Kelok 44 menjadi jalur penghubung Kabupaten Agam dan Bukittinggi. Melewatinya akan membuat kita merasa takut sekaligus berdecak kagum!
Awal bulan Desember tahun lalu, saya bersama rombongan rekan kantor berkesempatan menjelajahi beberapa daerah di Provinsi Sumatera Barat. Penjelajahan itu dimulai dari Padang Pariaman, memutari Danau Maninjau di Kabupaten Agam, naik ke Bukittinggi, hingga ke Padang dan Payakumbuh.
Perjalanan antara satu destinasi ke destinasi lainnya memang cukup jauh, bahkan sangat jauh. Minimal setiap perjalanan menempuh 2 hingga 3 jam. Meski begitu, sepanjang perjalanan cukup memberikan pengalaman yang mengesankan karena melewati banyak perbukitan dan pegunungan yang memuaskan nafsu visual karena keindahannya.
Dari sekian banyak jalur yang dilalui, rombongan saya menggunakan bus yang melewati jalur Kelok 44. Kelok 44 ini merupakan jalur penghubung antara Kabupaten Agam dan Bukittinggi. Waktu itu kebetulan kami dari Danau Maninjau, sehingga mau tidak mau harus melalui jalur tersebut agar tidak memutar jauh hingga melewati Padang Pariaman.
Nama Kelok 44 dikira sebatas metafora
Lantaran pengetahuan saya yang terbatas, awalnya saya mengira kalau Kelok 44 ini hanya metafora. Ah, paling disebut 44 karena jumlahnya banyak, paling hanya sekitar 10-15 kelokan, begitu pikir saya. Namun anggapan tersebut ternyata keliru.
Kelok 44 memang berjumlah 44 dengan jalur menyerupai ular yang meliuk-liuk seperti huruf “s”. Setiap kelokannya melengkung dengan sudut yang tajam, yaitu berkisar 45 hingga 60 derajat. Tidak hanya itu, Kelok 44 juga menanjak memutari pegunungan Bukit Barisan sepanjang 7,8 kilometer.
Sejarah pembangunan Kelok 44 yang terletak di Kabupaten Agam ini tidak diketahui secara pasti. Ada yang menyebutkan bahwa tahun pembangunannya di kisaran awal tahun 1900-an di masa penjajahan Belanda, hampir bersamaan dengan Kelok 9 yang terletak di Payakumbuh. Kabarnya, para gerilyawan juga memanfaatkan jalur ini untuk menyergap para penjajah Belanda yang sedang melintas.
Pemberian nomor kelok dimulai dari bawah, yakni dari dasar danau menuju ke puncak arah jalan menuju ke Bukittinggi. Topografi jalan yang terjal dan sulit membuat kendaraan berselisih bila bertemu di kelokan/tikungan. Oleh karena itu kendaraan dari atas harus bergantian memberi kesempatan kendaraan dari bawah menghindari pertemuan di tikungan.
Bagi pengemudi yang baru pertama kali lewat jalur Kelok 44 harus ekstra hati-hati. Sementara bagi pengemudi yang belum mahir mengendarai mobil atau motor, sebaiknya jangan sok-sokan melewati jalur ini. Hal lain yang perlu diperhatikan saat melintas di sini adalah kondisi kendaraan yang harus baik, terutama rem termasuk rem tangan pada mobil.
Baca halaman selanjutnya: Tak bisa dilewati sembarang kendaraan…