Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Menyiram Jalanan dengan Air Comberan Adalah Budaya Bodoh yang Mesti Cepat-cepat Ditinggalkan

Muhammad Faisal Akbar oleh Muhammad Faisal Akbar
14 Oktober 2024
A A
Menyiram Jalanan dengan Air Comberan Adalah Budaya Bodoh yang Mesti Cepat-cepat Ditinggalkan

Menyiram Jalanan dengan Air Comberan Adalah Budaya Bodoh yang Mesti Cepat-cepat Ditinggalkan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun 2024 hampir usai, tapi masih ada saja kebudayaan bodoh yang menolak punah. Selain merokok sambil naik motor atau menunggu lampu merah di tempat penyeberangan, budaya yang saya maksud ialah menyiram jalanan dengan air comberan.

Ceritanya begini. Ketika tengah berkendara, saya tiba-tiba saja menginjak pedal rem guna menghindari “serangan” yang datang dari arah tepi jalan. Benar saja, ada seorang warga yang asyik menyiram jalanan dengan air comberan menggunakan pengki berukuran sedang.

Mulanya, saya kira aktivitas ini sudah musnah lantaran sudah lama nggak terlihat. Namun perkiraan saya itu rupanya memiliki cerita yang berbeda di sejumlah daerah. Hobi menyiram jalanan dengan air comberan nyatanya masih digandrungi penggemar setianya.

Fenomena ini memang sering kali muncul sejak belasan bahkan puluhan tahun silam, entah di perkotaan atau pedesaan. Penampakannya pun jelas: seorang laki-laki atau perempuan yang dengan santainya menyiram aspal dengan air yang mereka ciduk dari comberan di siang bolong.

Jika ditegur, mereka biasanya beralasan bahwa saat cuaca sedang panas, jalanan mesti diguyur dengan air agar terhindar dari debu. Sehingga menurut mereka lagi, energi panas yang memantul akan cepat reda dan jalanan pun menjadi sejuk, begitu pula dengan hawa sekitarnya.

Menyiram jalanan dengan air comberan banyak ruginya!

Bila dibandingkan kondisi nasional yang terjadi belakangan ini, perkara menyiram jalan ini memang sepele. Namun perlu diingat, setiap hal pasti punya dampaknya masing-masing.

Kekesalan saya ini tentu memiliki sejumlah argumen. Mau berdebat seribu tahun sekalipun, menyiram jalanan dengan air comberan sejatinya memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan.

Pertama, aksi ini tentu merampas hak para pengguna jalan. Akibat kelakuan segelintir warga, betapa banyak orang yang mengomel karena kendaraannya, yang bisa jadi baru saja dicuci, kembali ternoda.

Baca Juga:

Ini yang akan Terjadi Seandainya Jalan di Lamongan Mulus Semua

Gerakan Warga Menambal Jalan di Lamongan Cerminan Betapa Muak Warga terhadap Pemerintah

Pasalnya, air comberan sudah pasti jauh dari kata bersih, belum lagi ditambah aromanya yang busuk. Kalau ada pejalan kaki yang sedang melintas dan mengenainya, hal itu bukan saja memberikan penyakit, melainkan juga menimbulkan bau yang menyengat.

Kedua, aktivitas ini dapat menimbulkan perselisihan. Bagaimana nggak? Orang-orang di jalan mempunyai hajatnya sendiri. Ada yang hendak berangkat ke kantor, sekolah, wawancara kerja, bertemu pacar, dan sebagainya. Jika suatu saat mereka minta ganti rugi, siapa yang rela membayarnya?

Selanjutnya, menyiram jalanan dengan air comberan toh sama saja berkhianat pada sila pertama dan kedua. Kegiatan ini mencerminkan bahwa si pelaku nggak mempraktikkan apa-apa yang diajarkan oleh agama, yakni untuk senantiasa menjaga kebersihan.

Selain itu, pelaku juga menentang sila kedua karena secara terang-terangan bersikap antipati terhadap adab yang dijunjung tinggi. Orang beradab nggak mungkin melemparkan kotoran pada sesamanya, bukan?

Kalaupun oknum-oknum ini menyiram jalanan menggunakan air bersih, bukan berarti mereka lantas terhindar dari masalah. Menyiram air comberan berulang kali dapat menyebabkan aspal rusak.

Air yang tergenang itu bakal mempercepat pengelupasan kulit aspal lalu melahirkan retakan pada permukaannya. Singkatnya, aksi bodoh ini bisa memperpendek umur aspal dan mesti direnovasi di masa mendatang. Ujung-ujungnya, buang anggaran lagi, kan?

Saran dan solusi ke depannya

Terlepas dari itu semua, saya mengerti, terdapat sejumlah kawasan yang memang tergolong gersang dan berdebu hampir di sepanjang waktu, khususnya di perkotaan. Penyebabnya pun bisa beragam, dari kawanan truk besar yang berlalu-lalang, proyek saluran air tahunan, minimnya populasi pohon, dan sebagainya yang membuat cuaca sekitar menjadi labil.

Oleh karena itulah saya menyarankan agar pemerintah setempat beserta dinas terkait untuk segera mengatur fenomena ini secara formal, salah satunya bisa melalui Peraturan Daerah (Perda). Hal ini semata-mata agar para pelanggar bisa dijerat dan kapok.

Harapan saya, alih-alih melanggengkan budaya bodoh ini, warga sudah sepatutnya merawat kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan yang bersih dan nyaman demi kehidupan yang lebih baik. Sebab, jalanan itu milik bersama, bukan perorangan. Kecuali area itu masih ada di dalam pekarangan rumah, silakan siram pakai air comberan sepuasnya.

Penulis: Muhammad Faisal Akbar
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Momen Bagi yang Berulang Tahun: Dari Dipermalukan Sampai Disiram Air Comberan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Oktober 2024 oleh

Tags: air comberanbudaya burukjalankebiasaan burukmenyiram jalan
Muhammad Faisal Akbar

Muhammad Faisal Akbar

Penikmat sastra, komedi, dan sepak bola indah.

ArtikelTerkait

Daftar Jalan Satu Arah di Solo, Penting Diketahui agar Tidak Ditilang Polisi Mojok.co

Daftar Jalan Satu Arah di Solo, Penting Diketahui agar Tidak Ditilang Polisi

27 Oktober 2023
6 Jalan Bedebah di Malang yang Sebaiknya Dihindari Pengendara Pemula Mojok.co

6 Jalan Bedebah di Malang yang Sebaiknya Dihindari Pengendara Pemula

26 Juni 2024
3 Fakta Menyebalkan dari Jalan Ditutup karena Hajatan Terminal Mojok

3 Fakta Menyebalkan dari Jalan Ditutup karena Hajatan

27 Juli 2022
Pengantin Baru Dilarang Lewat 3 Jalan di Jogja Ini karena Bisa Celaka

Pengantin Baru Dilarang Lewat 3 Jalan di Jogja Ini karena Bisa Celaka

4 Februari 2024
3 Jalan di Jogja yang Tidak Boleh Dilewati Pengantin Baru Terminal Mojok

3 Jalan di Jogja yang Tidak Boleh Dilewati Pengantin Baru

24 Februari 2022
Jalan di Kota Pekalongan yang Sebaiknya Tidak Dilewati Jelang Buka Puasa

Jalan di Kota Pekalongan yang Sebaiknya Tidak Dilewati Jelang Buka Puasa

16 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.