Kereta Panoramic memang cantik dan unik, tapi syarat dan ketentuan berlaku.
Saya sangat suka naik transportasi umum. Saking sukanya, kalau sedang libur kerja dan bosan di rumah, saya akan berkeliling Surabaya dengan Suroboyo Bus atau Transsemanggi tanpa tujuan. Saya hanya duduk di dalam bus sambil baca buku atau sekedar melamun sambil melihat pemandangan. Itu healing terbaik bagi saya.
Oleh karena itu, saat mengetahui PT KAI memiliki layanan gerbong panoramic atau biasa disebut kereta panoramic, saya semangat untuk mencobanya. Gerbong kereta panoramic didesain dengan tampilan kaca-kaca lebar. Fungsinya, agar penumpang dapat leluasa melihat panorama alam selama perjalanan.
Jujur saja, sebelum mencoba kereta panoramic, saya sudah membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan menarik. Akan tetapi, semua keindahan yang sudah saya imajinasikan tersebut pudar saat saya sudah berada di dalam kereta. Tentu saja ini bukan salah PT KAI, mungkin memang salah saya sendiri lantaran berekspektasi terlalu tinggi. Di bawah ini beberapa kekecewaan yang saya rasakan:
#1 Gerbong cantik dan layanan baik. Wajar, harga tiketnya selangit
Gerbong panoramic berada dalam satu rangkaian dengan kereta Argo Wilis atau Turangga, tergantung tujuan kita mau ke mana. Oleh karena itu, dari segi waktu tempuh, tidak ada bedanya naik kereta panoramic seharga Rp1,2 juta dari Surabaya ke Bandung dengan naik kereta Argo Wilis kelas eksekutif seharga Rp600.000 dengan tujuan yang sama. Perbedaan utamanya ada pada interior, fasilitas, dan pelayanannya.
Gerbong kereta panoramic dibuat cantik dengan gaya klasik, kursinya tebal dengan lapisan berbahan kulit berwarna maroon untuk mendukung kesan klasik dan mewah. Jarak antar kursinya lebar. Bagian depan kursi dilengkapi footrest agar kaki tidak capek. Lalu ada colokan listrik di samping kursi yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi daya ponsel, tapi jangan digunakan untuk menyalakan rice cooker, ya. Penumpang kereta panoramic tidak perlu takut kelaparan karena setiap tiket yang dibeli sudah termasuk makanan dan minuman.
Di bagian depan gerbong kereta terdapat layar lebar yang bisa dipakai untuk memutar video. Setiap melewati objek tertentu, petugas di kereta akan menginformasikan tentang tempat tersebut kepada penumpang. Ya, konsepnya mirip bus wisata.
Pada bagian pintu belakang gerbong panoramic terdapat mini bar yang menyediakan minuman seperti teh, kopi, dan jus kemasan. Tepat di sebelah mini barnya ada toilet yang luas, kira-kira dua kali lipat ukuran toilet kereta api standar.
Secara tampilan, kereta panoramic memang cantik dengan pelayanan yang baik. Akan tetapi, saya tidak begitu terkesan dengan hal tersebut mengingat harga tiketnya yang memang mahal. Menurut saya, wajar saja kalau interior dan pelayanannya bagus.
#2 Gerbong kereta panoramic memang cantik, tapi pandangan terbatas
Ketika naik kereta ini, saya merasa agak kecewa. Keinginan saya naik kereta panoramic agar bisa melamun sambil melihat pemandangan alam secara leluasa ternyata tidak tercapai. Saya duduk di kursi 6A, tepat di sebelah jendela, tapi saya kurang puas melihat pemandangan di luar. Sebabnya, pandangan saya terhalang oleh teralis atau sekat kaca.
Jadi begini, gerbong kereta panoramic tidak full kaca seperti akuarium, tapi setiap dua kursi ada sekatnya. Nah, lantaran saya duduk di kursi genap, pandangan mata saya terhalang oleh sekat tersebut. Akhirnya saya tidak bisa melihat pemandangan dengan bebas, rasanya malah seperti tidak ada bedanya melihat pemandangan dari gerbong panoramic dan gerbong eksekutif.
Memang sih, di bagian atas gerbong panoramic diberi kaca agar penumpang bisa melihat pemandangan bagian atas, tapi kacanya kecil dengan bentuk memanjang sehingga kurang enak digunakan untuk melihat langit. Bahkan, menurut saya, lebih lega melihat langit dari sunroof mobil ketimbang gerbong kereta panoramic.
Baca halaman selanjutnya: Kursi bisa diputar …