Kenaikan Harga Telur Memang Harus Kita Ributkan, kalau Perlu Baku Hantam

Harga Telur Hari Ini Bikin Nasib Mahasiswa Jogja Makin Mengenaskan!

Kenaikan Harga Telur Memang Harus Kita Ributkan, Kalau Perlu Baku Hantam (Pixabay.com)

Kalau ada satu hal yang harus diperbaiki dari para pejabat, hal itu adalah cara komunikasi mereka. Komentar pejabat kerap kali tanpa empati, dan seakan-akan menyepelekan masalah. Dari meminta menanam cabai sendiri, menikah dengan orang kaya, dan yang terakhir adalah jangan terlalu meributkan kenaikan harga telur.

Bagaimana bisa kita diminta tidak ribut perkara kenaikan harga telur? Enteng kali ngomongnya.

Kita semua tau telur merupakan kebutuhan pokok bagi kita semua. Selain harganya yang terjangkau, telur ini memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Mulai dari kalsium, protein, vitamin A, fosfor, zat besi dan vitamin B yang terdapat di dalam satu butir telur.

Selain itu, kalian perlu tahu bahwa telur merupakan salah satu komoditas pokok untuk penangkal stunting di negeri kita. Harga terjangkau, gizi melimpah, layak jika jadi kunci dalam menangkal stunting.

Selain itu, telur krusial untuk industri. Banyak makanan butuh telur sebagai bahannya. Intinya, telur ini penting. Amat penting untuk manusia. Maka dari itu, bagaimana bisa Pak Menteri enteng bilang jangan meributkan kenaikan harga telur?

Kenaikannya memang tidak besar kalau dilihat dari nominalnya. Tapi ingat, kenaikan sedikit itu dampaknya besar kali untuk industri. Yang naik jadinya nggak hanya telur, tapi juga makanan lain. Yang mumet pun nggak hanya pelaku industri kuliner dan rumah tangga, peternak pun ikutan bingung kalau sudah kayak gini.

Mau naikin harga, pembeli pada protes. Bisa-bisa nggak laku. Dijual harga biasa, kok ya nggak dapat untung, bisa-bisa rugi. Orang yang mau beli pun ikutan mikir. Ya gimana, harga ayam sama telur mahalan ayam, nalar dari mana ini?

Justru menurut saya, kenaikan harga telur ini harusnya diributkan secara gede-gedean. Kalau perlu baku hantam kita. Sama siapa? Ya mbuh, pokoknya marah dulu. Ya gimana nggak baku hantam, makanan murah aja jadi nggak terjangkau, nasib kita ke depannya gimana?

Pahami jika rakyat ribut, bukan diberi statement nggak bermutu meski niatnya menenangkan. Rakyat ini nggak perlu dibikin tenang pake kata-kata. Nggak bikin kenyang. Yang perlu kalian lakukan ya atasi masalahnya. Tidak ada yang lebih menyebalkan ketimbang orang banyak bicara, tapi nggak kerja-kerja. Coba liat tetangga yang banyak omong pas kerja bakti, tapi nyabut rumput aja kagak. Mesti klean jadi pengin mbandem arit gitu.

Saya tahu, bahwa mengatur harga pangan itu bukan hal yang mudah dan pastinya sangat sulit. Apalagi tadi saya baca di media online mengenai penyebab kenaikan harga telur ternyata akibat naiknya harga pakan ternak, seperti jagung dan semacamnya sehingga berimbas terhadap kenaikan harga telur. Kemudian ada alasan penurunan harga ayam potong, sehingga banyak peternak ayam yang memotong ayamnya secara dini. Namun, dengan segala hormat, itu bukan urusan rakyat. Itu urusan pemerintah, cari solusinya. Kalian kan digaji untuk itu.

Jadi, kenaikan harga telur ini, jelas tak bisa disikapi dengan tenang, full senyum, atau ditinggal healing. Kita harus ribut, sebab masalah tak lagi bisa dinalar. Kita tidak bisa tenang terus-terusan. Apanya yang tenang jika kita hidup kita jelas tak lagi aman?

Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Cara Makan Telur dan Gorengan meski Harga Telur dan Minyak Nggak Ngotak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version