Banyak orang berpikir bahwa kerja di Jepang akan mengubah nasib mereka. Hal itu tak salah, nasibmu jelas akan berubah. Tapi, jika nasib berubah yang Anda maksud adalah jadi kaya, tunggu dulu. Belum tentu juga Anda bisa kaya hanya karena kerja di Jepang
Memangnya berapa sih gaji di Jepang, kok nggak optimis gitu?
Sebenarnya pertanyaan ini bisa dijawab dengan menunjukkan data UMR daerah di Jepang, Sebagai contoh, upah per jam di Tokyo paling tinggi sebesar 1.041 yen (124.920 rupiah), sedangkan daerah Okinawa dan Kochi paling rendah sebesar 820 yen (98.400 rupiah).
Kalau melihat data per 31 Maret 2021, rata-rata pekerja orang Jepang dengan status fresh graduate mendapat gaji bulanan sekitar 226.000 yen (27 juta rupiah). Untuk laki-laki sebesar 227.200 yen, sedangkan untuk perempuan sebesar 224.600 yen. Gaji ini sudah termasuk lembur dan tunjangan lainnya lho, ya. Ada juga yang mengatakan gajinya sekitar 180.000 – 220.000 yen (21 – 27 juta rupiah). Jumlah ini tentu saja berbeda-beda, tergantung tempat dan seberapa bonafit perusahaan juga, kan?
Kok gaji laki-laki dan perempuan berbeda? Ini bakal dibahas di artikel lainnya. Untuk sekarang, kita fokus sama topik ini dulu.
Nah, pasti Anda bertanya-tanya, kalau gaji laki-laki dan perempuan saja berbeda, bisa jadi akamsi dan imigran juga berbeda. Jawabnya sih, nggak.
Kalau lulusan S1 atau S2 dan bekerja di perusahaan, ya gajinya sama seperti orang Jepang, kok. Kalau pekerja magang (jisshuusei/ kenshuusei), biasanya gaji kotor rata-rata 140.000 – 180.000 yen (16 – 21 juta rupiah), tergantung jumlah jam lemburnya juga. Semakin banyak lembur ya semakin tinggi gajinya. Malah ada yang sampai 250.000 yen juga, lho. Untuk pertanian dan beberapa bidang lain yang lemburnya sedikit, biasanya hanya sekitar 120.000 yen (14 juta rupiah) saja. Eit, itu gaji kotor lho, ya.
Berapa gaji bersih yang diterima?
Nah, ini dia yang kadang tak disebutkan dalam iklan lowongan kerja di Jepang. Mereka biasanya hanya mencantumkan gaji puluhan juta rupiah tanpa mengatakan kalau itu sudah termasuk upah lembur (yang sangat banyak). Juga, belum dipotong berbagai macam asuransi dan pajak. Kalau lemburnya sedikit, bagaimana?
Sekarang, kita ngomongin gaji bersih. Saya akan memberikan contoh gaji bulanan orang Jepang 190.000 yen. Gaji bersih yang akan ia terima sebesar 152.499 yen saja, lho. Potongan untuk pajak dan asuransinya sebesar 37.501 yen.
Rinciannya adalah sebagai berikut: iuran pensiun 17.385 yen, asuransi kesehatan 9.405 yen, asuransi pekerja 570 yen, pajak penghasilan 3.410 yen, dan pajak penduduk 6.731 yen.
Tapi, tenang. Semakin lama Anda bekerja, semakin sedikit potongannya. Pun, gajinya makin besar. Contoh, untuk gaji bulanan 210.000 yen, potongan pajak dan asuransi hanya sekitar 32.920 yen saja. Jadi, gaji bersihnya sekitar 177.080 yen.
Kalau PMI (Pekerja Migran Indonesia) kenshuusei, bagaimana?
Saya pernah wawancara ke salah satu kenshuusei yang bekerja di bidang konstruksi, ia pernah mendapatkan gaji 224.200 yen (26,9 juta rupiah). Gaji ini termasuk lembur yang sangat banyak, bahkan hari libur pun masuk kerja. Dari gaji tersebut dipotong asuransi kesehatan 8.449 yen, iuran pensiun 15.555 yen, asuransi pekerja 897 yen, pajak penghasilan 4.700 yen.
Lantaran ia tinggal di apartemen yang disewa perusahaan, urusan pembayaran apartemen juga langsung dipotong gaji. Untuk sewa apartemen dan gas listrik air sebesar 20.000 yen, biaya telepon dan internet 4.042 yen, biaya makan selama kerja di lapangan 28.000 yen. Jadi, bulan itu ia hanya menerima gaji sebesar 141.555 yen. Kalau dihitung lagi, potongan pajak dan asuransi untuk kenshuusei hanya sebesar 29.601 yen (belum termasuk pajak penduduk).
Namun, rata-rata gaji bersih yang diterima kenshuusei setelah dipotong pajak, asuransi, sewa apartemen dan biaya utilitas lainnya, sekitar 90.000-100.000 yen, kalau tanpa lembur, dan 120.000-150.000 yen, kalau ada lembur.
Lantas, berapa banyak yang bisa ditabung?
Nah, kalau urusan menabung ini tentunya tergantung gaya hidup seseorang ya. Tapi, akan saya berikan gambaran rata-rata biaya hidup di Jepang ya.
Biaya hidup untuk karyawan Jepang biasa dengan gaji bersih sekitar 150.000 yen, kira-kira sebagai berikut: biaya sewa apartemen 50.000 yen, biaya makan 30.000 yen, biaya listrik gas air 10.000 yen, HP 7.000 yen, biaya sosial dan transportasi 15.000 yen, pakaian dan kebutuhan sehari-hari (termasuk detergen, skin care, dll) 25.000 yen. Dari situ, akhirnya hanya bisa menabung 13.000-30.000 yen per bulan.
Kalau yang gaji di atas itu, dengan pengeluaran yang sama, tentunya bisa menabung lebih banyak, kan? Sekali lagi, gaji karyawan perusahaan di Jepang setiap tahun dipastikan naik dan ada bonusnya juga, kok.
Untuk karyawan PMI juga kurang lebih seperti itu. Mungkin biaya sosial berkurang karena tak banyak teman nongkrong, jadi tak perlu keluar uang banyak. Kalau irit tak pergi ke mana-mana selama liburan, juga semakin banyak yang bisa ditabung kali, ya. Kalau apartemennya dekat dengan perusahaan, ya lebih irit lagi karena bisa jalan kaki atau bersepeda.
Nah, khusus kenshuusei yang hanya bekerja sebentar dan biasanya banyak orang dalam satu perusahaan, tentu saja pengeluarannya agak berbeda. Seperti yang dijabarkan sebelumnya, biaya sewa apartemen dan gas listrik air saja hanya sebesar 20.000 yen. Kenapa murah? Biasanya karena satu kamar dihuni oleh 2-3 orang jishuusei, jadi biaya pun dibagi sebanyak orangnya. Biaya telepon dan internet pun dibagi bersama sehingga terasa lebih ringan. Jadi, uang sebesar 141.555 yen (16,9 juta rupiah) tersebut merupakan gaji yang sangat bersih dan bisa ditabung, lho. Ini hanya salah satu contoh saja dan kebetulan nominalnya cukup besar.
Berarti kenshuusei bisa menabung lebih banyak dibanding orang Jepang, dong?
Bisa dikatakan begitu. Biasanya gaji bersih yang diterima hanya untuk makan dan hal pribadi lainnya. Biaya makan dan detergen sebulan saja kalau saking iritnya bisa hanya 10.000 yen saja, lho. Makan nasi telor tanpa jajan di luar. Liburan nggak pergi ke mana-mana. Jadi, sebulan bisa menyisakan sekitar 100.000 yen (sekitar 12 juta rupiah). Wow, kan?
Jadi, harusnya kerja di Jepang bisa kaya dong? Kita lihat dulu realitasnya.
Nyatanya ya tak demikian juga. Sebagian besar PMI memiliki semacam “kewajiban” untuk mengirim uang ke orang tua. Ada juga yang memang harus membayar utang biaya keberangkatannya ke Jepang sebelumnya. Jadi, ya silakan ditebak sendiri, kira-kira seberapa besar pekerja magang bisa menabung untuk dirinya sendiri setiap bulannya.
Mereka juga hanya sekitar tiga tahun saja bekerja di Jepang sebagai pekerja magang. Iuran pensiun yang setiap bulan dibayar selama di Jepang bisa diklaim setelah pulang ke Indonesia, lho. Jumlahnya lumayan, sekitar 30-50 juta rupiah (tergantung besar iurannya juga).
Lagian, makin lama kita di suatu tempat, pasti ada keinginan untuk eksplor atau malah punya relasi baru. Bisa jadi yang awalnya nggak ke mana-mana, jadi nongkrong karena punya teman baru. Ya aneh aja kalau rantau malah menyendiri, kalau ada apa-apa, bagaimana?
Demikianlah kira-kira gambaran berapa gaji ketika kita kerja di Jepang. Kalau dibilang bisa membuat kaya kok sepertinya ngadi-adi ya. Kalau dibandingkan dengan UMR Jogja ya memang jauh lebih banyak sih, berkali-kali lipat malah. Tapi, perlu diketahui juga bagaimana beban dan tuntutan pekerjaan kalau bekerja di Jepang.
Jadi, kalau ada yang mengiming-imingi kerja di Jepang dengan gaji 30 jutaan rupiah, tanyakan dulu itu gaji kotor atau bersih atau sudah termasuk semua tunjangan, apakah setiap hari bekerja atau nggak, dll. Sekalian tanya, bisa kaya nggak dengan gaji segitu?
Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya