Sebagian orang mungkin masih asing dengan kampus UNDIP Pleburan. Bahkan warlok Semarang mungkin tak tahu jika kampus UNDIP di Pleburan memiliki kehidupan. Nyatanya, kampus ini sudah digunakan untuk aktivitas perkuliahan saat ini.
Sejak 2019, kampus ini sudah membuka beberapa program studi sarjana terapan. Salah satunya program studi D4 Manajemen dan Administrasi Logistik. Jurusan ini saya pilih karena ketertarikan terhadap rantai pasok dan transportasi.
Sebenarnya nggak ada yang salah dengan kampus UNDIP Pleburan. Apalagi lokasinya berada di tengah Kota Semarang. Bagi mahasiswa yang nggak termakan gengsi, kuliah di sini kayak dapat warisan rumah nenek di tengah kota. Soalnya strategis, dekat mana-mana, tapi kadang bikin dongkol karena masalah banjir dan akses dari tempat parkir ke ruang kelas yang kurang ramah.
Di sisi lain, mahasiswa yang kuliah di sini harus tahan jadi bahan candaan. Soalnya bentuk dan fasilitas bangunan kampus UNDIP Pleburan sangat jauh jika dibandingkan dengan kampus UNDIP Tembalang. Dalam beberapa aspek, kampus UNDIP Pleburan memang memiliki beberapa kelebihan. Tetapi tentu saja kekurangannya membuat kampus ini kurang disukai sebagian mahasiswa. Berikut pengalaman saya selama kuliah di UNDIP Pleburan.Â
Tempat parkir UNDIP Pleburan sempit dan menguji kesabaran
Saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus UNDIP Pleburan, saya sempat heran dan kaget dengan kondisi tempat parkir. Gimana nggak, jalan menuju area parkir sepeda motor bisa dibilang hanya cukup untuk dilalui satu motor. Kanopi yang seharusnya melindungi kendaraan dari panas dan hujan sudah usang. Rasanya kanopi itu seperti hendak menghantam kepala para mahasiswa di bawahnya alih-alih melindungi mereka.
Tak berhenti di situ. Kondisi sebagian jalan yang seharusnya membuat nyaman mahasiswa malah memberikan perasaan sebaliknya. Ada area jalan yang berlubang dan juga berbatu. Jika lubangnya kecil sih nggak masalah. Masalahnya, lubang ini cukup untuk membuat ban kendaraan nyangkut. Bahkan tak jarang ban motor perlu diangkat jika telanjur terjebak dalam lubang menganga tersebut.Â
Akses jalan kerap tergenang air akibat buruknya drainase di sekitar wilayah kampus
Ketika hujan turun, mahasiswa kampus UNDIP Pleburan mulai bertanya-tanya mengenai kepastian kegiatan belajar mengajar. Apakah tetap dilaksanakan atau tidak. Soalnya akses jalan menuju kampus sering sekali tergenang air.
Banyak mahasiswa, tak terkecuali saya, enggan menembus banjir jika ternyata tak ada aktivitas perkuliahan. Makanya kami sering bertanya dulu kepada ketua kelas agar mereka bertanya pada dosen pengampu mata kuliah.
Akses jalan yang kerap tergenang air ini tentu membuat saya dan teman-teman lainnya kurang bersemangat. Kalau genangan airnya nggak terlalu tinggi sih bisa diterabas. Masalahnya, ketinggian genangan sering kali melebihi mata kaki dan terkadang setinggi pinggang orang dewasa. Tentu kami ketar-ketir takut kendaraan yang kami naiki tiba-tiba mati di tengah tingginya banjir Kota Semarang.
Fasilitas sebagian kelas di kampus UNDIP Pleburan kurang layak disebut sebagai ruang kelas
Setiap mahasiswa tentu mendambakan ruang kelas yang nyaman untuk belajar. Realitas di lapangan malah sebaliknya. Mulai dari bangku yang tak mampu menahan beban tubuh hingga komputer yang tak bisa digunakan di ruang praktikum masih bisa dijumpai di kampus UNDIP Pleburan.Â
Meski begitu, saya dan mahasiswa lain patut bersyukur karena sebagian besar ruang kelas saat ini sudah layak digunakan untuk aktivitas belajar mengajar. Kursi dan meja yang lebih nyaman serta smart TV siap membantu proses pembelajaran. Memudahkan dosen untuk menyampaikan materi di ruang kelas.Â
Lokasi kampus yang strategis membuat jiwa, raga, dan dompet ikut bahagia
Mau jalan-jalan ke Simpang Lima? Deket. Mau ke mall? Motoran berapa menit juga sampai. Kawasan Pleburan itu surganya mahasiswa yang suka nongkrong tanpa ribet naik ojek online. Semua serba dekat, semua serba hemat (asal nggak kebanyakan jajan).Â
Di sekitar kampus UNDIP Pleburan juga terdapat minimarket yang bisa diandalkan setiap waktu. Warmindo yang buka 24 jam juga mudah ditemukan di sini. Nggak perlu takut kelaparan selama kuliah di kampus ini.
Mahasiswa juga nggak perlu resah jika tiba-tiba dosen menyuruh untuk mengumpulkan tugas atau berkas. Soalnya di sekitaran kampus UNDIP Pleburan ada banyak kios fotokopi. Pokoknya kampus UNDIP satu ini strategis banget.Â
Cocok buat mahasiswa yang suka kulineran
Jangan tanya ada berapa banyak jenis makanan yang dijual di sekitar kampus UNDIP Pleburan. Jumlahnya sudah nggak terhitung jari. Mulai dari lamongan, wedang, warteg, sampai makanan kelas elite di sini ada.
Harga makanannya tergantung jenis makanan yang dipesan. Misalnya di warteg cukup merogoh kocek Rp10 ribu-Rp15 ribu sudah dapat porsi lengkap karbohidrat, serat, protein. Nggak kalah sama MBG. Hehehe.
Akhir kata, kuliah di kampus UNDIP Pleburan bukan soal gedung yang megah bak istana. Fasilitas yang tersedia di kampus ini mungkin belum selengkap kampus UNDIP Tembalang, tetapi di sini kami belajar berdamai. Berdamai dengan keterbatasan, parkiran sempit, dan kenyataan kuliah di kampus yang kadang diingat dan sering dilupakan. Justru kadang di tempat seperti inilah kenangan paling absurd dan cerita paling lucu biasanya lahir.
Penulis: Muhammad Raihan Alfathoni Utomo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mengandaikan Rupa Semarang Jika UNDIP Tidak Pernah Ada: Ambyar!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.



















