Sejak kemunculannya, media sosial tidak membutuhkan banyak pengakuan dari khayalak jika ia berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari manusia. Karena tanpa ada pengakuan pun, dengan meningkatnya pengguna media sosial telah membuktikan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, manusia telah menjadikan media sosial sebagai perkakas sehari-hari atau kebutuhan mereka untuk bersosial. Tentunya dengan cara yang praktis dan asyik.
Tidak heran, dengan kemunculan aplikasi-aplikasi media sosial membawa dampak yang signifikan terhadap gaya hidup manusia zaman now. Kita sering mendengar istilah pansos – panjat soisal atau social climbing melalui dunia maya. Selain membutuhkan pengakuan tertentu oleh orang lain, ternyata tidak jarang juga pansos menjadi salah satu cara untuk menggali atensi warga netizen—terutama orang-orang terdekat.
Banyak di antara kita bisa jadi sering melihat aksi-aksi caper di medsos. Saya malah sangat yakin, jika beberapa pelaku caper di medsos itu adalah orang-orang terdekat kita. Hah kita? Lalu bagaimana cara mereka buat caper lewat medsos? Selama ini yang kita tahu kan medsos cuma jadi tempatnya para pemanjat. Pemanjat? Iyalah Pemanjat sosial. wqwq
Selain pansos, caper juga bisa dilakukan dengan mengunggah foto-foto barang yang biasa berada di sekitar kita. Tentunya aksi caper itu dibarengi dengan penulisan kepsyen-kepysen ala SobatAmbyar yang mengisahkan cerita galau gundah gulana, dan merasa jadi orang ter-ngenes seantero dunia. Atau bisa juga mereka menukilkan salah satu quotes bijak yang sering diungkapkan para sastrawan. Foto-foto itu kemudian diedit dengan efek filter foto.
Media sosial yang berfungsi sebagai media daring yang memungkinkan penggunanaya untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan juga saling berbagi. Di mulai dari fungsinya sebagai media untuk berbagi, rupanya dimanfaatkan juga oleh netizen untuk berbagi sambat atau berbagi semua kenelangsaan hidup mereka dengan update status WhatsApp atau memperbarui history Instagram.
Aksi-aksi caper ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi saya yang saya peroleh lewat lini media sosial saya—baik WhatsApp atau Instagram. Karena yah, harus diakui kedua medsos tersebut yang paling banyak disukai oleh netizen kebanyakan—termasuk saya sebagai netizen juga. Dari sanalah saya tahu jika beberapa barang bisa dialihfungsikan—mulai dari fungsi harfiah sampai menjadi fungsi yang anti mainstream.
1.Obat
Barang pertama yang dapat diklaim sebagai barang yang berfungsi sebagai properti caper di medsos adalah obat. Iya, kalian tidak salah membaca. Dalam medsos, selain fungsinya sebagai pereda sakit, ternyata obat juga dapat dijadikan sebagai properti bagi mereka yang ingin caper. Kok bisa sih? Iya bisa dwuuongg!
Mereka mengunggah foto obat-obatan terlarang. Setelah mengunggah foto obat, sebuah caption yang sengaja ditulis dengan irama nelangsa. Wadidaw!
Caper dengan properti obat ini dianggap aksi caper paling manjur. Karena dengan mengunggah foto obat dan ditambah dengan kepsyen nelangsa, mereka bisa menarik perhatian netizen lain. Lalu muncul ucapan-ucapan “Gws yha”, “Cepet sembuh yha?”, “Loh, kamu sakit apa?” begitulah kira-kira.
2. Buku
Barang kedua yang bisa beralih fungsi dalam dunia maya adalah buku. Jika biasanya buku digunakan sebagai barang untuk mendapatkan pengakuan sosial dari warganet, di lain sisi buku juga digunakan sebagai barang untuk cari mencari perhatian.
Nukilan kepsyen yang diambil dari kata-kata bijak dari sastrawan atau motivator nusantara kita biasanya akan turut menunjang dan menghias aksi caper ini. Mengunggah foto buku ke status WhatsApp dan history Instagram dilakukan untuk mencari perhatian warga netizen. Dengan banyaknya viewer status atau history tersebut, diharapkan aksi caper ini akan memunculkan kalimat-kalimat, “uh, punya buku karya si (anu) ya?”, “Pinjem dwuoongg!”
3. Tiket Bioskop
Barang ketiga yang bisa beralih fungsi dalam dunia maya adalah tiket bioskop. Selain fungsinya yang digunakan untuk tiket masuk dan nonton film bioskop, ternyata fungsi lain dari tiket bioskop adalah sebagai properti untuk cari perhatian di dunia maya. Bingung? Begini, begini.
Tiket bioskop sering difoto oleh pemiliknya lalu diunggah ke media sosial. Diunggahnya foto tiket bioskop ke status WhatsApp atau history Instagram biasanya sering diselingi kepsyen yang bisa menunjang aksi caper itu sendiri. Contohnya gimana? Salah satu contohnya adalah kepsyen “Nonton berdua doang, dasar emang jomblo sih”, “Setelah sekian lama nungguin film ini main yawlaaaa”, “Demi memenuhi kegabutan hari ini” dan masih banyak lagi.
Setelah melakukan aksi capernya, kalimat-kalimat “Lain kali sama aku aja nontonya”, “Besok atau minggu depan, nontonnya bareng aku yha?”, “Comblangin aku dong sama yang pakai baju biru” ea ea eaaa! Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang diharapkan dari aksi caper ini.
4. Cincin
Barang keempat yang bisa dijadikan penunjang aksi caper adalah cincin. Barang ini sangat karib bagi kita yang berada di usia dua puluh ke atas—ya apalagi kalau bukan karena faktor wayahe tunangan lan lamaran. Kekariban itu sering dimanfaatkan SobatAmbyar untuk caper di medsos. Biar seakan-akan tunangan gitu lho.
Mereka mengunggah foto cincin dengan kepsyen “Bismillah…”, “2020 pasang cincin”, “Sabar ya sayang, aku cari kamu dulu sekarang biar cincinku bisa berpasangan” dan masih banyak lagi kalimat yang serupa. Serah deh seraahhh! Dengan aksi caper itu, bisa memunculkan respon “Lho, kamu tunangan?”, “Jomblo tatak nganti kemratak”, “Alhamdulillah semoga dilancarkan sampai hari H pernikahan” dan respon lainnya ala netizen baper.
5. Buku Nikah
Barang kelima yang pernah saya jumpai dalam media sosial adalah buku nikah. Benda ini memang kurang lazim digunakan sebagai barang penunjang aksi caper warganet. Ketidaklaziman inilah yang justru dimanfaatkan oleh beberapa warga net. Buku nikah dialihfungsikan dari fungsinya sebagai bukti sah pernikahan di mata hukum dan agama, menjadi fungsi sebagai properti aksi caper di medsos.
Mereka mengunggah foto buku nikah dengan kepsyen “Alhamdulillah…”, “Bismillah, cari calon pemilik buku nikah warna ijo”, “Samawa, sobat” dan masih beberapa lagi lainnya yang senada dengan kalimat-kalimat tersebut. Dengan adanya aksi caper itu, bisa memunculkan kalimat-kalimat “Kamu kapan punya buku itu?”, “Selamat, semoga jadi keluarga yang samawa”, “Lho kamu nikah?” dan respon lainnya dari netizen yang baper. Aksi caper ini seru juga yha?
Apapun dan bagaimana pun, aksi caper ini adalah bisa jadi salah satu bentuk ekspresi dari rasa kesepian seseorang. Untuk menanggapi aksi caper itu, ada baiknya kalau kita bersimpati dan menanggapinya dengan cara wajar dan tidak memberikan respon yang mengarah pada indikasi bullying. Namanya warganet, ada-ada saja kan kelakuannya? Bikin hepi ajhaa~ (*)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.