Kecamatan Wadaslintang Wonosobo adalah kecamatan paling selatan. Selain itu, kecamatan ini juga menyandang gelar sebagai salah satu kecamatan dengan elevasi paling rendah. Di sini, kamu nggak bakal bisa menikmati gunung tinggi, tanaman yang membeku, atau wisata super terkenal layaknya Dieng, Bukit Sikunir, atau Telaga Menjer.
Sebaliknya, kamu bakal mendapat suguhan pemandangan waduk, hutan belantara, pohon kelapa di pinggir jalan, dan sawah yang luas. Sayangnya, karena “kurang menjual” Kecamatan Wadaslintang Wonosobo seperti menjadi “anak tiri” Pemerintah Kabupaten.
Alhasil, kecamatan ini sama sekali nggak terkenal. Nggak cuma di mata pelancong, bahkan warga Wonosobo sendiri banyak nggak tahu atau pernah ke sana. Berikut beberapa fakta yang bisa bikin bingung dan heran.
#1 Hawa panas yang menyengat di Kecamatan Wadaslintang Wonosobo
Sebagai daerah pegunungan, Wonosobo terkenal akan hawanya yang dingin. Rata-rata, suhu harian ada di kisaran 19 sampai 27°C. Terkadang, di bulan-bulan tertentu suhu juga bisa menurun drastis sampai di bawah 0°C dan membuat tanaman membeku. Tapi, kalau di Kecamatan Wadaslintang, kamu nggak akan menemukan hal tersebut.
Berbanding terbalik, suhu di Wadaslintang ada di kisaran 22 sampai 29°C, bahkan di beberapa daerah suhu di siang hari bisa tembus hingga 32°C. Jadi, jangan heran kalau Wadaslintang itu terik, kering, bahkan banyak area yang cukup gersang, khususnya di musim kemarau.
Uniknya, ada beberapa daerah di Kabupaten Kebumen yang justru lebih dingin dari Wadaslintang itu sendiri. Kalau sudah begitu, saya pastikan orang-orang Dieng akan merasa “terbakar” jika berkunjung ke Kecamatan Wadaslintang Wonosobo.
#2 Jaraknya lebih dekat ke Kabupaten Kebumen
Wadaslintang itu daerah pinggiran, jauh dari kemewahan Dieng dan pusat kota. Justru, Kecamatan Wadaslintang Wonosobo lebih dekat ke Kabupaten Kebumen dan pusat Kota Kebumen. Saya nggak mengada-ngada, pasalnya saya sendiri merupakan warga asli Kecamatan Wadaslintang.
Sebagai perbandingan, jarak pusat Wadaslintang ke Kota Kebumen itu sekitar 33 kilometer. Nah, kalau ke Kota Wonosobo, sekitar 38 kilometer. Selain itu, ada juga daerah pinggiran yang hanya berjarak 24 kilometer dari Kota Kebumen dan justru berjarak 57 kilometer dari Kota.
Daerah Wadaslintang yang saya tinggali sendiri hanya berjarak 1 kilometer dari perbatasan Kabupaten Kebumen yang terdekat. Kalau sudah begini, banyak dari kami yang lebih memilih pergi ke Kebumen. Entah untuk berwisata, sekolah, atau mencari pekerjaan. Malas sekali harus berkendara 2 jam lebih hanya untuk mencapai Kota Wonosobo yang sebenarnya nggak ramai-ramai amat.
#3 Nggak ada gunung tinggi yang menjulang
Satu lagi yang menjadi ciri khas Kabupaten Wonosobo, yaitu gunung. Berbagai gunung terkenal nan tinggi seperti Gunung Prau, Kembang, dan Sindoro ada di sana.
Sebenarnya, di Kecamatan Wadaslintang Wonosobo juga ada gunung. Toh, kecamatan ini masuk ke daerah Pegunungan Serayu Selatan. Cuma, gunung di sana itu pendek, nggak terkenal, jarang didaki, nggak punya jalur pendakian resmi, terpencil, dan berlokasi di dalam hutan yang masih asri. Gunung di Wadaslintang adalah Gunung Mantri, Menjangan, dan Memean.
Tinggi gunung-gunung tersebut nggak sampai 1000 mdpl. Jadi jangan heran kalau nggak keliatan menjulang tinggi.
Saya jadi yakin, kalau orang-orang Dieng main ke Wadaslintang, mereka bakal heran dan bertanya-tanya, “Ini masih Wonosobo kan? Gunungnya pada kemana?”
Soalnya, di daerah Wonosobo atas seperti Kecamatan Kejajar atau Garung, cukup dengan keluar dari rumah kamu sudah bisa menikmati pemandangan gunung yang megah.
#4 Nggak ada kebun sayur dan malah diselimuti hutan lebat
Kalau pergi ke daerah atas macam Dieng, Kejajar, dan sebagainya, pasti kamu sering melihat kebun sayur di pinggir jalan. Ada kebun cabai, kubis, kentang, lobak, dan sebagainya. Suhu yang dingin, tanah yang subur, dan sumber air yang bersih nan melimpah membuat daerah atas cocok ditanami sayuran.
Tapi, kalau kalian main ke Kecamatan Wadaslintang Wonosobo, pemandangan tersebut seakan sirna seketika. Bukan kebun sayur, yang kamu temukan justru hutan lebat yang ditumbuhi pohon besar yang menutupi ruas jalan.
Kalau beruntung, kamu juga bisa bertemu ular, biawak, atau monyet yang bergelantungan. Kadang juga masih ada rusa, tapi ini biasanya agak masuk ke desa, sih.
Selain hutan, hamparan sawah luas juga akan menemani perjalananmu. Di daerah atas juga kadang ada sawah, tapi ya cuma seuprit dan nggak di semua daerah.
Kalau di Kecamatan Wadaslintang Wonosobo? Hampir setiap sudut ada sawah, luas pula. Kebun lebat juga dengan mudah kamu jumpai, mau itu kebun jati, akasia, karet, jenitri, kopi, sampai cengkeh.
Saya berani jamin, orang-orang yang hidup di area atas pasti terheran-heran dengan Kecamatan Wadaslintang Wonosobo. Gimana nggak, nyatanya Wadaslintang punya vibes yang sama sekali berbeda padahal masih ada di kabupaten yang sama.
Nah, perbedaan tersebut justru membuktikan satu hal, yaitu Wonosobo nggak melulu Dieng. Nyatanya ada Wadaslintang yang panas, penuh sawah, dan sangat akrab dengan kabupaten sebelah.
Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
