.

Kalau ingin merambah segmen konsumen yang baru, misalnya milenial perkotaan yang sedang rajin-rajinnya workout, harus ada varian menu markobar yang low calories, vegetarian, rendah gula, dan bebas lemak jahat. Saya punya banyak kolega peneliti dan praktisi di bidang keilmuan diet makanan, monggo Mas Gibran bisa WA saya.

Ide ini saya yakin akan dipertimbangkan dengan serius oleh kandidat milenial seperti panjenengan, Mas. Jika terlaksana kelak, penjual martabak barangkali tidak lagi dipandang sebelah mata sebagai pedagang pinggir jalan. Akan tetapi bisa disejajarkan dengan barista-barista kopi yang telah lebih dulu naik kasta dengan keindahan latte art.

Martabak berkelas dengan citarasa, pola, dan corak warna serta karakter pada toppingnya akan jadi pelopor lahirnya industri baru: martabak art. Tentu saja akan membuka banyak lapangan kerja baru seperti tujuan awal Mas Gibran. Lalu blio akan dipuja-puja sebagai Bapak Martabak Indonesia, bak pahlawan di tengah kesemrawutan bangsa.

Sumber gambar: Instagram @markobar1996

BACA JUGA MasterChef Syariah dengan Menu Halal Sangat Mendesak untuk Diadakan dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version