Pembangunan Bendung Gerak Karangnongko
Lagi-lagi Bojonegoro dan Blora berkolaborasi dalam pembangunan infrastruktur. Kali ini Bojonegoro dan Blora terlibat dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu pembangunan bendung gerak Karangnongko. Lokasi bendung gerak Karangnongko ini memisahkan Desa Ngelo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro dengan Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora.
Sebagaimana dilansir dari https://pu.go.id, bendung gerak Karangnongko diproyeksikan dapat menyuplai air irigasi di kawasan Solo Valley Werken seluas 62000 hektare. Suplai air ini akan didistribusikan melalui Daerah Irigasi Karangnongko Kiri (Kabupaten Bojonegoro) dan Daerah Irigasi Karangnongko Kanan (Kabupaten Blora).
Selain mengairi persawahan, bendung gerak Karangnongko beroperasi secara terintegrasi sebagai penyedia air untuk kebutuhan irigasi dan air baku pada wilayah Bengawan Solo Hilir. Wilayah ini meliputi Kabupaten Ngawi, Bojonegoro, Blora, Tuban, Lamongan, hingga Gresik.
Saat ini pembangunan bendung gerak Karangnongko sudah dimulai pada proses pembebasan lahan. Selanjutnya pada tahun 2024 direncanakan pembangunan konstruksi dapat dilakukan sehingga ditargetkan selesai pada tahun 2027. Seluruh pendanaan pembangunan bendung gerak Karangnongko berasal dari APBN.
Daerah yang terlibat kerja sama harus punya cita-cita yang sama
Dari ketiga proyek di atas, saya bisa menyimpulkan bahwa semua daerah yang terlibat dalam kerja sama harus mempunyai semangat, cita-cita, dan pemikiran yang sama, yaitu pembangunan secara makro. Artinya, pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya bermanfaat untuk satu daerah, tetapi juga bermanfaat bagi daerah lainnya.
Tidak boleh ada pemikiran bahwa suatu daerah berkontribusi lebih besar dari daerah lain sehingga hasilnya nanti diklaim sebagai kesuksesan daerah tersebut. Atau mungkin malah sebaliknya, karena suatu daerah berkontribusi kecil maka daerah tersebut minder memanfaatkan hasil dari sebuah proyek kerja sama. Dengan berpikir secara makro maka daerah-daerah yang terlibat tidak hanya memikirkan pembangunannya sendiri, tetapi lebih luas juga berpikir tentang pembangunan di daerah lain karena sama-sama bagian tak terpisahkan dari NKRI.
Membandingkan pembangunan dua daerah sih sah-sah aja sebagai kritik dan saran bagi pemangku kepentingan. Tapi, kalau terus-menerus mencari perbandingan juga nggak bijak, Gaes. Yang ada malah daerah kalian menjadi inferior daripada daerah lain dan ujung-ujungnya kalian nggak bangga dengan daerah sendiri. Ironis banget, kan?
Ingat, Gaes, kata Farel Prayoga: ojo dibanding-bandingke! Kalau bisa bersama-sama membangun daerah seperti yang dilakukan oleh Bojonegoro dan Blora, kenapa nggak?
Penulis: Rudy Tri Hermawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten yang Sering Dilupakan.