Tahun lalu, tepatnya di tulisan pertama, saya menyinyiri kehadiran Dokter Tirta AKA Cipeng di Holywings. Kehadiran pioner protokol kesehatan di persiapan re-opening Holywings ini memang nggatheli. Selain karena tidak etis, Cipeng ikut merasakan dampak dengan sanksi yang diterima.
Namun, bukan Holywings namanya ketika tidak menari saat geger pandemi ini. Sekali lagi, ia membuat sensasi dengan pemberian jatah vaksin gratis kepada member bar & club ini. Seperti menampar muka mereka yang antre untuk divaksin, Holywings ikut “memonopoli” distribusi vaksin ini.
Bagaimana tidak, saya menjadi saksi susahnya kolega saya mencari vaksin. Dari antre panjang yang berpotensi jadi kluster, sampai menanti perusahaan untuk mengurus jatah vaksin mereka. Belum lagi kondisi pascavaksin yang harus mereka lalui di tempat kerja.
Beberapa dari kolega saya juga kesulitan mendapat vaksin gara-gara KTP. Maklum, kota istimewa ini masih butuh KTP untuk semua urusan. Meskipun beberapa waktu ini KTP luar kota boleh mendaftar vaksin, tetap saja harus antre yang embuh sampai kapan.
Jangan lupa, bagaimana dengan tunawisma? Hidup mereka tidak pernah tercatat negara. Mereka tidak punya NIP yang memberi kesempatan mendapat fasilitas negara. Vaksin? Rumah saja tak punya.
Sedangkan Holywings? Dengan bermodal member Green, VIP, dan Priority bisa mendapat free vaksin Sinovac by Biofarma. Bahkan bisa mengajak 1 orang lagi untuk divaksinasi bersama. KTP? Wajib lansia? Bahkan harus kerja di Holywings? Tidak perlu!
Privilese sebagai member klub berkelas ini tidak berhenti di urusan jedug-jedug. Urusan kesejahteraan dan jaminan kesehatan pun bisa diperoleh. Luar biasa, benar-benar never stop flying seperti jargon mereka. Member Holywings benar-benar terbang meninggalkan ketimpangan sosial di masa pandemi ini.
Apakah member Holywings adalah kelompok rentan Covid-19? Menurut saya, sih, benar adanya. Pasalnya, kultur dugem yang susah menerapkan prokes memang membuat rentan terhadap penularan virus biadab ini. Dan sebagai bisnis yang hidup dari jedug-jedug member mereka, tentu ini jadi prioritas Holywings agar dapur mereka tetap mengepul.
Realita ini membuat saya teringat dengan twit beberapa orang perihal si kaya dan miskin. Ujaran “orang kaya ikut membantu vaksinasi” menjadi penormalan ketimpangan sosial yang makin tegas saat pandemi ini. Kegiatan filantropis digadang-gadang akan membantu vaksinasi lebih lancar.
Taraaa, Holywings menjadi bukti aksi “filantropi” hanya akan dinikmati member mereka sendiri. Wajar jika orang-orang seperti JRX merasa ada konspirasi dalam pandemi ini. Tidak usah membayangkan keluarga Rostchild memasukkan chip 666 ke dalam vaksin Anda.
Di sinilah saya merasa perlunya sila ke-5 untuk diterapkan bagi Holywings berikut membernya. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semua harus mendapat hak sosial yang adil, termasuk dalam perkara vaksin. Keadilan ya, bukan sama rata sama rasa. Bukan semata-mata semua dapat vaksin, tapi seadil-adilnya yang berarti sesuai prioritasnya. Nah, apakah Holywings sudah menerapkan sila ke-5 ini?
Apa prioritasnya untuk memberikan vaksin eksklusif bagi member Holywings? Apakah mereka berperan aktif dalam penanganan Covid-19? Apakah mereka wajib bertatap muka dan tidak bisa ditunda ketika pandemi? Apakah mereka bisa meyakinkan kaum konspirasi untuk melakukan vaksin? Jawabannya tidak, tidak, dan tidak.
Nah, inilah yang saya maksud keadilan sosial. Ketika warga lansia harus menunggu kloter. Ketika pekerja sektor esensial harus antre dari subuh dan belum tentu dapat vaksin. Dan ketika sekolah harus ditunda dan ditunda karena belum meratanya vaksinasi. Warga Holywings malah mendapatkan kesempatan untuk vaksin lebih awal karena mereka adalah member. Lantaran mereka adalah orang yang memiliki spare dana untuk berfoya-foya.
Ke manakah kepak sayap Garuda Pancasila ketika warga berebut vaksin dan member Holywings melenggang kangkung membangun kekebalan? Entahlah, karena realita hari ini memang serba ra mashok
Ya sudah, yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan PPKM darurat yang entah kapan berhasil. Tentu sambil berharap jatah vaksin segera diperoleh. Karena realitanya, kita bukanlah member sebuah klub yang rutin membayar uang jutaan demi benefit dalam pesta.
Selamat datang di negeri nusantara. Di mana vaksin bisa diperoleh dengan mudah karena menjadi member klub malam. Sedangkan warga yang rentan harus antre layaknya pengemis.
BACA JUGA Jadi Fans JRX yang Percaya Covid-19 Lebih Mudah Daripada Jadi Fans Jokowi dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.